Tiga puluh sembilan

1.4K 160 8
                                    

Sky berdiri setelah selesai memakai kembali sepatunya. 
Ia sudah akan meninggalkan masjid bersama larjo kalau saja.  Larjo tidak mendekat menyalami samg ustad.  Sky ikut mencium tangan sang ustad yang di balas oleh ustad dengan menepuk-nepuk pundak Sky. 

"langsung kerja mas sky? "

"Iya ustad.."

"ikut pengajian nanti malam? " tanya Sang ustad. 

Sky menoleh ke larjo sesaat, kemudian menggeleng tak enak. 

"hari ini saya akan ada pekerjaan di luar kota.  Mungkin baru akan kembali lusa."

Pak ustad mengangguk.  "semoga Allah lancarkan dan lindungi semua kegiatan mu ya..  Ingat jangan di tinggal sholat 5 waktunya. Kalau bisa di masjid."

Sky mengangguk mantap. 
"terimakasih tad.. Iya.. Tidak di tinggal tad dan akan di masjid. "

"Aamiin.. Aamiin.. insha Allah.. " ucao sang ustad.  Larjo pun ikut mengatakan hal yang sama meskipun lebih pelan. 

"kau ikut pengajian nanti malam kan? " tanya ustad pada Larjo

"Insha Allah ikut.. "

"di sempatkan ya.. " ucap sang ustad dan menepuk pundak Larjo.  Larjo mengangguk dan tersenyum tidak enak. 

"jangan kalah sama mas sky.. "ledek sang ustad. 

Sky pun ikut merasa tak enak.. Ia tersenyum malu.  "wah saya mah masih jauh dari pak larjo"

"jangan gitu mas sky..  Sama-sama masih belajar kita.. "

Sang ustad merangkul keduanya.  "masih sama-sama belajar, semua yang masih hidup wajib hukumnya untuk terus mencari ilmu.. Sudah sana nanti kalian kesiangan.. "

"pamit ya tad..  Assalamualaikum.. " ucap larjo dan bersalaman lagi.  Sky pun mengikuti.  Sebelum sky pergi pak ustad masih menyempatkan memanggil sky sekali lagi. 

"Bismillah..  Luruskan niat mu.." ucap ustad dan menepuk lengan Sky lagi.  Sky terdiam mendengar ucapan sang ustad.  Ia memang sudah bercerita tentang alasan mengapa ia harus sholat di masjid kepada sang ustad, tentang niat melamarnya.  Sky juga sudah memceritakan tentang masa lalunnya.  Namun entah mengapa ucapan sang ustad kali ini sedikit mengusik hatinya.  Apakah ada yang salah pada dirinya? 

"ayo mas sky.. " ajak Larjo yang membuyarkan pikiran sky.  Sky pun meninggalkan tempat itu dengan sejuta pertanyaan juga kebimbangan.  Ustadnya hanya mendoakan bukan?  Tidak ada maksud lain dari ucapannya bukan?  Mengapa saat ini ia merasa sangat gelisah dan tak enak hati. 
.
.
Kegelisahan Sky terbawa hingga di tempat kerja.  Beberapa kali ocllay mendapati sky sedang melamun dan mendengarkan isi rapat.  Bahkan saat ini sky masih belum sadar kalau rapat sudah selesai dan ayahnya sedang menatap ingin tahu pada dirinya. 

"sudah selesai melamunnya? " ucap Ocllay yang membuat Sky sedikit tetperanjat. 

"eng... Aku ngga ngelamun.. " ucap Sky spontan.  Namun ia tau bahwa ia telah gagal berbohong, karna ruangan sudah sepi hanya tersisa dirinya dan ayahnya. Entah sudah berapa lama ayahnya melihat ia yang tertegun dalam pikirannya sendiri. 

"Ada apa sky? "

Sky menggelengkan kepalanya. 

"daddy mengenal mu bukan baru sehari. Ada apa?  Apa yang mengganggu otak pintar mu itu? " tanya ocllay. Ia berpindah pada kursi yang lebih dekat dari sky. 

Sky menghela napasnya.  Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi dan mendongakan kepalanya menatap langit-langit. 

"aku merasa tidak tenang.. Aku merasa gelisah..  Belakangan ini aku tidak bisa memikirkan apapun..  2 hari belakangan ini aku hanya terus merasa takut... "

Pergi (Rangkuman dari Tugas Kehidupan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang