28

844 75 13
                                    

"Sinb-ya!" Panggil Jhope.

Sinb yang sedang berjalan menuju kelas menghiraukan panggilan Jhope itu.
Ia terlalu malas bertemu dengannya.

"Sinb-ya!" Teriaknya lagi.

Kini Sinb mempercepat langkahnya.
"Astaga kelasku jauh sekali." Batinnya kesal.

"HWANG EUNBI HENTIKAN LANGKAHMU!" Teriak Jhope.
Orang-orang mulai memperhatikan mereka.

Ketika diteriaki seperti itu langkahnya nyaris terhenti tapi karena kita semua tahu Sinb orangnya seperti apa, ia tidak berhenti berjalan.

Jhope akhirnya berhenti mengejar Sinb.
"Dia sangat marah padaku." Katanya pelan.
Dilirik lah jam tangannya lalu ia tersenyum pahit. "Aku telat satu menit..."
.
.
.
"Aku bingung cuy..." curhat Seokjin.
"Kenapa?" Tanya Namjoon.
"Akhir-akhir ini atmosfer bangchin sedang hancur." Jelasnya.
Namjoon mengangguk setuju.

"Kadang aku memikirkan; apakah membuat kalian berpasang-pasangan adalah hal yang baik atau tidak." Namjoon tersenyum masam.

"Aku senang dipasangkan dengan Sowon. Jujurlah padaku Namjoon. Itu bukan ladder shuffle kan?"

Namjoon tertawa. "Bukan ladder shuffle dari mana? Jelas-jelas itu di- astaga."
Seokjin tersenyum bahagia.

"Ladder shuffle tuh punya line. Ktalk mana ada ladder shuffle."
Namjoon terdiam.
"Kau membuatnya...kan?" Seokjin memojokkan Namjoon.

Akhirnya Namjoon tertawa, "Ok aku kalah."
Ia mengangkat kedua tangannya.

"HAHAHAHAHA YES!" Teriak Seokjin dan bertepuk tangan.
"Makcomblang yang luar biasa. Aku yakin sekarang kita bukan bangchin."
Namjoon memiringkan kepalanya.
"Kita jadi buchin dong sekarang~"  Seokjin tertawa terbahak-bahak.

"Aduh siapa sih nggak kenal aku sama kamu." Namjoon menutup matanya dengan kedua tangannya. Sementara Seokjin yang receh terus tertawa.
Pintu kamar mandi terbuka dan muncul Jungkook yang langsung bergabung.

"Hei uri dongsaeng." Sapa Seokjin setelah tawanya mereda.
Jungkook tersenyum tipis.

"Ngomong-ngomong aku ingin bertanya padamu." Kata Seokjin.
Jungkook mendengarkan dengan malas.
"Tanya aja susah banget." Katanya cuek.
"Astaga anak ini nggak ada sopan santun ya sama hyungnya!" Seru Seokjin dan hendak memukul Jungkook yang sedang menjulurkan lidahnya saat ini.

"Ada apa?" Ulang Jungkook.
"Kenapa kamu berbohong pada Sowon?"
Jungkook terdiam lama.

"Aku tidak mengharapkan jawaban krik krik, Jungkook-ah." Kata Seokjin.
"Eunha nanti malu karena sampai mengusirku gara-gara salah menyimpulkan suatu kejadian."

Seokjin dan Namjoon saling berpandangan.
"Kau gila?" Tanya Namjoon.
Jungkook menatap Namjoon dan tersenyum kecil. "Aku memang gila."
"Jungkook-ah, aku serius. Kenapa kamu begitu memperhatikan perasaannya?" Tanya Namjoon.
"Tentu saja karena ia tulus..." kata Seokjin pelan.

Jungkook tersenyum.
"Ya! Berhenti tersenyum ketika hatimu menangis. Aku benci melihatmu tersenyum seperti itu." Namjoon memukul tangan Jungkook.

"Maaf, hyung."

Seokjin mengusap punggung Jungkook. "Kita disini untukmu Jungkookie. Jangan khawatir."
.
.
.
Jimin mondar mandir di depan ruang dokter.
Ia sedang menunggu pasien di dalam keluar agar ia bisa mengobrol dengan dokter yang merawat Yuju itu.

"Aku masih bingung caranya meyakinkan Yuju." Katanya pelan selama mondar mandir.

Krieek, pintu terbuka dan keluar sang dokter.
"Apa yang kau lakukan? Mondar mandir di depan ruanganku?" Tanyanya.

Aestas Lover ✔️ •Bangchin• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang