Ara menuruni tangga dengan rasa malas yang menguasai dirinya. Gadis itu terlihat kelaparan, terbukti ketika dia terus saja mengelus perut datarnya itu. Begitu sampai di bawah, Ara segera berjalan menuju lemari pendingin yang ada di rumahnya itu. Namun sedikit ia berdecak kesal tatkala mendapati kulkasnya itu kosong. Tidak ada bahan yang bisa diolah menjadi makanan disana.
"Aku harus ke supermarket!" sahutnya sambil mencepol asal rambutnya.
Ara yang saat itu hanya memakai kaos oblong dan celana jeans selutut berjalan santai menuju pintu utama rumahnya. Tapi setelah pintu terbuka, wajah Ara yang tadinya sumringah kini berubah drastis saat tiba-tiba seorang pria tengah berdiri enteng di depan pintu, menatapnya dengan raut wajah yang sulit Ara artikan.
"Aksa!" ucap Ara spontan menyebut nama pria itu.
"Kaget?" Sahut Aksa dingin. Aksa melangkah masuk, mengikis jarak dengan Ara yang ada di depannya membuat gadis itu mundur perlahan.
"Kenapa? Lo takut?" tebak Aksa. Ara menggeleng mengisyaratkan kata tidak. Aksa menyeringah lebar dan terus melangkah. Sampai akhirnya punggung Ara menyatu dengan tembok membuat ia sudah tidak bisa lagi memundurkan langkahnya. Jantungnya berpacu lebih cepat saat ia diapit oleh tembok dan Aksa di depannya. Terlebih kedua tangan Aksa menguncinya di setiap sisi.
"Aksa, ngapain kamu di sini?" Tanya Ara yang berusaha menepis kegugupannya.
"Terserah gue!" sinis Aksa. "Lo udah seneng kan sekarang?"
"Maksud kamu?" Sahut Ara tidak mengerti.
"Jangan pura-pura bodoh, Ra. Gue tau semuanya. Lo berusaha buat deketin keluarga gue supaya lo bisa jadi istri gue, kan? Biar lo bisa gantiin Adel, kan? Ini semua lo yang mau, kan?!" ketus Aksa semakin membuat Ara tidak mengerti.
"Maksud kamu apa, Sa? Aku nggak ngerti kamu ngomong apa!"
"Lo jago banget aktingnya. Kursus di mana lo, hah?!" Sindirnya. "Gue tau, lo hasut bokap gue supaya lo dijodohin sama gue, kan?"
"Nggak. Aku nggak hasut papa kamu. Aku juga nggak tau, tiba-tiba aja papa kamu bilang begitu. Aku nggak tau. Sumpah, aku nggak tau soal perjodohan ini!" elak Ara, berusaha membela dirinya.
"Halah. Mana ada maling mau ngaku, Ra! Gue balik ke Indonesia cuma pengen mastiin kalo lo itu memang mirip sama Adel. Tapi ternyata nggak! Wajah lo emang mirip, tapi sifat lo sama sodara lo beda. Lo drama queen banget. Nyesel gue balik ke sini!"
"Jangan main tuduh, Sa. Lo nggak tau yang sebenarnya. Semua yang lo omongin itu salah!"
"Trus yang benar apa? Lo nggak tau apa-apa? Iya?"
"Aku emang nggak tau apa-apa, Sa. Percaya sama aku!"
Aksa tertawa sumbang, "Oke. Oke. Kalo emang lo nggak tau apa-apa, nanti malem lo dateng ke rumah gue. Batalin perjodohan ini!"
"Kamu tenang aja. Aku bakal dateng ke rumah kamu. Aku bakal buktiin sama kamu kalo aku emang nggak salah. Aku nggak tau apa-apa. Aku nggak menghasut siapapun. Dan aku bakal batalin perjodohan ini!"
"Oke! Gue tunggu!" Ucap Aksa ketus lalu pergi dari sana meninggalkan Ara. Ara menatap kepergian Aksa. Rasa laparnya menghilang seketika seperti ikut pergi bersama dengan pergian pria itu.
****
Malamnya di rumah Ferhandiola, Hans, Cila beserta Aksa terlihat sedang bersantai sambil menonton televisi. Hans dan Cila nampak asik berbincang membahas tentang berita yang ditampilkan benda elektronik itu. Sedangkan Aksa? Pria itu tidak fokus dengan apa yang ada di televisi melainkan sibuk mencuri pandang kearah pintu utama rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Teen FictionBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...