Ini mohon maaf ya gengs kalo yah begitulah seperti biasa:v ini baru di ketik juga, dikarenakan takut semua sahabat Dije ini nunggu lama awokwok... Jadi ya seadanya saja eaaa.
---Mereka memang serupa, tapi tidak sama.
***
Ara menatap kesal pada suami menyebalkannya. Bagaimana tidak, sudah 15 menit lamanya Ara berusaha untuk membangunkan Alex yang masih terlelap di bawah selimut yang hangat.
"Bangun woy!" Jerit Ara seraya menarik selimut yang menutupi tubuh suaminya itu.
"Emh... 5 menit lagi yaang,"
Cukup. Sudah cukup. Ara harus segera membangunkan kedua putranya, membantu memandikannya, memakaikan pakaiannya dan menyiapkan semua keperluan sekolah kedua putranya.
Iya, tahun ini adalah tahun pertama Arsen dan Arthur duduk di bangku sekolah. Dan hari ini satu minggu sudah Ara menemani kedua putranya bermain sembari belajar di salah satu Taman Kanak-Kanak yang memang memiliki akreditas terbaik serta biaya yang lumayan.Ceklek.
Tanpa berusaha lagi, Ara pun berlalu untuk mengecek apakah si kembar yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 5 itu sudah bangun atau masih terlelap seperti Ayah mereka.
"Mamaaah! Mah..." Belum sempat Ara membuka pintu, tiba-tiba saja Arthur berlari ke arahnya dengan menenteng seragam sekolahnya yang berwarna putih dan ungu itu.
"Kenapa sayang?" Tanya Ara seraya memangku Arthur dan kembali membawanya ke kamar untuk melihat Arsen.
"Althul belum mandiiii.." rengeknya,
Ara terkekeh pelan mendengar kecadelan putranya itu. Mungkin mereka memang kembar, tapi Arsen lebih dulu bisa berbicara dan berjalan. Sedangkan Arthur, ia baru bisa berjalan ketika umur satu setengah tahun dan berbicara ketika ia berumur 2 tahun setengah.
Melihat Arthur tetap bersama mereka pun, Ara sudah sangat bahagia karena mengingat kejadian ketika Arthur lahir yang mengalami sedikit gangguan pada pernafasan. Bahkan sampai ia berumur 1 tahun, Arthur harus terus check up untuk memeriksakan kesehatannya.Tapi saat ini Ara sudah tenang karena Arthur tidak pernah mengeluhkan apa pun. Ia berharap kedua putranya itu sehat selalu. Apa Alex khawatir? Tentu saja, bahkan dia adalah orang yang paling takut. Alex sangat takut jika kanker yang dulu pernah di deritanya akan menurun kepada salah satu anaknya. Tapi ternyata tidak, ia sangat bersyukur untuk hal itu.
Ceklek.
Ara mulai melangkah masuk ke dalam kamar putra kembarnya.
"Arsen mana?" Tanya Ara yang tidak menemukan Arsen di atas tempat tidurnya.
"Arsen di sini."
"Loh, kamu udah mandi?"
Arsen mengangguk kemudian berjalan ke arah tempat tidurnya untuk memakai seragam yang sudah di simpannya sebelum mandi tadi.
"Kamu mandinya bersih gak? Mandi lagi yuk sama Mamah..." Ucap Ara seraya berjalan menghampiri Arsen yang memang lebih kurus di bandingkan Arthur.
"Bersih kok, nih wangi." Ucap Arsen yang mulai memakai seragamnya.
"Ya udah, Mamah mau bantuin Arthur mandi dulu yah. Kalo gak bisa, kancingin bajunya nanti aja biar Mamah yang pakein..." Ujar Ara yang kemudian mengajak Arthur untuk masuk ke dalam kamar mandi.
Alex memang sengaja membuat Arsen dan Arthur berbagi kamar dengan harapan itu akan meningkatkan rasa sayang dan kasih serta ikatan di antara keduanya. Arsen mendapatkan sisi kanan dan Arthur sisi kiri, itu semua di tentukan oleh tanya jawab yang Alex lakukan, yang menang maka dia yang boleh memilih sisi tempat tidur.
Satu kamar namun berbeda tempat tidur, dengan hiasan favorit mereka masing-masing. Tembok Arthur lebih banyak tempelan di bandingkan milik Arsen. Dan selagi mereka nyaman, maka akan Alex biarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Our Life
RandomKisah ini bukanlah kisah yang berdiri dengan sendiri, kisah ini sudah terjalin dengan kisah-kisah sebelumnya. Alexio Derald, ia bukan lagi orang yang mendominasi. Ia bukan lagi fokus satu-satunya bagi Ara dan bagi kalian semua. Kini Arsen dan Arthur...