Aksara 31

36 1 0
                                    

"Aku malu, Sa." Gumam Ara yang masih bisa di dengar jelas oleh Aksa.

"Malu sama siapa?"

"Sama orang lah. Masa sama monyet sih. Tuh liat tamunya banyak banget."

Aksa terkekeh pelan, "namanya juga pesta, Ra. Lagian lo PD aja. Lo lagi jalan sama pemilik tempatnya." Ucapnya sedikit menyombongkan diri membuat Ara memutar bola matanya.

Aksa menggenggam tangan Ara lalu masuk ke dalam kantornya. Semua orang tersenyum dan menyambut kedatangan mereka dengan hangat.

"Who is this?" Tanya seorang pria bertubuh gemuk dengan pakaian formalnya.

"This is my wife!" Jawab Aksa lalu tersenyum membuat Ara menoleh padanya dengan tatapan speechless. Baru kali ini ia mendengar Aksa mengklaim status dirinya. Yakinkah ini benar-benar dari hati? Atau hanya sekedar kebutuhan pribadi? Entahlah. Pria itu memang sangat sulit di tebak apa maunya.

"Very beautiful girl." Ucapnya sambil menaikkan kedua jempolnya. Ara hanya tersenyum mendapati pujian itu. Jujur saja, ia merasa risih berada di tempat ini.

"Mau makan apa?"

Ara menggeleng, "Nggak usah. Aku masih kenyang."

"Hmm.. Acaranya agak lama. Gue bilang dulu takutnya lo bosen." Aksa menunggingkan senyumnya lagi. Lagi. Dan lagi. Membuat anak manusia ini selalu saja terpana dengan senyuman itu.

"Emang ini acara apaan, Sa?"

"Gue juga nggak tau. Pesta ini inisiatif karyawan gue. Katanya acara perpisahan. Kayak anak SMA aja."

"Emang yang mau berpisah siapa?"

"Bosnya lah."

"Oh bosnya." Ara mengangguk mengerti. Sedetik kemudian dia menoleh cepat. "Berarti kamu dong?!"

"Hmm."

"Kamu beneran resign, Sa? Aku pikir kamu becanda lho!"

"Gue nggak pernah becanda, Ra. Lagian yang bakal gantiin gue itu si Farel. Sepupu gue. Jadi yah gue enteng-enteng aja sih berhenti jadi bos." Sahutnya membuat Ara ber-oh ria saja.

Aksa kemudian mengedarkan pandangannya sebelum pandangannya di kunci oleh sosok wanita berbaju formal. Ia mengangkat tangannya sembari berteriak META. Sepertinya dia meneriaki nama wanita itu.

Wanita itu lantas menoleh. Begitu Aksa menganggukkan kepalanya, sontak wanita itu mendekat. Seperti sudah tahu apa yang Aksa inginkan. "Oh iya, Ra. Gue ke sana dulu. Lo nggak usah ikut soalnya disana banyak cowok yang lagi mabok. Biasa party." Sahutnya memberi pengertian.

"Trus kamu mau ikutan minum?"

"Enggak. Gue cuma mau gabung bentar." Timpanya. "Lo bisa tunggu di sini atau kalo lo mau lo bisa ke sana icip icip makanan. Kali aja lo bisa gendut."

"Emang aku kurusan?"

"Nggak juga sih. Tapi agak gendut dikit lebih bohay kali yah?"

"Sa.."

"Hahaha iya, Ra. Iya. Becanda." Aksa kemudian mengulum senyum ramahnya saat wanita bernama Meta itu bergabung bersamanya. "Nah ini, Meta, orang kepercayaan gue. Kalo lo butuh sesuatu, lo bisa minta tolong ke dia." Ara mengangguk lalu kemudian Aksa pergi dari sana.

Kini tinggal-lah Ara sendiri di tengah orang-orang asing ini. Ara tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Rasanya sangat canggung baginya berada di tempat ini.

"Apa kau butuh sesuatu?" Tanya Meta dengan bahasa Indonesia membuat Ara menatapnya bingung. Jika dilihat, perempuan itu sangat jelas keturunan eropa dengan bermata biru dan rambut pirang yang sepertinya alami dari lahir. Lalu kenapa dia bisa berbahasa indonesia?

AKSARA [Biarkan Aku Memilih]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang