Limario membersihkan badannya setelah jennie mengobati luka memar di wajahnya.
Kata kata jennie tadi masih berputar di kepala nya.
"kita cerai ya?"
Lagi lagi itu yang terdengar olehnya. Kenapa telinganya menjadi sangat sensitif padahal disekitar nya tidak ada jennie yang mengucapkan kalimat itu.
Limario tertunduk di bawah shower yang masih mengalirkan air dari atas. Dia menangis, tapi air matanya tersamarkan oleh rintikan air shower.
Dia memukul kepalanya sendiri dengan tangannya secara kasar.
"Bodoh! bodoh!" rutuknya pada diri sendiri
"Sayang, maafkan aku" dialognya
Merasa terlalu lama di kamar mandi, dia pun segera menyelesaikan acara bersih bersihnya.
Lim keluar dan mendapati jennie yang sudah tertidur membelakanginya.
Limario segera meletakkan handuk dan menyusul jennie ke atas kasur.
Pandangan mata lim mengarah ke arah punggung jennie.
Dia ingin memeluk istrinya, tapi dia malu dengan sikap nya sendiri.
Akhirnya dia hanya menatap langit langit dan bermain dengan pikiran tentang perceraian yang diminta oleh jennie.
Sungguh dia tak menyangka jika permasalahan ini berujung masalah. Ntah apa yang merasuki dirinya hingga dengan tololnya dia membagi cinta kepada orang lain.
Jennie, istrinya. Adalah wanita yang sangat sabar, penyanyang, pengertian dan segala sifat yang perfect ada padanya.
Dia lah yang bodoh telah menyianyiakan itu semua.
Anaknya, tidak sekalipun ada orang yang gak bilang triple L itu menggemaskan. Setiap mereka pergi jalan jalan, setiap mata pasti tertuju pada anaknya.
"Yak! mereka imut sekali"
"Aku ingin menjadi orang tuanya"
"Orang tua yang sangat beruntung mempunyai anak seperti mereka"
Tidak ada tanggapan yang negatif.
Lim menghela nafasnya kasar, kepalanya sakit seperti terbentur batu yang amat sangat besar.
Lagi, dia melirik ke arah jennie. Tangannya sudah tak bisa lagi menahan untuk memeluknya.
Dia menggeser tubuhnya ke samping dan memeluk jennie dari belakang.
Jennie yang sebenarnya belum tertidur kaget dengan apa yang di lakukan limario.
Sungguh, jennie merindukan momen seperti ini. Sudah lama sekali rasanya lim tidak memeluknya dalam posisi seperti ini tapi hati nya sudah menolak di perlakukan begini.
Jennie memberani kan diri untuk bergerak dan melepaskan tangan limario yang memeluknya lalu dia berbalik menghadap kebelakang.
"Ka-kamu belum tidur?" tanya lim kikuk
"Kita akan bercerai, gak usah bertindak melewati batas" ujar jennie sinis
"Sayang, please kasih aku kesempatan"
"Gak usah panggil aku sayang"
"Hhh, aku mohon kasih aku sempatan sekali lagi, J"
"Aku udah gak bisa percaya lagi sama kamu lim"
"Aku sayang sama kamu, J. Aku nyesal"
"Gak, kamu gak sayang sama aku"
"Percaya sama aku, J"
"Udah gak bisa"
"Aku harus gimana supaya kamu mau ngasih aku kesempatan lagi?"
"Cerain aku"
"Bisa gak kamu gak ngucapin kata kata itu terus"
"Kenapa? ini kan yang kamu mau?"
"Enggak sama sekali"
"Trus ngapain kamu selingkuh? kamu kira hati ku setangguh apa bisa nerima di duain gini?"
"Aku bener bener khilaf, J"
"Aku mau kita cerai"
"Hhh. J, please pikirin leo louis sama liam"
"Ngapain aku pikirin, kamu aja gak mikirin mereka"
"Kita bisa omongin ini dengan kepala dingin kan? kamu lagi emosi, jangan ambil keputusan seperti ini. Please, pikirin dulu"
"Waktu kamu mau selingkuh, apa yang kamu pikirin?"
Lim terdiam, omongannya bahkan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri
"Kamu selingkuh sama cewek seumuran ryujin, apa kamu gak malu?"
Lagi lagi lim diam
"Gak bisa jawabkan? yaudah kita cerai aja"
"Aku sayang kamu"
"Aku gak denger"
"Jangan tinggalin aku, sayang"
"Aku cape, aku mau tidur"
"Sayang, maafin aku. Aku janji gak gini lagi"
"Kamu gak tau rasanya hati aku sekarang gimana lim. Hancur. Kamu udah gak bakal bisa lagi perbaiki kehancuran itu"
"Aku bakal usaha"
"Tetap bakalan ada bekas luka nya"
"Aku mau nerima konsekuensi apapun, tapi jangan cerai. J, aku gak bisa hidup tanpa kamu"
"Bisaa"
"Aku mohon, J"
"Maaf lim, susah buat maafin kamu"
"Apapun itu, selain cerai. Ya sayang?"
"Cuma cerai jalan satu satu nya"
"Kita masih bisa cari jalan lain?"
"Jalan seperti apa? apa yang kamu mau?"
"Tetaplah sama aku, J. Tetaplah jadi Jennie manoban. Jangan ubah lagi hal itu"
"Aku gak mau"
Lim mengusap wajahnya frustasi. Susah sekali membujuk jennie kalau sudah marah. Lim tau itu.
"Kamu boleh tampar aku sepuas kamu sekarang"
"Udah diwakilin lisa tadi"
"Pukul lagi aja, gapapa"
"Buang buang waktu"
"Jennie. My wife. Please forgive me"
Jennie menggeleng dan memutar badannya lagi memunggungi limario
"Sayang, aku belum selesai bicara"
"Diam atau tidur di luar?" ujar jennie tanpa menoleh
"Tapi aku-"
"Yaudah aku aja yang tidur di luar" jennie beranjak bangun
"Iya iya! aku diam. Kamu tidur di sini aja. Kita tidur di sini. Ampun. Aku diam"
Jennie menatap lim sinis dan langsung menutup wajahnya dengan selimut
"Good night, sayang" bisik lim
Jennie menutup matanya sambil berbisik juga di dalam hatinya
"good night, sayang"
Dia pun kembali meneteskan air matanya, sungguh dia sama sekali tidak ingin bercerai. Apalagi memikirkan masa depan ke tiga anaknya yang bakalan hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Hal itu sangat mengerikan. Tapi untuk sekarang, dia masih belum bisa untuk memaafkan perselingkuhan limario.
Tidak tau sampai kapan.
.
.
.
.
TBC