30

865 77 0
                                    

"Hari ini kamu bisa pulang." Kata Jimin canggung.
Yuju tersenyum. "Akhirnya."

"Y-yuju-ya, tentang yang kemarin..." perkataan Jimin dipotong oleh Yuju.
"Lupakan yang kemarin aku ucapkan dan mari kembali berteman dengan baik." Katanya dan tersenyum.

"Aku mohon dengarkan aku dulu. Aku-"

"Aku rasa tidak ada yang perlu kita bahas."
Yuju sebenarnya merasa malu.
Malu karena menyatakan perasaan tanpa persiapan.
Malu karena dia duluan yang mengakui perasaannya.

"Aku menyukaimu."

Mendengar itu Yuju terkejut.
Jantungnya berdebar cepat.

"A-apa? Bukannya sunbaenim membenciku?" Tanya Yuju.
Jimin langsung menggeleng.

"Kemarin aku teralu kaget dan bahagia hingga semua ucapanku tersangkut di tengorokan. Aku menjadi pengecut karena kamu duluan yang menyatakan perasaanmu. Harusnya aku duluan bukan kamu."

Yuju tak bisa menahan senyumnya.
Tangannya memegang kedua pipinya.
Pipinya panas saat ini.

"A-aku terkejut."

"Apa kamu percaya denganku? Aku benar-benar tidak membencimu, Yuju-ya. Justru aku senang sekali ketika kamu menyatakan perasaanmu." Jimin mendekat ke kasur Yuju lalu menggenggam tangan Yuju.

Yuju hanya terdiam.
Ia masih tidak percaya kalau Jimin menyukainya.
Tapi ia tau perasaan Jimin itu asli. Tau dari mana? Sowon bercerita tentang sesuatu kemarin.
Cerita itu membuat ia sedikit menaruh harapan kembali pada Jimin.
Siapa sangka Jimin benar-benar menyukainya?

"B..baiklah, aku percaya padamu." Kata Yuju akhirnya.
Jimin tersenyum senang dan mempererat pegangannya.

Krieeekk...
mendengar pintu terbuka Jimin dan Yuju auto melepaskan genggaman mereka.
Umji nongol dari balik pintu dan tertawa kecil.

"Maaf mengganggu kalian, tapi ayo bersiap untuk pulang, eonnie."

"Astaga Jiya kamu mengganggu." Protes Jimin.

"Maaf ya sunbaenim, aku tidak tertarik menunggu percakapan kalian hingga selesai. Jika dugaanku tepat, percakapan kalian tidak akan pernah selesai." Kata Umji sambil mengemas barang-barang Yuju.

Jimin cemberut sedangkan Yuju tertawa.

"Hei bukannya kamu ujian?" Tanya Jimin.
Umji mengangguk, "Aku berlarian kesini karena tau Yuju eonnie akan pulang."

"Bagaimana dengan yang lain? Kenapa mereka tidak disini?"
Kali ini Umji menggeleng, "Aku pun tak tahu. Ngomong-ngomong, daripada bertanya terus, Lebih baik bantu aku dan Yuju eonnie siap-siap pulang deh."

Seperti Baby Umji sudah lelah dengan pertanyaan Jimin.
Maklum, akhir-akhir ini Umji sedang terganggu akibat masalah Hyerin dan Suga.
Sungguh ia merindukan Suga lebih dari apapun.

"Baiklah, ayo kita pulang." Jimin pun akhirnya juga ikutan membereskan buah-buahan hadiah yang belum Yuju makan.

"Kamu serius panen buah." Canda Jimin.

"Tentu saja."

Jimin pun menyimpan buah-buah itu di satu tempat kemudian membantu Yuju berdiri dari ranjangnya.
"Pelan-pelan, pegangan padaku. Hati-hati jatuh." Kata Jimin sembari memberikan tangannya pada Yuju.

"Ya! Aku sakit demam bukan apa-apa. Sunbae bertingkah seperti ini penyakit serius. Aku ini sudah besar. Kalau mau bilang kayak gitu, lebih baik ke Umji." Protes Yuju.

"Ih kamu kemarin pingsan gitu gimana aku nggak khawatir?" Jimin melebih-lebihkan nada bicaranya hingga membuat kedua insan itu tertawa.

Diam-diam Umji cemburu.
Memang sih, Suga dan dirinya tidak mengobrol seperti itu.
Tapi Umji berhasil mendapat kenyamanan dari dalam diri Suga yang membuatnya tak bisa berhenti memikirkan Suga.

"Kenapa sih aku harus berada di posisi ini?" Gumamnya.
.
.
.
"Ngomong-ngomong Jiya, bagaimana hubungan mu dengan Suga?" Tanya Jimin.

