Pertama

3.3K 185 4
                                    


Xena melambaikan tangannya pada elsa yang kantornya masih satu block lagi dari kantornya, elsa membalas lambaian tangan Xena dan berjalan pergi. Xena melangkah masuk ke dalam kantornya yang tentu saja dengan baiknya sudah di buka kan pintu oleh satpam.

"Assalamualakum mba Xena.."

"Walaikum salam pak Abdi, Udah sarapan belum pak?"

"Sudah dong mba.. sudah siap menjaga keamanan Kantor Elegant W.O" ucap pria paruh baya bernama abdi yang sudah hampir 6 tahun bekerja di tempat itu. Xena tertawa dan mengangguk mendengar ucapan pak Abdi.

"Siap..siap kalau gitu. Xena masuk dulu ya pak.."

"ya silahkan mba Xena..semoga hari ini pelanggan tambah banyak.. eh apa itu mba namanya klien.."

"Aamiin..thank you so,,pak Abdi.." jawab Xena dengan senyum merekah dan meninggalkan pak Abdi.

Axena Refalina yaqub adalah wanita manis,bertubuh gempal yang bekerja sebagai tim perencana di WO terkenal milik kakaknya. Jika di hitung saat ini,perusahaan itu sudah berdiri selama 8 tahun. Namun Xena yang baru berusia 24 tahun di tahun ini baru bekerja selama kurang lebih 2 tahun. Xena sendiri tak benar-benar berfokus di sana. Ia hanya sekedar membantu usaha kakaknya selebihnya Xena adalah seorang guru matematika SMP di salah satu SMP swasta di jakarta. Sekolah tempat Xena bekerja tak menuntut xena harus berada full time di sana itulah mengapa Xena bisa berada di sini sekarang. Lagi pula sekolah itu hanya berjarak 2 km dari kantor kakaknya.

Xena duduk di kursinya dan membuka password komputernya,mulutnya terus merapalkan ayat yang coba ia hafalkan seraya sesekali ia melirik catatannya sendiri.

"Xena.. ini nanti kirim ke gua ya langsung kalau udah selesai.." ucap rekan kerjanya yang duduk di sebrangnya. Xena tak menjawab hanya mengangguk mengiyakan.

"Sebelum jam 10 ya xen.."

Kali ini Xena mengangkat ibu jarinya pertanda ia akan menyelesaikan itu dan mengirimnya sebelum jam 10. Rekan kerja lainnya menghampiri Xena dan memberikan 2 buah map yang di letakan di meja Xena.

"Cek lagi xen.. Kalau masih belum pas bilang." Xena masih tak menjawab kali ini ia mengangkat tangannya membentuk kode OKE. Lalu rekan kerjanya berlalu dari meja Xena. Xena mulai mengerjakan pekerjaanya, namun asih tetap dengan mulut yang berbisik pelan menghafal.

Menjadi seorang perencana pernikahan ataupun guru sebenarnya bukan mimpi Xena. Ia pernah memiliki mimpi yang sangat besar,yang kini ia pilih unuk ia pendam jauh-jauh karna tak akan mungkin lagi ia menggapai mimpi itu. Xena tidak sedikitpun menyesal melepas mimpinya dan pergi melakukan pekerjaan yang bukan dirinnya. Ia bahagia menjadi dirinya yang sekarang, xena yang baru.

Jam menunjukan pukul 9 lebih 15, Xena baru saja menyelesaikan beberapa tugas yang diminta temannya tadi. Ia mengambil ponselnya dan memutuska untuk mengunci lebih dulu komputernya dan Ia tinggalkan sesaat untuk melakasanakan salah satu sunnah agamanya.

Xena berjalan keluar ruangannya, dan bertemu dengan atasannya yang tak lain adalah sang kaka ipar.

"Xena..mau kemana?"

"sholat kak,,kenapa?"

"oh.. kamu hari ini ngga ngajar kan? Bantuin kakak mau ngga please,,"

"as long as i can..sure" jawab Xena

"hari ini kaka udah ada janji sama salah satu klien, nah ternyata bu Hilda juga ada janji sama calon klien kita,tapi kamu tau kan kalau bu hilda tidak bisa masuk karna anaknya sakit, kamu bisa gantiin ngga.?"

Xena terlihat menimbang-nimbang, ia bukannya tak mau membantu namun 4 tahun belakangan ini ia memang tak terlalu suka jika harus bertemu orang baru dan asing untuknya.

"please.. masa kamu tega sih kalau kakak yang nemuin dua-duanya ngga kasian sama calon ponakan kamu ini.." ucap sang kakak ipar dan mengusap perutnya yang sudah mulai membuncit.

"euhh..bumil..bumill bisa banget jurusnya.."

Wanita cantik di hadapan xena itu tersenyum tanpa merasa bersalah,sungguh ia tau Xena tak akan menolak permintaanya jika ia hubungkan dengan calon anaknya itu.

"duh..aunty Xena emang yang terbaik deh.."

"ya..yaa terserah kak Vira aja" gerutu Xena

"Ikhlas ngga? Ikhlas dong.."

"ikhlas..ikhlas.."

"gitu dong.. yaudah sana sholat..bye cantik.." ucap Vira dan menarik pipi adik iparnya itu, yang tak sedikit pun cubby meski tubuhnya gempal,berbeda dengannya yang mulai terlihat cubby karna berat badannya yang selama hamil sudah naik 5 kg.

***

Dan disinilah Xena berakhir,terduduk menunggu sang Klien yang sudah telat lebih dari 15 menit. Xena meyandarkan kepalanya kepada kaca, ia sudah mulai bosan menunggu. Pasalnya jika di ingat-ingat ia sudah menunggu sekitar setengah jam atau lebih. Xena memperhatikan sekitarnya,andai saja ia bisa seperti Rendi yang merubah kejenuhan menanti menjadi sebuah karya manis,pasti ia tak akan keberatan menunggu lebih lama. Kaca di sampingnya berembun karna ruangan Cafe yang cukup dingin, entah apa yang menggerakan tangannya tiba-tiba saja ia mengukir satu buah kata yang ia kurung dengan bentuk hati 'Sky'. Xena terdiam dan menatap kata itu dalam diam, ekpresi wajahnya berubah ketika Ia sadar bahwa tak seharusnya ia tak menulis kata itu. Xena cepat-cepat menghapus kata tersebut,sebelum kata itu dapat mengingkatanya semakin jauh dengan masa lalu yang mati-matian ia tinggalkan.

***

Xena merebahkan tubuh gempalnya ke atas kasur, hari ini benar-benar cukup melelahkan baginya, ya selain berdesak-desakan di gerbong kereta saat perjalanan pulang adi,bertemu klien baru hari inilah yang membuat tingkat lelahnya bertambah. Bayangkan saja ia menunggu hampir satu jam dan tanpa kata maaf sedikit pun sang klien mengoceh ini itu kepadanya. Xena tau ini salah,tapi sungguh untuk pertama kalinya ia ingin orang itu tak perlu menggunakan wedding organizer milik kakaknya itu.

"kenapa itu muka?" tanya elsa yang sudah terlihat segar. Xena menghela napasnya sedikit kasar lalu bangun dari kasur. Ia mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi.

"ye..di tanya juga.."

"kata emak gua ngomongin orang dosaa.." ucap Xena sebelum masuk ke dalam kamar mandi dan elsa hanya tertawa kecil melihat sahabatnya itu. Ia sungguh tau seperti apa sahabatnya ketika merasa kesal meskipun belakangan ini Xena tidak lagi semeledak dulu saat merasa kesal.

Sudah dua tahun ini Elsa yang adalah sahabat Xena sejak SMP lalau berpisah saat kuliah tinggal bersama Xena di sebuah rumah petak yang mereka sewa berdua. Mereka bukan anak perantauan,orang tua mereka tinggal juga di jakarta hanya saja mereka memang memilih untuk mandiri. Saat ini Elsa bekerja sebagai seorang Designer, sama seperti Xena sebenarnya designer bukanlah cita-citanya. Cita-citanya adalah menjadi dokter namun karna ketidakberaniannya terhadap darah yang banyak atau luka yang parah,Ia tentu harus memendam jauh-jauh cita-citanya itu.

***

Alarm dari ponsel Xena berdering, alih-alih xena yang terbangun justru elsa lah yang bangun lebih dulu dan selalu begitu. Tanpa membuka matanya Elsa menggoyang-goyangkan tubuh xena.

"xena..tahajud.." ucap elsa

"Iya..iya" ucap Xena tanpa niatan untuk turun dari kasurnya.

"Xena,,,bangun ngga."

"Iya ini gua bangun.." ucap Xena namun yang terjadi ia justru mengeratkan pelukannya pada guling. Elsapun melakukan jurus terakhirnya. Ia mendorong Xena dengan kakinya hingga Xena terjatuh.

"aahh.." ucap Xena dan akhirnya sadar dari mimpinya. Xena berdiri dan melatakan gulingnya,Ia mengambil ponsel dan mematikan alarm ponselnya, lalu sebelum kasur memanggilnya lagi ia bergegas menuju kamar mandi.

Begitulah rutinitas Xena bangun pada pukul 3 pagi,melakukan rutinitas tahajud dan tilawahnya hingga subuh tiba lalu bersiap menjemput rezekinnya.

***

Happy Reading.. Please comment nya... 

Pergi (Rangkuman dari Tugas Kehidupan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang