Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring menghiasi makan malam kedua manusia itu. Baik Aksa maupun Ara hanya fokus pada kegiatan makannya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Setelah mereka menghabiskan makan malamnya, mereka bergegas ke kamarnya masing-masing. Menghabiskan malam di sana, merenungi nasibnya yang mengapa seperti itu kejamnya.
Aksa. Laki-laki itu tengah duduk di balkon kamarnya sambil menikmati langit yang penuh dengan kelap kelip bintang. Sendirian. Larut dalam kegelapan. Sebelum ponselnya memecah keheningan malam.
Dia beranjak dari tempatnya dan menghampiri benda pipih itu. Ketika ponsel itu di dekatkan di telinganya, sang penelfon mematikan telfonnya. Aksa meletakkannya lagi. Dia berbalik namun ponselnya kembali berbunyi. Masih nomor yang sama. Aksa mengangkatnya, namun penelfon itu kembali berulah.
"Halo.." ucap Aksa, namun ia tidak mendapat respon apapun.
"Halo.." ucapnya sekali lagi. Namun tetap, penelfon itu tidak mengucapkan sepatah kata pun.
"Iseng banget sih!" protesnya lalu mematikan telfonnya sepihak.
Sudah beberapa hari belakangan ini Aksa mendapat telfon seperti itu. Jika tidak di matikan, pasti ia tidak mendapatkan respon. Begitu trus. Nomornya pun tidak dapat dikenali.
Tok..tok..tok..
Seseorang mengetuk pintunya, yang tidak lain seseorang itu adalah Ara. Siapa lagi jika bukan dia? Hanya mereka berdua yang tinggal di dalam apartemen ini.
"Apa?" tanya Aksa saat ia baru saja membuka pintu kamarnya.
"Ada orang yang cari kamu" jawabnya.
Tanpa sepatah kata lagi, Aksa segera melenggang pergi dari sana dan menghampiri tamunya yang sudah menunggu.
"Johan?!" serunya saat melihat laki-laki itu sedang tersenyum kearahnya. "Kapan lo nyampe?"
"Tadi sore." timpalnya. "Oh iya. Nih, kenalin Mr. Chrish yang waktu itu gue ceritain sama lo!"
"Oh yang ini?" ucap Aksa antusias. Aksa segera menyodorkan tangannya, "Aksa!"
Laki-laki itu membalas jabatan tangan Aksa, "Chrish!"
Aksa tersenyum lalu mempersilahkan kedua laki-laki itu duduk dan mengajaknya berbincang. Di tengah perbincangannya, Ara tiba-tiba muncul dan membawa nampan berisi beberapa cangkir minuman untuk mereka.
"Silahkan diminum." sahutnya mempersilahkan.
Ara segera pergi dari sana setelah meletakkan cangkir-cangkir itu di meja.
Mata ketiga laki-laki itu menyoroti kepergian Ara. Tidak terkecuali Mr. Chrish. Pria setengah baya itu tersenyum penuh arti menatap kepergian Ara."Bagaimana Mr. Chrish?"
Mr. Chrish tersenyum sambil mengangguk, "cukup menarik!"
****
Acara televisi nampaknya tidak cukup menarik dimata Ara. Sedari tadi ia hanya mengganti chanelnya namun tidak ada yang seru untuk di tonton. Ara mendesah bosan. Tidak ada yang bisa dilakukan di tempat ini. Keluar apartemen pun percuma. Kemana dia akan keluyuran di negara seluas ini? Bisa-bisa dia hilang karena tidak tahu jalan pulang.
"Pake!" sahut Aksa tiba-tiba meletakkan paper bag diatas meja.
"Apa ini?" tanya Ara sambil meraih paper bag itu. "Baju? Untuk apa? Emang kita mau kemana?"
"Bisa nggak sih lo jangan banyak nanya!"
"Kan aku penasaran. Makanya aku nanya." timpalnya membuat Aksa mendesah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Teen FictionBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...