Aksara 27

34 1 0
                                    

Aksa terbangun dari tidurnya tatkala ia mendengar suara tangis seseorang. Aksa, laki-laki itu mengerjap-erjapkan matanya dan mencari sumber suara itu. Ternyata Ara--- gadis itu menangis dalam tidurnya. Dengan pelan Aksa meraih tubuh Ara yang membelakanginya dan membawanya pada dada bidang miliknya yang terbungkus baju pasien rumah sakit. Aksa menenangkannya dan mengelus kepala Ara sayang.

"Husstt." Gumam Aksa sembari menenangkan gadis itu. Dan berhasil. Gadis itu kini tidak lagi menangis melainkan memeluk Aksa dan mencari ketenangan diantara dada bidangnya.

Ia tahu, pasti Abar yang menyebabkan Ara menangis dalam tidurnya. Belum sehari dia berada di dekat Ara, laki-laki itu sudah berhasil membawa dampak buruk bagi gadis itu. Aksa baru menyadari jika ada ketakutan besar di mata Ara saat ia melihat Abar. Ia seperti langsung memikirkan betapa tertekannya gadis itu selama ini.

****

Pagi hari dengan udara yang masih dingin di tambah gerimis hujan yang tidak berhenti sejak tadi membuat kedua anak manusia itu betah berada dalam selimut. Mereka berdua saling memeluk satu sama lain, mencari kehangatan di balik selimut yang menutupi tubuhnya.

Ceklek

Pintu ruangan itu terbuka menampilkan Cila dengan setelan baju blouse-nya dan dipadukan dengan celana berjenis kulot. Cila nampak tersenyum puas melihat mereka sedekat itu. Jika menilik dari beberapa bulan yang lalu, dimana Aksa menolak untuk mendekati Ara dan melihat bagaimana laki-laki itu membenci gadis itu seakan hilang digantikan dengan adegan yang ia lihat sekarang. Cila yakin, dalam waktu dekat ia bisa melihat anaknya kembali seperti dulu. Cila yakin, Ara akan membawa dampak positif di kehidupan Aksa--anaknya.

Cila meletakkan kantong kain berisi masakan yang ia bawa dari apartemen. Suara rantang yang bersentuhan dengan nakas berhasil membuat Ara terbangun. Gadis itu menggeliat terbangun dan menoleh.

"Mama!" Serunya lalu melepas tangan Aksa yang memeluknya. Dengan hati-hati Ara turun dari atas brankar agar tidak membuat Aksa terbangun.

"Bagaimna sayang? Tidurnya nyenyak?" Tanya Cila dengan senyuman menggoda.

Ara tersenyum dan mencepol asal rambut panjangnya, "Mama datang dari tadi?" Tanya Ara tanpa menjawab pertanyaan dari Cila.

"Baru aja." Ara mengangguk mengerti.

"Papa Hans mana, Ma?"

"Dia pergi ke perusahaan Aksa. Lagi ngurus sesuatu." Jawabnya. "Kamu pulang saja dulu. Biar mama yang gantiin kamu jagain Aksa."

"Iya mah. Ara emang pengen pulang buat mandi."

"Oh yaudah. Kalo kamu mau ke sini lagi jangan lupa bawa baju Aksa ya. Mama lupa soalnya." Ara mengangguk mengiyakan sebelum ia pergi dari sana.

***

Ara memasuki apartemen dengan raut wajah masih kelihatan lelah. Dia hendak berjalan menuju kamarnya namun sahutan seseorang berhasil membuatnya menghentikan langkahnya.

"Udah berani ngadu kamu?" Sahutnya membuat Ara seketika membalikkan tubuhnya.

"Papa!" Tubuhnya menegang saat melihat Abar berdiri tepat dibelakangnya.

"Kenapa sayang? Takut, hmm?" Abar menatap Ara dengan tatapan tajam dan menusuk.

"Ja.. Jangan. Jangan sakiti aku!" Ucapnya memelas sambil memundurkan langkahnya. Air mata Ara meluncur bebas. Ketakutannya semakin menjadi-jadi tatkala Abar mencengkram lengan Ara kuat-kuat.

"Apa yang kau katakan pada Aksa, hah?!" Amarah Abar tiba-tiba memuncak dan bola matanya menatap Ara seakan ingin menerkam anak gadisnya itu. "Anak sialan!"

AKSARA [Biarkan Aku Memilih]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang