Empat puluh Lima

2K 192 21
                                    

Ruang tamu rumah xena yang telah di dekorasi dengan begitu cantiknya kini telah di padati oleh orang-orang yang ingin menjadi saksi atas janji suci yang di ikrarkan sky bahwa mulai hari ini, ia lah yang akan mengambil. Alih tanggung jawab atas xena,  ia akan berjanji bahwa akan terus menjaga dan membahagiakan xena seumur hidupnya,  sampai maut yang memisahkan mereka. 

.
.
.
Tangan Axe terulur,  meminta untuk di sambut jabatan oleh tangan sky.  Meski berusaha baik-baik saja, nyatanya axe susah payah untuk menahan air matanya.  Ia tak pernah tau bahwa memindahkan tanggung jawab benar-benar seberat ini.  Ini bahkan terasa lebih menyedihkan di bandingkan saat ia akan menikah dan meninggalkan keluarganya untuk pertama kali.  Adik kecilnya,  adik yang sepenuh hati ia jaga hari ini,saat ini akan ia serahkan kepada seorang pria.  Pria yang bahkan tak 100 persen ia yakin dapat membahagiakan adiknya.  Baginya memang tidak akan ada pria yang menempati posisi 100 persen di bandingkan dirinya dan ayahnya.  Axe sungguh menguatkan tanganya, agar tak bergetar atau agar ia tak lari dari sana.  Terlalu cepat baginya melepaskan xena dan memang tidak akan pernah ada waktu yang tepat. 

Mata Axe terpenjam dan dengan cepat Axe menundukan kepalanya karna air mata yang jatuh saat dengan siap Sky menjabat tangannya. 

Axe sungguh merasa tak sanggup,  tawa xena, bayang-bayang tentang xena,  masih lekat di ingatannya.  Bagaimana xena lahir, bagaimana xena merangkak, berjalan, berlari hingga tumbuh sampai saat ini ia menyaksikan semuanya.  Bagaimana caranya, bagaimana caranya Ia akan mempercayai xena kepada orang lain.   Bagaimana jika keputusannya salah,  bagaimana jika setelah ini sky menyakiti xena dan Ia tak lagi memiliki hak atas xena. 

"silahkan di mulai pak Axe.. " ucap sang penghulu. 

Axe mengangkat kepalanya,  dengan mata yang sudah sembab ia menoleh kepada adiknya yang menunggu dalam cemas. 

"Aku menyaksikan semuanya, bagaimana ia lahir dan bertumbuh.  Sky aku beri kesempatan sekali lagi, kalau kamu tidak benar-benar merasa sanggup membahagiakannya, maka tolonglah mundur.  " ucap Axe. 

Xena mengangkat kepalanya dan menatap Axe.  Air matanya pun ikut terjatuh, siapa yang tidak tau cinta Axe padanya.  Jika saat ini ayahnya masih hidup, ayahnya pasti tidak akan terang-terangan seperti axe saat ini.  Ayahnya pasti akan hanya tersenyum meskipun sedih dan kehilangan.  Puluhan kata maaf kembali di ucapkan xeja di dalam hatinya.  Maaf karna di saat terkahir ayahnya, yang ayahnya saksikan adalah kegagalannya. 

Sky menatap Axe dengan mantap.  Tak ada ragu sedikit pun dalam hatinya.  Tidak sekali pun ia merasa bahwa ini salah,  tidak sekali pun ia berfikir akan menyakiti xena.

"saya berjanji, saya akan berusaha untuk terus mencintai, menjaga dan membahagiakan xena."

"Saya Nikahkan dan kawinkan engkau saudara Sky Wirama Ocllay bin Reynald Ocllay dengan Axena Linandia binti Muhammad Arifin dengan mas kawin uang senilai Dua puluh Empat juta Delapan ratus sembilan belas ribu sembilan ratus tiga puluh rupiah di bayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Axena Linandia binti muhammad arifin dengan mas kawin tersebut di bayar tunai" Jawab sky mantap dalam satu tarikan nafasnya. 

"bagaimana saksi?  Sah? "

"sah.. "
"sah.. "
"sah.. "
"sah"

"Alhamdulillahhirobil alamin..  Allohuma.." ucap sang penghulu dan mulai berdoa di ikuti oleh yang lainnya. 

Dan tentu oleh sky juga Axe kedua pria yang saat ini nampak menjadi sangat cengeng, keduanya benar-benar berurai air mata.  Bahkan sky tak sanggup menahan isakannya sendiri.  Ia tak mampu untuk mengatakan apapaun, mungkinkah hari ini adalah kenyataan?  Benarkah ia sudah benar-benar menikahi seorang wanita yang begitu baik? Air mata yang di teteskan sky tak hanya karna ia bahagia telah menikah lebih dari itu. Tangisannya adalah wujud rasa syukurnya.  Sekali lagi,  di depan matanya Ia saksikan sendiri betapa banyak kebaikan yang Allah berikan kepadanya.  Bahkan setelah segala keburukan yang selama ini selalu Ia lakukan Allah terus memberikannya kebaikan,  harus bagaimana lagi ia menebus rasa syukurnya.  Ia merasa apapun yang ia lakukan tak akan cukup untuk mewakili rasa syukurnya saat ini. 

Pergi (Rangkuman dari Tugas Kehidupan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang