Aksa terbangun dari tidurnya. Entah mengapa tenggorokannya sangat kering sekali. Dia mengerjap-erjapkan matanya dan melirik ke arah jam beker yang ada di atas nakas. Ah, pukul satu pagi. Aksa menguap lebar dan meregangkan otot-otonya. Dia berjalan gontai keluar dari kamarnya menuju dapur. Aksa menuangkan air ke dalam gelas dan meneguknya sampai habis.
Dia meletakkan gelasnya diatas meja dan kembali ke kamarnya. Tapi ia menghentikan langkahnya tepat di depan kamarnya saat Aksa mendengar suara ponsel berbunyi. Bukan. Itu bukan suara ponselnya. Nada panggilannya tidak seperti itu.
"Siapa yang menelfon di jam segini?" Dia mencari sumber suara dan ternyata berasal dari kamar Ara.
"Xxx? Nama macam apa itu!" gumamnya.Aksa tidak langsung mengangkatnya karena ia masih ingat betul apa yang perempuan itu pernah katakan. Dia hanya mengambil ponsel itu dan berniat membawanya pada Ara. Tapi diurungkan. Perempuan itu tidur nyenyak sekali membuat Aksa tidak tega untuk membangunkannya.
"Atau gue angkat aja?" ucapnya menimang-nimang niatnya. "Angkat aja deh siapa tau penting!"
Aksa mengangkat telfonnya.
"H--" Belum sempat Aksa menyapa, tiba-tiba seseorang di seberang telfon itu berbicara.
"Kenapa kamu tidak mengirimkan uangnya hari ini? Kamu mau bermain-main denganku, hah?" ucap seorang lelaki dengan marah-marah. "Kamu lupa apa yang bisa kulakukan padamu?"
Alis Aksa tiba-tiba mengerut. Raut wajahnya berubah menjadi bingung. Apa yang penelfon itu katakan?
"Kenapa kamu diam? Kamu mau aku menghabisi dia sekarang juga?" ancamnya. Aksa tidak bersuara sedikitpun dan memilih untuk menyimak apa yang laki-laki itu katakan.
"Kalau sampai besok aku tidak menerima uang itu maka dia yang akan menanggung semua kesalahanmu. Kuharap kau mengerti gadis kecilku!" sahutnya.
Penelfon itu mematikan telfonnya sepihak membuat Aksa semakin bingung. Apa yang penelfon itu katakan? Uang? Uang apa? Dan siapa yang akan menanggung semuanya? Dasar aneh!
Aksa meletakkan ponsel Ara kembali diatas nakas lalu berbalik hendak pergi dari sana. Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, tiba tiba saja Aksa berhenti dan menoleh ke arah ponsel itu.
"Tunggu dulu!" seru Aksa. "Kayaknya gue kenal suara itu."
Aksa terdiam beberapa detik. "Ah iya!"
Aksa mengambil ponsel Ara dan berjalan menuju kamarnya. Dia mengambil ponselnya dan mencari kontak nama seseorang. Aksa ingin membuktikan jika apa yang dipikirkannya memang benar. Dia mencocokkan nomor yang ada di ponselnya dengan nomor penelfon tadi. Dan benar.
"Sama!" serunya tidak percaya. Karena tidak percaya, ia mencocokkannya kembali. "Iya ini emang sama!" ucapnya lagi. "Berarti ini nomor om Abar dong?!"
Aksa semakin dibuat bingung sekarang. "Tapi untuk apa om Abar minta uang ke Ara? Bukannya om Abar itu orang kaya?" tanyanya pada angin yang lewat.
"Nggak. Nggak. Gue yakin ada sesuatu yang nggak beres disini! Pasti Ara nyembunyiin sesuatu dari gue!" ucapnya curiga. Rasa penasaran berkelebat memenuhi pikirannya. Kenapa gadis itu sangat misterius sekali? Sekali lagi. Aksa memutar balik pikirannya.
"Oke. Gue harus cari tau!"
*****
Ara mengerjap-erjapkan matanya dan menggeliat di dalam selimut yang masih menutupi tubuhnya sampai sebatas dagu. Ia awalnya nampak bingung kenapa ia bisa ada di sini. Tapi setelah di pikir-pikir mungkin ia ketiduran semalam. Ara kini mengubah posisinya menjadi duduk diatas sofa. Mulutnya membulat sempurna dan disingkirkan selimut itu sampai sebatas perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Teen FictionBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...