Prolog

6.5K 209 7
                                    

Prolog
Hiruk pikuk,hilir mudik,dan penuh. Setidaknya seperti itulah yang terlukis oleh keadaan di stasiun pagi ini.  Langkah demi langkah menghinggapi lantai stasiun yang mulai pudar warnannya. Mereka terihat begitu sibuk, sibuk berpergian menjemput rezeki yang sudah di takdirkan Tuhan untuk mereka. Sebagian mereka pasti sadar bahwa rezeki yang di berikan Tuhan tak melulu soal uang,bisa saja berupa ilmu,pengalaman, kebahagian atau kesedihan dan juga jangan lupakan bahwa dapat berada di tempat ini pun dapat di sebut Rezeki, Rezeki berbentuk Nikmat karna dapat masih merasakan Pergi. Di antara banyak sang penjemput Rezeki, ada dua wanita yang nampak sedang memperhatikan sekitarnya dengan cara yang berbeda. Wanita dengan celana bahan hitam, kemeja coklat tua dan blazer coklat susu memperhatikan sekitarnya lalu menyimpan sebagai kenangan dalam sebuah buku gambar berukuran A4 nya. Sedangkan wanita di sampingnya, wanita yang nyaris seluruh bagian tubuhnya tak nampak kecuali wajah manis dan ujung-ujung jari tangannya, karna menggunakan gamis panjang berwarna coklat tua dengan kerudung tak kalah panjang berwarna coklat susu,serta manset untuk tangannya yang sebenarnya sudah tertutup oleh lengan gamisnya memperhatikan dengan cara melihat lebih detail apa yang terjadi di stasiun pagi itu,menyimpannya baik-baik dalam pikirannya,bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan hari ini,perjalanan menuju kebaikan atau menuju pembelajaran yang kadang berupa kesalahan. Di tangannya tergenggam satu buku kumpulan sajak dari penulis yang cukup ia favoritkan,hingga ia tak pernah bosan membacanya meskipun ia sudah sangat hafal dengan isinya.
“Stasiun Ruang tunggu rindu,karya Rendi Dwi Kurnia..” Gumam si wanita dengan buku gambar yang tentu saja membuat wanita di sampingnya mengulum senyum,ia mendorong ringan bahu temannya itu dan berusaha menahan tawannya.
“Manis banget kan sa dari judulnya aja..” ucap Wanita manis,bertubuh gempal yang kini menatap temannya dengan mata berbinar. Jelas sekali Ia menyukai sajak itu.
“Iya..manis kalau lu ngga baca itu setiap pagi selama satu tahun terakhir ini..”ucap wanita dengan buku gambar tanpa sedikit pun menatap temannya.
“Ya.. Elsaaaaa! Lu harus baca ini..then you will be falling in love..”
“No..need! Gua gak perlu baca Xena, karna udah hapal setiap hari lu dongengin itu” saut Elsa
“iya but you must be read this,,with yourself. You will find the something that you never feel before..Im sure! And i’ll pay for it”
Elsa menghentikan gambarnya, ia menoleh ke arah teman manisnya itu. Ia menghela napasnya dan menggelengkan kepalannya. Ia sungguh tak bisa berbuat apa-apa lagi pada kesukaan sahabatnya itu.
“Axena Revalina Yaqub.. “
“yes..I’m.. Whats goin on.. Elsa Castigliangle..?”
Elsa menghela napasnya lagi kali cukup kasar ia juga menutup buku gambarnya.
“Oke..gua ngga punya ide untuk mengatasi ke cintaan lu sama Rendi Dwi Kurnia itu.. dan gua pikir lebih baik kita berangkat sekarang, atau kita akan telat.” Ucap Elsa dan kini berdiri, tas mango warna hitamnya ia gantung di salah satu bahunya. Tanpa di suruh Xena pun ikut berdiri dan memasukan buku kesayangannya itu ke dalam tas. Xena sudah akan meyusul elsa, sebelum elsa denga tiba-tiba membalik tubuhnya dan mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Xena.
“ah,, dari pada lu ulang-ulang buku yang udah setahun lu baca itu mending lu hafalin lagi surat hafalan lu itu, kemarin sampe mana? Ah Ad-dhuha.. karna gua ngga mau denger lu ngeluh lagi ketika hari setoran hafalan lu dan lu belum hafal.” Omel Elsa. Xena mencebikan pipinya dan mencibir tanpa suara.
“bawel..”
Elsa melirik Xena galak,kemudian menaikan alisnya dan tersenyum.
“hmm.. Awelsa awel dan elsa..”
“bawel..bawel bukan awel..” ucap Xena dan berjalan mendahului Elsa. Elsa tersenyum geli dan menyusul Xena. Ia merangkul tangan Xena dan tentu saja Xena tak menolak.

***
Happy Reading...
New story hope you like it

Pergi (Rangkuman dari Tugas Kehidupan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang