Hati itu dipilih, bukan memilih. Bertahan atau melepaskan itu tergantung hatimu. Hanya hatimu yang tahu.
-Aksa-~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Nah, itu dia!" Farel menunjuk kearah pintu masuk membuat semua pasang mata mengikuti arah telunjuk Farel.
Seorang pria dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya baru saja masuk. Senyumnya mengembang sempurna membuatnya terlihat lebih tampan. Pria itu melambai dengan sebelah tangannya menarik koper berukuran sedang.
"Selamat sore, semuanya!" Sapa Aksa. "Wahh, rumah gue rame banget!"
Kini giliran Cila yang berlari kearah Aksa. Menghamburkan pelukannya ke tubuh kekar anaknya itu.
"Akhirnya kamu pulang juga!"
"Iya dong, Ma. Kan Aksa udah janji bakal pulang!" Aksa mengelus punggung mamanya. Setelah benerapa lama, akhirnya Cila mengurai pelukannya. "Kok mama kurusan sih? Kak Amel nggak ngasih mama makan yah?"
"Aksa, kamu ih! Kamu kira mama piaraan di kasih makan?"
"Heheheh, becanda kok, Ma!"
"Yaudah, sana. Sapa orang tua!" titah mamanya membuat Aksa mengangguk.
Aksa mencium satu per satu punggung tangan orang-orang yang ada di sana. Mulai dari nenek, kakek, om, tante, bibi, paman, pokoknya semuanya. Setelah itu, barulah Aksa duduk diantara mereka.
"Papa dimana? Kok nggak kelihatan?"
"Papa lagi di kantor. Banyak meeting katanya!" jawab Cila.
"Ck, papa masih kerja aja. Kan udah tua, harusnya tinggal di rumah aja!" protes Aksa. "Aksa kerja buat kalian semua juga!"
"Iya-iya. Mami tau. Coba kamu tanya sendiri sama papa kalo udah pulang!"
"Emang pulang jam berapa?"
"Biasanya jam delapan malam sih. Udah paling telat itu!"
"Oh" Aksa ber-oh ria. "Kak Amel mana?"
"Dikamarnya mungkin!" tebak Cila.
"Yaudah!" Aksa mengeluarkan ponselnya dari saku bajunya, "kalian semua jangan ribut, oke? Aku mau nelfon Kak Amel!"
Aksa menekan-nekan layar ponselnya dan menempekannya di telinga.
"Halo!" sapa Amel seperti biasa.
"Halo kakak sayang!"
"Ngapain lo nelfon?" sinisnya.
"Galak banget sih lo! Manis dikit napa?!"
"Nggak ada manis-manis sama lo yah?! Dimanisin juga ujung-ujungnya bakal nyebelin!" ocehnya membuat semua orang menahan tawanya.
"Jangan galak-galak. Entar nggak jadi nikah lho!"
"Astagfirullah! Mulutmu!"
"Hahaha becanda kak. Kak Amel dimana?" tanya Aksa lalu berjalan menaiki tangga.
"Di kamar, kenapa?"
"Nggak, cuma nanya doang. Eh, gue ngirim paket buat lo!"
"Paket apaan?"
"Pokoknya lo buka pintu kamar lo sekarang!"
"Ih, paan sih! Emang kurirnya harus masuk kedalam rumah yah? Biasanya---"
Aksa berdecak, "buka aja, yaelah. Ribet banget sih lu!"
"Iya-iya. Gue buka. Puas lo!"
Tidak lama tiba-tiba pintu bercat putih itu terbuka. Gadis itu tiba-tiba menjatuhkan ponselnya dan menutup kedua mulutnya yang sedikit terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Teen FictionBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...