Aksara 22

33 3 0
                                    

"Lepasin, Sa. Sakit!" Eluh Ara saat Aksa terus saja menarik tangannya.

Aksa berhenti dan melepas cengkraman tangannya itu. Dia menghadapkan tubuhnya tepat di depan Ara. Dia menatap tajam kearah gadis itu dengan raut wajah yang dingin.

"Lo ngapain ke tempat itu?" Sahut Aksa membuat Ara menunduk. Ara tidak berani bersuara. Jujur saja, dia takut pada Aksa.

"Lo jawab pertanyaan gue, Ra. Lo ngapain ke tempat itu? Lo mau jadi cewek jalang, iya?!" Tuduhnya lagi dengan suara mulai meninggi. "Lo mau jual diri, begitu?"

Ara menggeleng dengan cepat. "Enggak gitu, Sa."

"Trus lo ngapain kalo bukan jual diri? Jelas-jelas ini tempat dugem dan jelas-jelas juga lo ada di dalem bareng Chrish. Lo mau buat yang nggak-nggak, kan?" Aksa terus menuduh Ara. Tidak peduli orang-orang melihat kearahnya. Toh mereka juga tidak mengerti dengan apa yang Aksa katakan.

"Kalo diajak ngomong itu ditatap matanya. Jangan malah nunduk mulu. Gue disini bukan di bawah situ!" Ketus Aksa.

Beberapa detik kemudian, punggung Ara bergetar hebat. Gadis itu menangis tanpa bersuara. Aksa menyaksikan sendiri tetesan air mata Ara jatuh di atas tanah.

"Aku emang salah.." ucap Ara lirih. Dia berbicara tanpa berniat menatap lawan bicaranya. "Tapi aku punya alasan ngelakuin semua ini!"

"Alasan? Alasan apa? Karena mama lo, iya?" Tebak Aksa.

"Iya. Aku lakuin semua karena mama. Aku butuh uang karena mama dalam bahaya, Sa. Kamu nggak tau apa yang aku rasain. Semua yang aku lakuin karena terpaksa. Aku menikah sama kamu juga semua terpaksa. Itu bukan kemauan aku. Itu semua karena papa. Papa yang maksa aku!" Ara menarik napas panjang dan mendongak menatap Aksa, memperlihatkan matanya yang sembab.
"Dan untuk hari ini, kenapa? Kenapa kamu marah? Kenapa kamu peduli sama aku? Bukannya kamu sendiri yang udah mulai semuanya? Kamu sendiri kan yang jual aku ke dia?"

Skak.

Perkataan Ara membuat Aksa membisu, seakan-akan Aksa dibuat sadar akan kesalahannya.

"Aku hidup seperti robot, Sa. Kamu nggak tau rasanya dikendaliin itu kayak gimana. Dan kamu nggak bakal tau, kehilangan itu rasanya kayak apa!" Kata Ara lagi lalu kembali menunduk dan menangis.

"Bukan lo doang yang pernah kehilangan. Gue tau persis rasanya kehilangan. Lo lupa? Gue juga ditinggal sama orang yang gue sayang."

"Kamu nggak benar-benar kehilangan, Sa. Dia nggak benar-benar pergi dari kamu. Dia masih disini. Dia masih bersama kamu!"

"Benar. Lo emang benar. Adel masih ada. Dia masih hidup untuk gue. Disini!" Aksa menunjuk dadanya. Menjelaskan bahwa Adel masih hidup didalam hatinya.

Ara tersenyum tipis, "Lo nggak ngerti, Sa. Lo masih belum ngerti!"

Aksa menyerngit, "Maksud kamu?"

Ara menggeleng pelan, "Enggak. Enggak ada maksud apa-apa." Ucapnya. "Adel memang benar-benar beruntung bertemu dengan orang sepertimu. Kamu rela nyakitin orang lain karena perasaan Adel yang kamu nomor satuin. Demi Adel tidak kecewa sama kamu meski Adel nggak disini. Aku yakin Adel pasti seneng denger ini. Dia pasti semakin sayang sama kamu. Aku yakin!"

Ara menghapus sisa-sisa air matanya dan menunggingkan senyum untuk Aksa.

"Semua usaha kamu nggak bakal sia-sia. Kamu hanya perlu seperti itu. Suatu saat dia bakal kembali lagi sama kamu." Ara lantas membalikkan badannya dan meninggalkan Aksa yang masih terdiam.

Ara berjalan pelan menyusuri trotoar jalan. Dia menghapus air mata yang berhasil lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

"Cengeng banget sih!" Makinya pada diri sendiri. Dia berusaha menguatkan diri agar tidak terus-terusan menangis.

Tapi Ara tiba-tiba menghentikan langkahnya saat mendengar suara langkah kaki berlari mendekat padanya. Ara lantas membalikkan badan dan mendapati Aksa sedang berlari kearahnya.

"Aks--" belum sempat Ara menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba Aksa menghamburkan pelukannya begitu saja. Jangan tanya bagaimana reaksi Ara, perempuan itu terkejut sekali.

"Gue minta maaf!" Kata Aksa tanpa melepaskan pelukannya. "Gue minta maaf, Ra." Ucapnya lagi. Ara tidak bersuara bahkan dia tidak membalas pelukan itu.

Aksa mengurai pelukannya dan menatap wajah Ara penuh arti. "Gue minta maaf, Ra. Dan gue juga mau berterima kasih sama lo."

"Kenapa?"

"Gue minta maaf soal kelakuan gue yang berlebihan sama lo. Dan gue juga mau berterima kasih karena lo udah nyadarin gue kalo sesuatu yang berlebihan itu nggak baik." Ujarnya. "Gue nutup diri dari orang lain hanya untuk seseorang yang bahkan nggak bakal bisa gue dapetin lagi."

"Aku nggak nyuruh kamu buat ninggalin Adel. Kamu boleh sayang sama dia, Sa. Dia masih milik kamu."

"Dia milik Aksa di masa lalu. Tapi untuk saat ini, tuhan udah pertemuin gue sama lo. Gue yakin, pertemuan itu nggak ada yang kebetulan. Dan gue ketemu sama lo itu mungkin untuk sebuah alasan. Alasan untuk bisa bahagia lagi." Sahut Aksa membuat Ara tidak tahu harus berekspresi apa.

"Aku nggak ngerti apa yang kamu omongin, Sa."

Aksa berdecak lalu tersenyum hangat. Ara dibuat Speechless dengan senyuman itu. Senyuman yang tidak pernah Ara lihat dari Aksa sebelumnya. Aksa menangkup wajah Ara dan menatapnya lekat-lekat.

"Gue bakal belajar buat cinta sama lo!"

Ara terkejut, "Cinta?"

Aksa mengangguk, "Pernikahan kita boleh terjadi karena paksaan. Tapi apa salahnya kalo kita menghadirkan cinta di dalamnya?"

Ara menggeleng cepat dan menjauhkan diri dari Aksa. "Tidak, Sa. Tidak. Bukan ini yang aku mau!"

Aksa menyerngit bingung, "kenapa?"

"Kebahagiaan kamu bukan sama aku, Sa. Aku bahkn nggak bisa ngasih kebahagiaan itu sama kamu!"

"Gue nggak peduli. Lo harus tanggung jawab. Gue udah buka hati buat lo dan lo harus nerima gue. Kalo lo beralasan karena lo nggak bisa ngasih gue kebahagiaan, gue rasa itu nggak terlalu masalah buat gue. Cinta itu untuk dua orang dan kebahagiaan kita bisa cari sama-sama."

"Tapi, Sa--"

,"Gue tau lo masih nggak percaya sama gue. Tapi lo nggak usah khawatir, gue bakal berubah. Gue bakal janji. Gue janji!" Aksa lalu meraih tubuh gadis itu dan memeluknya lagi. Ara tidak berdaya. Sekarang dia terjebak dalam rencananya sendiri.

"Keputusanmu hari ini akan menyakiti seseorang." Batinnya.





To Be Continue

AKSARA [Biarkan Aku Memilih]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang