Aksara 10

25 4 0
                                    

Hari itu tiba. Dimana dua anak manusia itu akhirnya terikat dalam sebuah hubungan yang dinamakan pernikahan. Tidak ada ekspresi kebahagiaan yang terpancar. Melainkan raut wajah yang hanya berpura-pura larut dalam kebahagiaan orang-orang.

Pernikahan ini tidak semegah perayaan pernikahan Amel dan suaminya. Juga tidak banyak yang datang, hanya sanak keluarga yang menghadirinya. Ini sudah menjadi keinginan Aksa. Ia ingin pernikahan ini terprivasi. Hanya keluarga dan orang-orang terdekatnya yang diperkenankan hadir.

Aksa. Pria itu sedang duduk bersama perempuan yang sudah sah menjadi istrinya sambil ditonton oleh para tamu yang hadir. Aksa mendekatkan wajahnya ke telinga Ara dan membisikkan sesuatu padanya.

"Kau yang memulai semuanya. Jadi kuharap setelah ini, kau tidak menyesali keputusanmu." gumamnya pelan. Ara tidak membalas atau berkata apapun selain diam. Perempuan itu lebih banyak diam hari ini. Menanggapi Aksa seperti bukan jalan yang tepat untuk saat ini.

"Mah, tamu udah dateng semua, kan?" tanya Ara pada Cila yang sedari tadi ada di sampingnya sambil menyalami semua tamu yang datang.

"Sepertinya semuanya udah hadir, memangnya kenapa?"

"Aku capek mah, kepala aku pusing!" eluhnya dengan suara pelan tapi masih bisa terdengar jelas oleh Cila.

"Oh, yaudah. Kamu istirahat saja, biar mama yang urus semua tamu. Oke?" ujarnya.

"Aksa!" panggil Cila membuat Aksa menoleh dengan malas.

"Apa? Mau nyuruh Aksa nganter dia ke apartemen?" tebaknya.

"Itu kamu tau. Lalu kenapa masih duduk di situ? Kenapa nggak nemenin Ara?"

"Emang dia siapa?" sahutnya sinis membuat Cila berdecak kesal.

"Semua ini belum cukup jelas atau harus mama perjelas lagi?"

Aksa memutar bola matanya malas, "nggak usah!"

Pria itu berdiri dari duduknya dan melirik tidak suka kearah Ara. "Dasar manja!!" sindirnya lalu berjalan mendahului gadis itu.

Ara tidak menyahut sedikitpun. Dia hanya menunduk sambil berjalan pelan karena gaun yang dipakainya sangat panjang dan beresiko membuatnya terjungkal dari panggung. Tapi sekali lagi, Aksa tidak peduli. Dia hanya berjalan tanpa menoleh sedikitpun atau sekedar membantu istrinya itu berjalan.

********

Aksa dan Ara tiba di salah satu apartemen yang terletak di tengah-tengah kota Jakarta. Apartemen itu adalah hadiah pernikahan yang diberikan Hans untuk mereka. Tidak tanggung-tanggung dalam memberikan hadiah, Hans menghadiahkan sebuah apartemen mewah. Bahkan saking luasnya, Hans harus mempekerjakan seorang asisten rumah tangga untuk merawat rumahnya itu.

"Lo mau apa?" tanya Aksa pada Ara yang ada di sampingnya.

"Ya.. Mau beres-beres." timpalnya tanpa beban. Ara menarik kopernya masuk ke dalam kamar bercat putih itu.

"Nggak!" Aksa menahannya membuat gadis itu menatapnya bingung.

"Kenapa?"

"Gue nggak sudi sekamar sama cewek kayak lo!" Aksa mendorong tubuh gadis membuatnya mundur beberapa langkah. "Gue nggak suka cewek naif!" Aksa mendorongnya lagi. "Dan gue, nggak suka sama lo!" Aksa mendorongnya sampai gadis itu benar-benar keluar dari ruangan itu.

"Trus aku tidur dimana?"

"Kan kamar di sini banyak. Lo kira papa gue beli apartemen buat nampung anak kos-kosan? Ribet banget sih lo! Atau lo tidur di kolong jembatan aja! Cewek kayak lo pantes tidur di sana!" ucapnya mengejek lalu menutup pintu itu dengan keras membuatnya menghasilkan suara brak!

AKSARA [Biarkan Aku Memilih]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang