"Aku taro di mana ya?" Ara menggeledah seluruh tempat yang ada di apartemen ini. Karena ulahnya tempat ini sudah menjadi berantakan sekarang.
"Ya tuhan, aku taro di mana?! Kok nggak ada sih!" sahut Ara frustasi karena tidak kunjung menemukan ponselnya. Ara sudah tidak tahu lagi dimana ia harus mencari benda itu.
Tiba-tiba pintu apartemen terbuka menampilkan Aksa dari balik pintu. Ara menoleh dan segera menghampiri laki-laki itu dengan kaki masih sedikit pincang.
"Sa, kamu liat hp aku nggak? Aku dari tadi nyari tapi nggak ketemu!" sahut Ara tapi Aksa tidak menjawab. Laki-laki itu hanya menatap Ara dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Sa! Kok kamu diem sih? Kamu liat hp aku nggak?" tanya Ara lagi.
Aksa terdiam sejenak lalu menggeleng, "nggak. Gue nggak liat!" ucapnya berbohong. Sebab jika Aksa jujur, Ara akan mengambil benda itu darinya dan Aksa tidak mau hal itu terjadi. Aksa masih membutuhkan informasi lebih banyak dari ponsel itu.
"Oh kamu nggak liat yah?" Ara terlihat murung, "lalu aku taro di mana?"
Ara berniat mencari ponselnya lagi tapi Aksa menahannya. "Nggak usah. Nanti gue beliin lo yang baru!"
Perempuan itu menggeleng, menolak tawaran Aksa. "Aku mau hp itu."
"Tapi hp itu udah hilang, kan? Gue bisa beliin lo yang baru."
"Nggak bisa, Sa. Ada file-file penting di hp aku. Dan kalo hilang pasti hilangnya di sekitaran sini deh. Kan aku nggak pernah kemana-mana. Pasti cuma tercecer!" alibinya.
"Kenapa lo mau nyusahin diri lo sih? Kan gue berniat bantu lo buat ganti hp lo itu!"
"Itu nggak bakal membantu apapun. Kalo mau bantu aku, yaudah sini. Bantu aku nyari hp aku!" keukeh Ara membuat Aksa menghela napas panjang.
"Terserah lo aja deh. Gue udah berniat baik malah lo tolak mentah-mentah!" sahut Aksa lalu ia memilih pergi ke kamarnya.
****
Malam itu, Aksa duduk sembari menyantap makanan buatan Ara. Aksa tidak sendiri, melainkan di seberangnya juga ada Ara. Aksa nampak sedari tadi memperhatikan gadis yang seperti tidak berselera makan. Aksa tahu penyebabnya, mungkin karena Ara belum juga menemukan ponselnya. Tapi Aksa berjanji, dia akan mengembalikan ponsel milik Ara secepatnya. Iya secepatnya. Setelah semua rasa penasarannya terbayar.
"Masih mikirin masalah hp, ya?" tebak Aksa membuat Ara menatap kearahnya.
Ara tersenyum tipis seraya menggeleng, "nggak kok. Kalo udah hilang mau gimana lagi. Itu juga bukan mau aku!" ucapnya pasrah.
"Lo nggak usah khawatir. Gue bakal beliin lo hp baru. Tenang aja!"
"Kalo masalah hpnya sebenernya aku nggak masalah. Cuma isi dari hp itu penting banget buat aku."
"Emang di hp lo ada apa?" tanya Aksa memancing Ara untuk mengatakan sesuatu.
"Ya.. Banyak. Ada foto papa, mama, Adel. Kenangannya banyak banget!" ucap Ara beralasan.
"Masih sempet mikirin papa lo itu?" batin Aksa lalu kembali menyendok nasinya dan hendak dimasukkan ke dalam mulutnya. Tapi diurungkan. Aksa kembali menatap perempuan itu.
"Ra!" panggil Aksa membuat Ara kembali menatapnya.
"Ya, Sa? Ada apa?"
"Lo mau balik ke Indo nggak?" tanya Aksa tiba-tiba membuat mata Ara berbinar.
Ara mengangguk antusias. "Emang kamu mau balik ke Indonesia?!" tanya Ara melemparkan pertanyaan itu kepada Aksa.
"Nggak. Gue cuma nanya doang!" Ara mendadak tersenyum masam lalu menghela napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Ficção AdolescenteBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...