Umji yang sedang mengurus urusan administrasi Yuju tidak menghiraukan perkataan Jimin.
Padahal saat ini ia sedang menunggu pihak administrasi datang. Intinya dia lagi diem aja gitu.

Yuju dan Jimin masih menunggu respon dari maknae itu.
Tapi tampaknya Umji pura-pura tidak mendengar karena ia menghindari kontak mata dengan Jimin yang bertanya.

"Umjiya." Panggil Yuju.

Akhirnya ia menengok dengan muka bingung.
"Ya? Ada apa?" Tanyanya.
Ini antara serius nggak denger atau pura-pura.

"Bagaimana hubunganmu?"

"Hubunganku? Dengan siapa? Sanha?"

Jimin dan Yuju saling berpandangan. Dari Suga ke Sanha kan jauh gitu.

"Kamu menjauhi Suga?"

Perkataan itu dibantah oleh Umji.

"Sama sekali tidak." Dustanya.

"Lalu?"

"Tidak ada apa-apa diantara kita."
Setelah itu Umji langsung mengurusi administrasi karena mba nya udah datang.

"Apa kamu merasa ada hal yang aneh?" Tanya Jimin kepada Yuju.
Yuju tersenyum. "Iya. Tapi cepat atau lambat Umji pasti cerita. Aku tidak perlu khawatir." Mendengar itu Jimin jadi cemberut.

"Terus aku tau darimana?"

Yuju tertawa melihat Jimin kemudian menepuk-nepuk pundak Jimin.
"Jangan khawatir. Dunia Bangchin sempit. Beritanya pasti sampai ke sebelah."

"Sempit apanya? Kita dorm sebelahan aja sadarnya lama." Jimin tambah ngambek.

Kalau dipikir benar sih ucapan Jimin.
Sowjin bertemu di toko seafood yang terletak di sebrang dorm mereka, tapi tidak menyadari kalau mereka itu tetanggaan.
Memang luar biasa Bangchin tuh.

Yah walau ada alasan sih mereka nggak tau satu sama lain. Mereka pergi ke kampus dengan jalur yang berbeda.
Rumah mereka berada di perempatan.
Bersebelahan tapi di perempatan.
Ada yang kebayang?
Apa harus aku cari dulu foto rumahnya? :')

"Ah, Yuju sudah waktunya pulang?"

Suga dan Seokjin datang bersamaan.

Umji yang sedang membelakangi Suga merasakan kedatangannya.
Ia mendadak gelisah dan tak tahu harus apa.
Bahkan saat ini ia belum melihat ke arah Suga lho! Tapi ia bingung apa yang harus dilakukan!!

"Mba mba mba." Panggil Umji pelan.

Si mba menengok dan tersenyum ramah, "Ya, ada apa?" Tanyanya.
"Bisa bantu aku? Aku mohon." Umji memelas.
Sungguh sebenarnya ia frustasi.
"Dengan senang hati, apa yang bisa saya bantu?"
Umji mendekat ke mba itu kemudian membisikkan sesuatu.
Si mba mengangguk-ngangguk mengerti.

Setelah itu drama pun dimulai.

Kriinggg..kriiinggg..

"Halo? Iya? Kamar 6104? Ok akan saya sampaikan." Sang mba menutup kembali telepon.
"Kenapa mba?" Tanya Umji akting.
"Di kamarnya ada yang tertinggal. Akan saya ambilkan tunggu sebentar-" Umji memotong dan menggeleng keras.
"Tidak usah, aku yang kesana. Ini urusan administrasi nya udah kan? Okesip makasih ya." Umji membungkuk dan pergi.

"Ada yang ketinggalan?" Tanya Yuju.
Umji mengangguk.
Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri karena harus melakukan ini.
"Aku ambil ya. Urusan administrasinya udah selesai." Umji pun melambai kepada Yuju, Jimin, Seokjin dan Suga.

Awalnya ia berniat menghindari kontak mata dengan Suga.
Tapi siapa sangka yang pertama kali ia lihat ketika melambaikan tangan adalah Suga sendiri?
Suga yang sedang kebingungan dengan tingkah Umji.
Ekspresi bingungnya memang tak terlihat, tapi Umji bisa merasakannya.

Umji berlari ke pintu darurat lalu masuk ke dalamnya.
Ia menghela nafas dan bersyukur drama nya berhasil.
Tanpa berpikir panjang ia segera mengeluarkan iPhonenya dan mengirimkan pesan untuk Yuju.

"Aku mohon maafkan aku. Aku terlalu banyak berbohong."

Thanks for reading 🤩

Keep love and support Bangchin yeorobun
-Navi 💜

Lots pf love from Starsbyherside 🤗

Aestas Lover ✔️ •Bangchin• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang