30

4.7K 377 41
                                    

Terik silau sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamar mengusik mata lim yang masih betah untuk tidur.

Tubuhnya merasa sangat lelah, kekuatan nya untuk bangkit dari alam bawah sadar masih belum terkumpulkan.

Bekas pukulan lisa kemarin malam kembali berdenyut membuat bibir dan pelipisnya menjadi ngilu.

Ditambah lagi luka yang tak berdarah yang kini dia rasakan di hatinya, sakit. Melihat perlakuan jennie kini padanya sangat membuat dia merasa menyesal. Semua yang dia ucapkan selalu salah oleh istrinya.

Suara getaran dan dering telfon yang dari tadi dia abaikan karna malas bangun juga ternyata ingin sekali mengganggu istirahatnya.

Lim meraba hp nya, berusaha duduk dan bersandar sambil mengusap usap wajahnya. Dia melirik kearah samping, jennie sudah tidak ada di sebelahnya.

Pandangannya kembali lagi pada hp yang sudah dia raih tadi.

"Jisoo?" batinnya.

Lim mengusap tombol hijau itu ke atas

"Ada apa? menganggu tidur ku aja"

"Kamu dimana? apa kamu lupa satu jam lagi kita ada jadwal operasi?"

"Emangnya sekarang jam berapa? masih pagi begini"

"Yak! ini udah jam 10 pagi!"

"Astaga! aku ketiduran, jis 45 menit lagi aku sampe sana. Sorry ya"

Dengan tergesa gesa limario bangkit dari kasur mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Masa bodoh dengan mandi pagi, kalau udah telat begini dia cuma bisa sikat gigi dan cuci muka saja.

Limario membongkar baju di lemari, biasanya jennie meletakkan kemeja yang akan di gunakannya diatas kasur. Pagi ini, tidak. Makanya lim kebingungan sendiri memilih baju.

Setelah memilih dengan asal, dia langsung memakainya dan berlari keluar kamar.

Pandangan lim tertuju pada jennie saat dia melewati ruang tengah, istri nya sedang duduk sambil memainkan hp di tangannya tanpa menoleh ke arah limario sedikit pun.

"Ehem" lim mendehem mengisyaratkan pada jennie bahwa dia ada di sana

Tapi jennie menghiraukannya

"J, kenapa gak bangunin aku tadi?" tanya lim pelan

Jennie melirik ke arah nya

"Bukan tanggung jawabku lagi"

Mulut limario terasa terkunci mendengar itu

"Baiklah, apa masih ada sarapan? aku lapar, J" tanya lim basa basi, padahal kalau sarapan pun dia pasti akan telat ke rumah sakit

"Aku gak masak"

"Oh gitu, hmm. Yaudah, aku berangkat dulu ya"

Jennie membuang muka dan kembali fokus pada layar hp nya. Padahal dia tadi hanya membuka dan menutup aplikasi saja agar terlihat sibuk di depan suaminya.

Jennie melihat ke arah pintu memastikan limario sudah benar benar pergi.

Dia menghela nafas nya kasar, hp yang dia genggam tadi pun juga di buang dengan asal. Dia lelah bersikap dingin seperti ini, sedangkan pilihan untuk bercerai pun dia masih ragu. Terlalu banyak hal yang harus di pertimbangkan.

"Kau terlihat kacau, baru juga aku acuhkan sehari udah kayak gini. Trus apa apaan itu pergi ke rumah sakit pake baju kemeja kusut seperti itu, emangnya kamu gak malu? gak di buatin sarapan sekali aja udah ngomong laper, gimana ntar kalo aku beneran udah ninggalin kamu. Apa kamu bisa ngurus dirimu sendiri? jangan bersikap menyedihkan gitu di depanku. Jangan buat aku tambah ragu untuk minta cerai" dialog jennie pada dirinya sendiri

*******
Dua garis biru.

Ya, itulah yang yeri lihat pada testpack yang dia pegang pagi ini. Hati nya berkecamuk tak karuan setelah mengetahui dirinya sedang hamil.

Dia tau percis siapa ayah dari anak di dalam perutnya karena hanya dengan pria itulah dia pernah melakukannya.

Bobby. Mantan pacarnya yang 2 minggu lalu di cebloskan ke penjara karena terbukti menggunakan narkoba.

Hubungannya dengan bobby dapat dikatakan hanya sebagai hiburan saja. Tidak ada rasa diantara mereka, tapi di malam laknat itu bobby dengan kurang ajarnya melampiaskan nafsu binatangnya pada yeri setelah dia melakukan pesta ganja. Padahal, mereka sudah putus dan saat itu juga yeri juga sudah ada hubungan dengan limario.

Yeri bingung, harus kepada siapa dia meminta pertanggung jawaban. Tidak mungkin dia memaksa bobby yang jelas jelas sudah di penjara untuk menikahi nya.

Ck! dia mendecih kesal. Cobaan sepertinya bertubi tubi menghampirinya.

Baru saja dia kemarin dia di labrak oleh jennie, sekarang dia harus menerima kenyataan kalau dia sedang hamil.

******
"Ren, gue mau cerita"

Yeri menahan tangan irene yang lagi sibuk membolak balik  buku kedokteran di perpustakaan rumah sakit

"Apa lagi?" jawab irene males

"Gue hamil"

Irene auto nutup buku nya dengan kuat saking kagetnya

"Siapa bapaknya?!"

"Lu gak akan percaya"

"Cepetan bilang"

"Li-limario" jawabnya terbata bata

"Lu bilang kalian gak pernah ngelakuin itu?!"

"Gue boong waktu itu"

"Astaga yer. Lu beneran deh udah ngancurin keluarga mereka. Kecewa gue" Irene beranjak berdiri dari duduknya

"Mau kemana ren?"

"Mau cari temen baru, males gue sama lu" jawabnya saking keselnya

Yeri memiringkan senyumannya menandakan bahwa dia puas dengan reaksi irene barusan. Ternyata ada juga yang percaya kalau dia hamil anaknya limario, mungkin rencana ini bisa di teruskan.

*****
Yeri membuka pintu ruanga kerja limario dengan senyum sumringahnya. Seolah olah tidak terjadi apa apa padanya kemarin, tangan kanan nya membawa sesuatu yang menjadi alasan nya selalu tersenyum

Limario menatapnya dengan perasaan malas dan tidak suka. Saat ini dirinya benar benar tidak ingin berhubungan dengan selingkuhannya, baginya jennie lebih penting.

"Ngapain kesini? saya lagi sibuk" ujar lim dingin

"Kok ngomongnya saya sayaan gitu? kamu kenapa? marah sama aku?" yeri mendekati lim yang masih duduk di kursi

"Kalau gak ada urusan apa apa, silahkan keluar"

"Aku mau kasih tau kamu berita bahagia, sayang. Jangan galak gitu deh"

Limario diam, dia masih sibuk dengan laptopnya.

"Baby, liat aku dong" Yeri memutar kursi lim menghadap kepadanya dan langsung memperlihatkan testpack tadi pada lim.

"Apa maksudmu?"

"Masa kamu gak tau arti 2 garis biru ini apa?"

Lim diam

"Aku hamil"

PRANG!

Limario dan yeri menoleh kearah pintu yang tadi sengaja tidak di tutup rapat oleh yeri.

Terlihat makanan yang tumpah kemana kemana dari bekal yang dibawa oleh seseorang yang sangat dikenal oleh lim.

"Je-jennie?"
.
.
.
TBC

BABY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang