Aksa sudah terlelap dalam tidurnya. Hingga pada saat tengah malam tepatnya pukul dua belas malam laki-laki itu berhasil dibangunkan oleh suara gaduh yang berasal dari luar kamarnya.
"Suara apa itu?" tanyanya. Ia mengucek matanya lalu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya tadi. Aksa berjalan gontai keluar dari kamarnya. Dan begitu knop pintunya dibuka, Aksa dibuat kaget sekaligus bingung. Bagaimana tidak, ruangan apartemennya ini sangat berantakan sekali. Sangat-sangat berantakan. Bahkan bantal-bantal sofa tidak berada pada tempat yang harusnya. Sepertinya ada seseorang yang sengaja mengacak-acak ruangan ini.
Seketika suara gaduh kembali terdengar. Kali ini dari arah dapur. Aksa dengan sigap mengambil vas bunga yang ada diatas meja tepat di samping kamarnya. Dengan langkah mengendap-endap ia menghampiri sumber suara itu. Aksa mengangkat tangannya untuk memukul orang itu namun diurungkan saat mengetahui siapa pelakunya.
"Ara!" seru Aksa saat melihat Ara tengah mengacak-acak isi dapur. Dia terlihat seperti orang yang berputus asa. Bahkan terlihat seperti orang kehabisan akal. Aksa bingung. Benar-benar bingung. Dia seperti bukan Ara yang biasa ia lihat.
"Ra, lo kenapa?" tanya Aksa dengan masih berdiri ditempatnya. Ara menoleh lalu menggeleng sebentar lantas kembali mengacak-acak isi dapur itu. "Ra, lo kenapa?" tanyanya lagi tapi Ara tidak menggubris.
"Hentikan!" titah Aksa lalu meraih tangan Ara agar gadis itu berhenti mengacak-acak isi apartemennya. Tapi Ara memberontak dan mengempas tangan Aksa jauh-jauh.
"Ra! Lo kenapa? Hey. Dengerin gue!" Aksa kembali meraih tubuh Ara. Kali ini dia membawa Ara kedalam pelukannya. Mengeratkan dekapannya agar gadis itu bisa tenang. "Ra! Lo kenapa?" sahut Aksa sedikit panik. Tapi Ara memberontak sejenak. Sebentar saja, sampai gadis itu menyerah dan menangis.
"Laci kamarku.." ucap Ara lirih membuat Aksa bingung. Apa yang dimaksud perempuan itu?
"Laci kamarku, Sa.." ucap Ara lagi. Kali ini Aksa bereaksi.
Dia melepas dekapannya dan menangkup wajah gadis itu. "Iya. Iya. Lo tunggu di sini sebentar!" sahut Aksa lalu dia berlari kearah kamar Ara. Membuka laci yang ada di samping tempat tidur, mencari sesuatu yang mungkin dibutuhkan gadis itu.
Dan benar saja. Aksa menemukan sebuah kotak obat. Tapi tunggu dulu. Aksa tahu obat apa itu.
"Obat penenang?" Aksa memastikannya kembali. "Iya. Ini obat penenang! Sejak kapan Ara mengkomsumsi obat-obatan seperti ini?" tanyanya lagi. Dia bergelut dengan pikirannya lalu kemudian dia berdecak, "gue bisa tanyain nanti. Dia sekarang butuh ini!" ucapnya lalu ia berlari dan menghampiri Ara lagi.
"Ini. Ini. Lo minum dulu!" ucap Aksa lalu memberikan satu pil obat kepada Ara dan memberikannya air. Dengan sigap perempuan itu meminum obat itu dan meneguk airnya sampai habis.
Beberapa detik setelah itu, isakan tangis Ara terdengar pilu membuat siapa saja yang mendengarnya pasti ikut merasa iba. Bahkan Aksa juga demikian. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada perempuan itu.
Ara seketika memeluk Aksa dengan erat. Sangat erat seperti ia takut ditinggal pergi oleh laki-laki itu.
"Semua orang jahat sama aku!" gumamnya lalu ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Aksa.
Aksa membalas pelukan Ara dan mengelus rambut panjang gadis itu dengan lembut. "Siapa yang jahatin lo, hmm?" tanyanya dengan suara pelan.
"Semua orang jahat sama aku, Sa." Ara kembali menangis.
"Nggak. Semua orang nggak jahat sama lo." kata Aksa berusaha menenangkan gadis itu.
"Aku cuma punya mama, Sa. Dan dia mau rebut mama dari aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [Biarkan Aku Memilih]
Novela JuvenilBagaimana sensasinya jika kamu dijodohkan oleh saudara tunanganmu? Kira-kira bagaimana caramu mengekspresikannya? Marahkah? Kesalkah? Atau malah biasa aja? Itulah yang dialami Aksatama Ferhandiola. Karena sebuah keputusan yang terburu-buru, dia haru...