Ada perasaan risih yang timbul dalam diri Ara tatkala ia menjadi pusat perhatian di salah satu tempat makan yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Aksa dirawat. Orang-orang terutama kaum Adam yang ada di dalam restoran itu melihatnya dengan tatapan menggoda membuat Ara sulit menikmati makanannya.
"Kenapa nggak dimakan sayang?" Tanya Cila saat melihat Ara sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Nggak enak Mah."
"Lho, kenapa kamu pesan yang itu kalo kamu nggak suka sayang. Yaudah kamu pesan lagi makanan yang kamu suka. Biar mama yang makan makanan kamu" Cila hendak mengambil piring makanan Ara tapi gadis itu menolak.
"Bukan. Bukan makanannya yang nggak enak. Tapi Ara nggak enak diliatin orang-orang." Ucapnya jujur membuat Cila mengerti. Ia memang menyadari jika orang-orang sedang menatap menantunya itu.
"Mereka ngeliatin kamu karena kamu cantik. Pantas saja Aksa nggak suka kalo kamu make makeup." Ucapnya menggoda.
"Tapi mah, Ara nggak suka diliatin kayak gitu. Ara malu."
"Ck. Nggak usah malu. Anggap aja mereka nggak ada." Katanya. "Ayo, kita harus cepet-cepet biar Aksa nggak nunggu lama."
Mau tidak mau Ara harus melahap makanannya di tengah kerisihan yang ia rasakan. Ia menyuap se-sendok demi se-sendok makanannya sampai habis dan meneguk minumannya sampai tersisa setengah.
"Kamu tunggu sebentar, mama mau bayar makanannya dulu." Ucap Cila lalu beranjak dari duduknya. Ara hanya bisa duduk manis di tempatnya sembari menunggu mertuanya itu datang. Sepuluh menit akhirnya Cila datang dengan membawa sebuah paper bag dan menyodorkannya pada Ara.
"Apa ini?" Tanyanya sambil mengintip isinya.
"Itu chicken karage kesukaan Aksa." Jelasnya membuat Ara ber-oh ria. "Oh iya, Ara. Papa Aksa tadi nelfon dan nyuruh mama ke kantor Aksa dulu jadi mama nggak bisa nemenin kamu ke rumah sakit. Nggak apa-apa kan kalo kamu pergi sendiri? Mama buru-buru soalnya."
"Nggak apa-apa mah. Ara bisa sendiri kok. Lagian juga rumah sakitnya deket dari sini."
"Yaudah kalo gitu. Mama pergi dulu yah. Inget kamu harus nyuruh Aksa buat habisin makanannya yah. Soalnya dia cuman makan dikit tadi pagi." Ara mengangguk paham lalu ia berjalan keluar restoran itu bersama dengan Cila. Lokasi rumah sakit dan kantor Aksa yang berbeda arah membuat mereka harus berpisah. Setelah Cila masuk ke dalam mobil, barulah Ara berjalan kaki menuju rumah sakit, karena memang jarak dari restoran ke rumah sakit tidak terlalu jauh.
"Ini Chicken karage kesukaan kamu. Kata mama kamu harus habisin makanannya karena tadi pagi kamu makan dikit katanya." Ucap Ara begitu sampai di ruangan Aksa. Ara meletakkan paper bag itu diatas nakas dan mulai mengeluarkan isinya.
"Nggak usah!" Sahut Aksa datar membuat Ara menghentikan aktivitasnya.
Ara menyerngit bingung saat melihat Aksa menatapnya dengan raut wajah yang sulit sekali Ara artikan. "Kenapa, Sa?"
"Gue nggak perlu makanan itu. Gue cuma perlu ngomong sama lo!" Ucapnya serius membuat Ara mendekat kearahnya.
"Mau ngomong apa, Sa? Kelihatannya penting banget."
"Iya. Penting. Lebih penting dari apapun." Katanya. Aksa lalu menarik tangan Ara dan membuatnya terduduk diatas brankar. "Lo nyembunyiin sesuatu dari gue, kan?" Tebaknya membuat Ara mengerutkan dahinya.
"Nggak. Aku nggak nyembunyiin apa-apa dari kamu."
"Jangan bohong, Ra. Lo nyembunyiin sesuatu dari gue, kan? Ada sesuatu yang gue nggak tau, kan?"
"Sesuatu apa Aksa? Aku nggak nyembunyiin sesuatu dari kamu." Elaknya membuat Aksa menggeram kesal.
"Lo ngomong atau gue yang buat lo ngomong?!" Ketusnya bernada ancaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Teen FictionBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...