Jakarta, Indonesia.
Setelah berjam-jam berada di pesawat, akhirnya mereka tiba di bandara Soekarno-Hatta. Terlihat wajah-wajah kelelahan terpampang jelas. Belum lagi mereka harus mengurus barang-barang mereka. Sungguh, punggung mereka sangat merindukan kasur saat ini.
"Capek ya?" Gumam Aksa pelan pada Ara sedang berdiri menunggu kopernya. Ara hanya mengangguk mengiyakan. Ia memang sangat lelah saat ini. "Yaudah lo tunggu di mobil aja, biar gue yang bawa barangnya."
"Nggak usah. Barangnya lumayan banyak, biar aku bantu kamu. Kita sama-sama capek jadi nggak apa-apa nunggu bentar."
"Yaudah." Aksa merangkul bahu Ara sembari menunggu.
Sekitar setengah jam, akhirnya koper-koper besar itu kembali ke tangan mereka. Setelah itu, Aksa dan Ara segera menghampiri mobil yang sudah sedari tadi menunggunya di depan bandara dan meluncur menuju apartemennya.
***
"Den Aksa! Nona Ara!" Sapa wanita paruh baya begitu pintu apartemen di buka. Wanita bernama Niah itu tersenyum lebar menunjukkan kebahagiaannya begitu melihat kedua majikannya pulang.
"Gimana, Bi? Semuanya baik-baik aja, kan? Apartemen bibi urus dengan baik?" Tanya Aksa sembari berjalan menuju sofa.
"Semuanya sesuai perintah Den Aksa."
"Good job. Nanti Aksa kasih Bi Niah bonus." Ucapnya.
"Yaudah, aku ke kamar dulu." Ara berjalan dengan menyeret koper berukuran besar itu dan memutuskan untuk ke kamarnya. Mengguyur tubuhnya dengan air hangat sepertinya menyenangkan. Lalu setelah itu mungkin ia akan tidur saja. Sungguh, dia sangat lelah sekali.
"Mau saya buatkan kopi, Den?" Tawar Bi Niah.
"Nggak usah, Bi. Aksa mau ke kamar dulu. Bi Niah siapin makan malam aja." Bi Niah mengangguk patuh lalu Aksa pergi menuju kamarnya.
***
Malamnya, Aksa duduk sendirian di meja makan sembari menyantap makanan yang Bi Niah sajikan. Ara tidak menemaninya sebab gadis itu sudah tertidur pulas membuat Aksa tidak tega untuk membangunkannya. Beberapa menit ia habiskan untuk makan malam. Setelah itu ia mengambil laptop dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum ia selesaikan. Barulah setelah semua selesai, Aksa merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan bersiap untuk tidur.
Seperti ada yang aneh begitu ia memejamkan matanya. Ia sedikit gelisah dan merasa tidak nyaman. Entahlah, ia hanya membalikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri tanpa bisa tertidur.
Pikirannya tertuju pada gadis mungilnya itu. Siapa lagi jika bukan Ara. Ia merasa hidupnya berubah drastis setelah Aksa memberanikan diri untuk membuka kesempatan untuk gadis itu. Dan lihatlah sekarang, kenapa Aksa begitu merindukan Ara disaat seperti ini. Padahal ia baru saja bertemu beberapa jam yang lalu.
"Sial!" Gumamnya.
Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya tadi dan berjalan keluar dari kamarnya. Aksa membuka pintu kamar Ara dengan pelan karena ia tidak mau ulahnya ini membuat gadisnya itu terbangun.
Aksa berdiri tepat di depan wajah Ara. Sudut bibirnya terangkat melihat betapa tenangnya gadis ini jika tertidur. Aksa kemudian berlutut lalu mengelus rambut Ara yang panjang itu.
"Kita ke kamar gue, ya? Lo jauh bikin gue rindu aja." Gumamnya sambil tertawa pelan. Jika Ara mendengar ucapannya, yakin saja gadis itu akan memukul lengannya. Atau mungkin mencubit perutnya? Tidak peduli. Aksa senang dengan perlakuan Ara.
Aksa mengangkat tubuh Ara dengan hati-hati dan menggendongnya ala bride style. Ara sempat menggeliat tapi tidak sampai terbangun. Aksa menggendongnya menuju kamarnya dan membaringkan Ara di tempat tidur miliknya. Setelah pekerjaannya selesai, barulah Aksa mengambil tempat di sisi gadis itu dan memakaikan selimut ke tubuhnya dan juga Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Novela JuvenilBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...