Sangat sulit menghapus perasaanku yang sudah terlanjur menjadikanmu satu-satunya.
-Aksa-~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aksa mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Tidak peduli jika pengendara lain tidak senang dengan tingkahnya itu. Dia tidak peduli juga dengan reaksi mamanya nanti jika tahu Aksa membawa pergi mobilnya begitu saja tanpa meminta izin padanya terlebih dahulu. Aksa tidak peduli itu semua. Aksa kesal, marah, dan muak.
Aksa mengambil ponsel di saku bajunya dan langsung menghubungi seseorang di sana.
"Halo!" ucap Aksa.
"..."
"Lo dimana?"
"..."
"Gue kesana sekarang!"
"..."
"Iya-iya. Oke!" Aksa mematikan ponselnya dan menaruh ponselnya kembali di saku bajunya.
Aksa terus memacu mobilnya, sampai ia berhenti di depan sebuah gedung. Dia turun dari mobilnya dan segera masuk kedalam bangunan bertingkat itu. Aksa menekan tombol 15 di sisi lift sebelum akhirnya lift itu menutup, membawa dirinya menuju tempat yang ingin ia tuju.
Ting-tong....
Aksa memencet bel yang tersedia di samping pintu, dan tidak butuh waktu lama seseorang akhirnya membuka pintu itu.
"Aksa!!" sapa pria itu dengan girang sambil memeluk tubuh Aksa. "Udah lama kita nggak ketemu. Ayo masuk bro!" ucapnya mempersilahkan Aksa untuk masuk kedalam apartemennya.
"Ada apa lo kesini? Gue kira lo udah lupa sama gue!" kata Johan-- sahabat Aksa.
"Nggak. Mana mungkin gue lupa sama lo!"
"Kirain lo lupa, kan lo udah sukses!" ujarnya. "Trus lo ngapain dateng ke sini? Bukannya kakak lo lagi nikahan yah?"
"Emang. Tapi gue males disana!"
"Kenapa?"
"Gue nggak suka aja. Ada cewek nggak tau diri." ujarnya kesal.
"Siapa?"
"Ara. Saudara kembar tunangan gue!"
"Maksud lo, saudara kembarnya Adel?!" sahut Johan tidak percaya. "Emang si Adel punya kembaran?"
"Gue juga baru tau. Kesel gue sama tuh cewek, bawaannya caper mulu sama nyokap gue. Dia kayaknya terobsesi pengen jadi Adel!"
"Lho, bagus dong. Lo bisa sama-sama si Ara. Seenggaknya kan dia mirip sama Adel!"
Aksa menatap Johan tidak suka, "Bagus apanya? Yang ada gue muak tau nggak ngeliat dia. Wajahnya emang sama. Tapi sekembar-kembarnya anak kembar dia tetep punya perbedaan, Jo!"
"Yang beda apanya emang? Hidungnya Ara bengkok? Matanya kayak bulan sabit? Atau mulutnya kelebaran?"
"Ish, bukan kayak gitu. Maksud gue ini lho. Adel tuh periang banget, modis, trus ramah. Lah, Ara? Dia tuh apa-apa diem mulu. Senyum mulu. Harus diajak ngobrol dulu baru ngomong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Teen FictionBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...