Aksara 3

48 12 9
                                    

Seperti senja, ada kepergian yang harus direlakan. Termasuk kamu.
-Aksa-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Kita harus balik ke Indonesia!"

"Hah? Lo bilang apa?"

"Kita harus balik ke Indonesia!" Aksa mengulang perkataannya membuat Farel mencuramkan alisnya.

"Kesambet apaan lo tiba-tiba pengen balik?" celetuk Farel sedikit tidak percaya dengan keputusan Aksa yang tiba-tiba itu.

"Setelah gue pikir-pikir, kasihan juga kak Amel. Dia mohon-mohon sama gue buat hadir di nikahannya. Masa gue sebagai adek nggak nurutin permintaan kakaknya sih!" Kata Aksa membuat Farel bingung.

"Hah?"

"Gue nggak pengen jadi adek duhaka!"

"Hah?"

"Gue kangen sama rumah!"

"Hah?"

"Gue kangen sama bokap nyokap gue!"

"Hah?"

Aksa berdecak. Ia kesal dengan respon Farel, "Hah, hoh, hah, hoh mulu sih lo! Sorak-sorak bergembira kek, kan gue udah mau balik setelah bertahun-tahun."

"Lo yakin, Aksa?"

"Yah, yakin lah. Gue nggak bakal ngambil keputusan kalo gue nggak yakin!"

"Tapi kok gue nggak yakin yah?" ucap Farel ragu.

"Nggak yakin kenapa lagi sih?"

"Masa tiba-tiba lo pengen pulang gitu aja. Pake alesan nggak tega sama Kak Amel lah, rindu rumah-lah, rindu orang tua-lah. Orang lo masa bodoh sama itu semua kok. Tapi kenapa tiba-tiba pengen pulang? Lo kesambet atau gimana sih ini?"

Aksa menghela napas panjang, "jangan buat gue mengubah keputusan gara-gara ocehan non faedah lo itu, yah?!"

Farel tersentak saat menyadari kecerewetannya. Dengan spontan dia memukul mulutnya yang sangat cerewet itu. Jika tidak berhenti berbicara, bisa-bisa Aksa merubah keputusan setelah bertahun-tahun membujuknya untuk pulang.

"Sorry, bro. Yaudah, gue telf---"

"Jangan telfon siapapun."

"Kenapa?"

"Biar surprise!" Aksa tersenyum lalu menaik turunkan alisnya.

"Yaudah. Tapi lo mau kita berangkat kapan? Biar gue yang urus semuanya."

"Besok!"

"Hah?" Farel kembali tercengang, "lo yakin? Nggak kecepetan itu?"

"Nggak. Pokoknya gue mau berangkat besok. Lo urus semuanya, gue tinggal berangkat doang!"

"Heh, enak aja. Mana bisa? Ini udah malem. Masa gue begadang buat urus semuanya sih?!" Farel tidak terima.

"Tapi lo bilang mau urus semuanya kan?"

"Iya. Tapi--"

"Yaudah, gue mau berangkat besok. Pokoknya lo urus semuanya. Gue tinggal packing trus berangkat doang, oke?"

"Tapi--"

"Nggak ada tapi-tapian. Kalo lo buat alesan lagi, gue batal pulang. Gimana?" ancam Aksa membuat Farel angkat tangan. Ia menyerah, jika beradu argumen dengan Aksa, dia akan selalu kalah.

"Oke. Gue urus semuanya. Puas lo?!"

"Good job. Selamat bekerja!" Aksa tersenyum menang kemudian pergi dari sana.

AKSARA [Biarkan Aku Memilih]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang