20

927 86 4
                                    

Jimin bangun paling pagi dan langsung pergi ke minimarket.
"Aku harus beli apa buat Yuju?" Katanya sambil mondar-mandir di daerah buah-buahan.

Ia mengambil handphonenya dan mencari di google, 'makanan yang tepat untuk dimakan ketika demam' i

"Yoghurt, air kelapa, jeruk, pisang." Satu persatu ia masukan ke dalam keranjang belanjaannya.
"Eo? Sup ayam?"
Ia melihat jam dan menghitung apakah akan sempat jika ia memasak dulu karena jam setengah 9 ia harus ujian.

"Ah, beli aja dulu. Sempet nggak sempet liat nanti." Jimin mulai memasukan bahan-bahan sup ayam.

Setelah membayar, Jimin langsung melesat ke dorm yeochinies.
"Selamat pagi Umji-ya." Sapa Jimin ketika melihat Umji yang sedang menyiram tanaman.
"Ah, sunbaenim. Mau jenguk Yuju? Boleh masuk ajaa, pintunya nggak di kunci." Jimin pun membungkuk pada Umji kemudian langsung masuk ke dalam.

"Permisi."
"Apakah itu Jimin sunbaenim?" Tanya Sowon dari dapur.
"Ne."
Sowon pun langsung meninggalkan pekerjaannya. "Yuju belum bangun. Sunbaenim ujian jam berapa?"
"Jam setengah 9."
"Oh, sejam lagi? Kurasa Yuju belum mendingan. Dia pasti akan ikut susulan." Terang Sowon kemudian membukakan pintu kamar Yuju.

Jimin masuk ke dalam lalu duduk di sebelah kasur Yuju. Tangannya langsung ia tempelkan di kening Yuju. "Astaga masih panas." Katanya pelan. "Tadi terakhir dihitung 40 derajat."
Jimin langsung menengok karena kaget, "Jam?"
"6."
"Bukankah sebaiknya kita bawa dia ke dokter?"
"Kita harus minta persetujuan Yuju karena dia yang merasakan sakit, bukan kita. Dia tipikal orang yang anti ke dokter masalahnya. 'Dengan usaha yang maksimal, ada beberapa penyakit yang bisa ditangani oleh kita tanpa bantuan dokter' itu katanya setiap diajak ke dokter. Apa sunbaenim mengerti?"
Jimin mengangguk-ngangguk.

"Setelah ujian sunbaenim mau menjaganya? Sepertinya dorm akan kosong jam segitu."
Jimin dengan cepat mengiyakan tawaran Sowon. "Aku yang membuatnya sakit, aku harus bertanggung jawab."
Sowon tertawa mendengar itu.
"Bukan sunbaenim yang membuatnya sakit. Itu salahnya. Jangan salahkan dirimu."
.
.
.
"Bagaimana kabar Yuju?" Tanya Seokjin yang kebetulan bertemu Sowon sebelum ujian.
"Belum membaik. Panasnya 40 derajat tadi jam 6." Jelas Sowon.
Seokjin melongo. "Sedemam itu dan tetap pergi ke amusement park?"
"Yah kalau bukan karena Jimin sunbaenim, karena apa dong?" Kata Sowon dan tertawa kecil.
Seokjin membulatkan matanya. "D-dia suka Jimin?" Tanyanya.
Sowon mengangkat bahunya, "Menurutku sih iya."

"Yasudah, semangat ujiannya!" Seokjin mengepalkan tangannya.
"Fighting juga sunbaenim!" Balas Sowon.

"BUCIN CEPETAN UJIANNYA MO MULAI!" Teriak Taehyung mengangetkan Sowjin.
"Aduh bocah itu astaga." Seokjin menepuk jidatnya.
"Kau juga tak kalah bocah dengannya." Kata Sowon dan tersenyum sinis.

Seokjin mengedipkan matanya 2 kali.
"Ya! Enak aja ngomong gitu!-"
"BUCIN HYUNG PPALI!" Teriak Taehyung lagi.
"Astaga Taetae menganggu saja! Awas kau Kim Sojung!" Kata Seokjin dan pergi meninggalkan Sowon.

Diam-diam, keduanya tertawa kecil, gemas akan tingkah satu sama lain.
.
.
.
Yerin memegang pipinya yang lagi-lagi memanas.
"Astaga. Astaga. Astaga. Aku pulang digendong Tae sunbaenim. Aku sudah gila!" Teriaknya.
"Hooh, hoki nih." Komentar Sinb.
"Aku memang berdebar tapi aku juga merasa malu, dasar bodoh!!" Yerin memukul-mukul Sinb.
"Auch auch auch!!! Ya, sakit." Kata Sinb dengan muka kalem nya.

"Kamu pikir aku harus apa kalau nanti bertemu Tae sunbaenim?" Tanya Yerin.
Sinb hanya mengangkat bahunya, "Bukan urusanku." Kemudian menjulurkan lidahnya.

Knock knock!

Ketukan pintu membuat Yerin dan Sinb menengok secara sinkron.
"Umji bukannya diluar?"
Yerin menggeleng. "Dia lagi mandi."

"Baiklah aku akan membukakan pintu."
Selagi Sinb pergi, Yerin terus berteriak tentang betapa malunya ia.

"Ah! Suga Sunbaenim. Mencari Umji?" Tanya Sinb.
"Ani. Eunha eodi?" Tanyanya.
"Eunha? Si bantet lagi ujian jam segini. Kenapa tiba-tiba nyari dia? Sunbaenim sebenernya suka siapa sih?"
"Tidak apa. Sepertinya dia belum cerita pada kalian."
Sinb bingung.
"Ia akan menceritakannya cepat atau lambat."
Sinb ingin bertanya tentang itu tapi keburu di potong oleh Suga. "Umji ada?"

Sinb melupakan pertanyaannya itu kemudian tersenyum menggoda.
"Ada, lagi mandi. Kenapa? Jadwal ujiannya siang." Jelas Sinb.
"Aku tau. Makanya aku kesini."
"Ah, benarkah?"

Krieek, pintu kamar mandi terbuka.
Umji keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Umjiya, ada ehm ehm kamu nih."
Umji mendekat ke pintu dan terlihat Suga sedang melambaikan tangannya.

"Sunbaenim, w-wa, maaf aku baru keramas!" Katanya panik dan menyembunyikan rambutnya dengan handuk.
Sinb pun pergi meninggalkan Umga karena tidak berniat menjadi nyamuk.

"Nggapapa." Katanya singkat.
Kemudian mereka diam. Hening. Dan hanya saling memandang.
Suga mendekatkan wajahnya ke Umji.
Jantung Umji rasanya berdebar terlalu keras hingga ia bisa mendengar debaran itu.

"Sampo mu wangi. Wangi stroberi. Cocok untukmu." Suga tersenyum kemudian menarik wajahnya kembali.
"O-oh, benarkah? Terima kasih." Umji tidak bisa menahan rona di pipinya.

"Hari ini aku ditukar jadi siang." Jelas Suga.
"Benarkah?"
Suga mengangguk.
"Kita bisa pergi bersama." Tawarnya.
Umji tersenyum lebar, "Neomu neomu gomawo sunbaenim. Dari kemarin aku kesepian karena peserta gelombang ketiga cuman sedikit. Tapi kok bisa jadi siang?"
"Ceritanya panjang."
Umji ber-oh.

"Hei kalian, kami berangkat dulu ya!" Sinb dan Yerin muncul mengagetkan Umga.
"A-ah iya eonnie, hati-hati di jalan." Pesan Umji.
"Jaga rumah sampai Jimin sunbaenim datang. Ia janji akan merawat Yuju." Kata Yerin tanpa melihat ke arah Umji.
"Okay eonnie."

"Masuk sunbaenim." Umji membukakan pintu.
"Nggak apa-apa nih? Takut ngerepotin kamu." Tanyanya ragu.
Umji menggeleng cepat. "Jangan khawatir, lagian Sowon eonnie sudah merapihkan semuanya dan anggap saja dorm sendiri."
"Oh, baiklah. Permisi." Suga pun masuk ke dalam.

Umji membuatkan minuman dingin karena saat ini sangat panas serta memberikan Suga buah semangka.
"Ah terima kasih." Kata Suga senang.

"Aku baru sadar. Sinb eonnie dan Yerin eonnie pergi, lalu bagaimana aku mengeringkan rambutku?" Tanya Umji pada dirinya sendiri.
Suga yang mendengar itu langsung bertanya, "Ada apa? Kamu tidak bisa mengeringkan rambut sendiri?" Tanyanya heran.
Umji mengangguk.
"Astaga, sungguh?" Suga memastikan dan Umji mengangguk lebih yakin.

"Baiklah akan aku bantu."
Umji mengedipkan matanya dua kali.
"Apa?"
"Aku bisa mengeringkan rambut. Mencatok juga bisa. Aku sering melakukannya bersama tetangga sebelah rumahku dulu." Suga berdiri kemudian mengambil hair dryer yang dipegang oleh Umji.
"Sunbaenim serius mau melakukannya?" Tanya Umji yang masih tidak percaya.

Tanpa menjawab pertanyaan Umji, Suga menarik tangan Umji mendekat ke stop kontak.
"Ayo duduk." Kata Suga.
Umji pun menurut.
Suga menyolokkan hair dryer kemudian melepas handuk yang masih menutupi rambut Umji itu.

"Ehm. Aku izin pegang." Kata Suga dan diikuti oleh anggukan Umji.
Tangan Suga menyentuh rambut tebal Umji yang basah itu. Suga tersenyum, "Rambutmu bagus." Komentarnya.
"Terima kasih."
"Kamu lebih baik merawatnya dengan baik. Aku menyukai rambutmu." Puji Suga kemudian mulai mengeringkan rambut Umji.

"Dia menyukai rambutmu bukan dirimu Kim Yewon! Sadarlah! Astaga jantungku..." batin Umji. Syukurnya Suga tidak dapat melihat wajah Umji yang memerah karena salting saat ini.

Thanks for reading 🤩

Keep love and support Bangchin yeorobun
-Navi 💜

Lots of love from Starsbyherside 🤗

Aestas Lover ✔️ •Bangchin• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang