Empat puluh satu

1.6K 189 8
                                    

Sajadah sky tergelar satu saf di belakang Larjo.  Belum pernah sky merasa mampu sholat dengan sekushu ini sebelumnya.  Setiap bacaan Al Fatihah yang di bacakan Larjo seakan-akan menghujam jantungnya, membuat air matanya terus terjatuh. Sky bahkan tak bisa menghentikan air matanya hingga di akhir sholatnya. 

Untuk pertama kalinya Sky mengangkat tangannya untuk benar-benar memaknai arti sebuah Doa.  Bahwa Doa tak hanya sekedar menghafal rangkaian huruf arab,  Doa lebih dari itu.  Di dalam doa ada sebuah pengharapan.  Pengharapan seorang hamba kepada penciptanya.

Rasa hangat dan tenang perlahan menjalar pada seluruh tubuhnya.  Seperti ini kah perasaan merasa Aman? Seperti inikah perasaan merasa penuh syukur?  Seperti inikah rasanya pulih dari sebuah keterpurukan dan kekhawatiran?  Sky mencoba mengingat pelajaran pertama dalam perjalanan hijrahnya.  Pelajaran tentang sebuah keresahan.  Jika seorang hamba merasa resah maka yang salah bukan Tuhannya,  melainkan hati hamba itu sendiri yang bermasalah.  Jika,  saat ini ia merasa resah pada hidupnya sedangkan Nikmat dan janji Allah itu nyata, maka yang salah adalah diri sky sendiri.  Sky yang belum benar-benar percaya,  bagaimana bisa Ia tidak percaya setelah semua kebesaran Tuhan telah terbukti jelas di depan matanya.  Sky sama sekali tak memiliki alasan untuk tidak percaya.  Tidak sedikit pun. 

***

Xena melipat mukenanya, Ia berdiri dan meletakan mukenanya pada meja belajarnya.  Lalu Ia berjalan dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.  Ia tau seharusnya Ia tak begini,  seharusnya saat ini Ia lebih menguatkan lagi doanya.  Namun entah mengapa xena merasa saat ini tubuhnya terasa begitu lemah.  Mata Xena menatap ke arah luar jendela kamarnya yang mulai basah karna Hujan.  Meski mulutnya tampak diam,  namun di dalam hati Xena terus bertanya.  Ia tak berhenti bertanya kepada Tuhan,  tentang apa yang harus Ia lakukan saat ini.

"Apa yang harus aku lakukan ya Allah? "

"Aku sangat takut saat ini..  Aku takut Ia semakin jauh dari mu karna aku.. "

Air mata Xena kembali jatuh.  Ia sendiri tidak tau apa yang membuat dirinya sedih.  Di satu sisi ia takut Sky semakin jauh dari Tuhan hanya karna dirinya.  Tapi di sisi lain ia juga takut untuk kehilangan sky.  Ya, xena tau dia terlaly bodoh bagaimana bisa Ia merasa takut kehilangan pada sesuatu yang bukan miliknya? 

"Ya Allah,  jika memang jauhnya dia dari ku bisa membuatnya mendekat kepada engkau.. Maka aku mohon jauhkan dia Ya Allah..  Jauhkan dia.  Seberapa banyak pun aku memintanya, jika itu hanya membuatnya jauh dari engkau maka jangan dekatkan kami.  Hapuskanlah rasa cinta untuk ku di hatinya, pertemukanlah dia dengan wanita yang membuatnya semakin dekat dengan engkau.  Aku ikhlas ya Allah..  Aku ikhlas.. " ucap Xena pelan, penuh penekanan. 

Xena melapangkan hatinya sekali lagi, kali ini xena tidak akan lagi meminta untuk menyatukan dirinya dengan Sky. Cinta buat xena sekarang ialah melihat Sky bisa hidup bahagia dunia dan akhirat,meskipun tanpannya.  Dan kali ini,  xena benar-benar mengikhlaskan segalanya.  Ia tidak akan pernah lagi berdoa agar Allah menyatukannya dengan Sky.  Ia hanya ingin Sky kembali, kembali percaya betapa Allah begitu menyayangi sky. 

Xena terus mengulang permintaanya, hingga perlahan namun pasti, matanya terpejam dan xena terlelap dalam tidurnya. 
.
.
Satu minggu berlalu,  sky sudah di izinkan meninggalkan rumah sakit.  Sedang xena masih dalam kesedihannya meskipun ia berusaha untuk tak nampak sedih.  Tidak ada satupun kabar dari sky bahkan Sunny dan claudi tak memberinya kabar. 

Xena mengaduk kopinya.  Tatapanya terarag keluar jendela.  Namun pikirannya saat ini entah ada dimana. 

"Apa di luar ada tulisan sale 90%?"

Xena sedikit terkejut,  ia menoleh pada seseorang yang bicara padanya.  Pria manis dengan segala kharismannya.  Pria yang pasti sangat di idamkan oleh banyak wanita,  tapi jika boleh jujur tidak untuk xena.  Karna sejauh apapun ia berusaha melupakan hanya ada satu pria yang ia inginkan.  Pria yang mungkin tak di restui oleh Illahi. 

Pergi (Rangkuman dari Tugas Kehidupan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang