Pekerjaan yang menumpuk membuat Aksa harus lembur hari ini. Diliriknya jam yang tertempel di dinding. Sudah pukul dua belas malam dan dia baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Aksa menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sembari memijit lehernya yang kaku akibat terus menatap layar laptopnya. Tidak lama ia Aksa menguap lebar, tidak tahan menahan kantuk yang tiba-tiba menghampirinya.
Derttt dertt
Suara ponsel berbunyi mengalihkan perhatiannya. Dia meraih benda itu dan mendapati nama Ara tertera disana. Ia menyerngit bingung dan tanpa pikir panjang dia segera mengangkat telfonnya.
"Hal--" belum sempat gadis itu menyapa, Aksa segera memotong perkataannya.
"Kok belum tidur?"
"Aku nggak bisa tidur" Jawabnya.
"Kok bisa?"
"Diluar hujannya gede banget." Aksa melirik kearah jendela kantornya dan melihat buliran air terus saja menerpa kaca itu.
"Kamu pulangnya kapan?"
"Gue bentar lagi pulang."
"Oh yaudah, cepetan ya soalnya aku takut di apartemen sendirian."
"Iya-iya. Gue bentar lagi pulang kok. Kerjaan gue juga udah beres."
"Kamu pulangnya hati-hati. Bawa mobilnya pelan-pelan aja." Ucap Ara membuat Aksa berdehem sambil menganggukkan kepalanya. Dia mematikan telfonnya dan memasukkannya dalam saku celananya.
Aksa segera berdiri dan mengambil jasnya lalu menyampirkannya di atas pundak. Dia lalu keluar dari ruangannya dan bergegas pulang. Sebelum pulang, Aksa menyempatkan diri untuk membeli makanan yang ada di restoran di depan kantornya. Memang sedari tadi dia belum memakan apa-apa saking sibuknya. Dia membeli dua paket makanan. Satu untuknya dan satu lagi dia beli untuk Ara.
Di tengah perjalanan, hujan mengguyur semakin deras membuat jarak pengheliatan menjadi terbatas. Aksa memacu mobilnya dengan kecepatan sedang mengikuti mobil yang ada di depannya. Karena takut makanan yang dia beli menjadi dingin dan tidak enak untuk di santap, Aksa berinisiatif untuk menyalip mobil yang ada di depannya. Tapi saat dia menyalip, mendadak sebuah mobil yang berlawanan arah melaju dengan kecepatan tinggi. Kedua pengendara itu tidak bisa mengontrol kendaraannya masing-masing dan..
Brukkk
Tabrakan tidak bisa dihindari lagi.
****
Ara sedang mondar mandir di depan kamarnya. Suara gledek yang terdengar nyaring sesekali mengejutkan dirinya. Matanya tidak lepas dari jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Ara menghela napas lalu menggigit kuku jarinya.
"Aksa kemana ya? Kok nggak nyampe-nyampe sih?" Gerutunya. "Atau jangan-jangan kerjaannya belum selesai? Tapi dia bilang udah selesai tadi."
Ara sudah menelfon Aksa sejak tadi, tapi nihil. Ponselnya tidak bisa dihubungi.
"Kok perasaan aku aneh gini sih?" Sahutnya sambil mengelus dadanya.
Tidak berselang lama suara bel apartemen berbunyi. Senyum Ara merekah lalu gadis itu segera berlari menghampiri pintu. Dengan penuh semangat dia membuka pintu apartemennya.
"Kamu?" Ara mengerutkan keningnya, "Kamu temennya Aksa, kan? Nama kamu Jojo? Eh bukan. Joki? Eh bukan. Jo.."
"Johan!" Serunya menjelaskan namanya.
"Nah iya. Johan." Ara tersenyum, "Kamu pasti nyari Aksa, kan? Aksa lagi nggak di apartemen. Dia belum pulang. Tapi kalo kamu mau, kamu bisa nunggu. Bentar lagi dia pulang kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Teen FictionBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...