OS. 8

2.6K 284 11
                                    

Happy reading 📖




🍃🍃🍃




"Kenapa tiba tiba lari kesana sih, lebam ginikan jadinya" Jisoo yang sedang mengusapkan salep di bahu Rose sedikit menekannya karena gemas. Mereka saat ini berada di ruang kesehatan sedangkan Jennie dan June mungkin sekarang sedang di sidang oleh Taecyeon.

"Awwwh" Rose meringgis saat Jisoo kembali menekan gemas lebam itu. "Jangan di tekan Jisoo-ya sakit." Jisoo menatap sebal Rose disana kemudian dia menutup kembali salep itu dan menyimpannya di meja, Rose mengancingkan kembali bajunya karena tadi sengaja di buka agar mempermudah Jisoo mengoleskan salep.

"Waee??" Rose bertanya karena Jisoo sedari tadi menatapnya datar, lalu kedua tangannya mencubit kencang pipi chubby Rose. "Aaaa Jisoo sakit.. Lepas ih"

"Gue gregetan ya liat lo tiba tiba lari kesana, bahaya tau gak gabung dalam sesi pertengkaran orang. Dasar gila apa yang ada di pikiran Lo sih ih bodoh"

Rose mendesis mendengar Jisoo mulai berbicara kasar padanya yang menandakan gadis itu benar benar kesal. "Ne, maaf."

"Jangan lakukan lagi Rose kau membuatku khawatir. Lagipula ada angin apa kau membantu Jennie? Biasanya kan kau tidak peduli dengan gadis itu." Rose nampak berfikir ada benarnya apa yang di katakan oleh Jisoo. Mengapa dia membantu Jennie? Dia merasa seperti ada dorongan tersendiri dari dalam dirinya. Seolah kejadian ini pernah terjadi dalam mimpinya. 'Ah tunggu hentikan sebelum kepalaku sakit'.

Rose segera menyadarkan dirinya saat larut dalam pikirannya. Jisoo kembali bertanya "A-aku hanya membalas budi karena dia p-pernah membantu ku. Jadi aku tidak usah memikirkan balas budi lagi kepadanya" Rose menjawab tetapi tidak menatap Jisoo dia langsung berdiri dan berjalan keluar ruangan. Jisoo mengedikkan bahunya, sepertinya dia percaya.

"Ayo kembali kekelas, kita sudah terlambat 20 menit" ajak Jisoo.







"Bela diri bukan suatu ajang untuk pamer kekerasan bukankah itu sudah dijelaskan oleh pelatih kalian?" Tidak ada jawaban dari keduanya.  Taecyeon berkacak pinggang di hadapan Jennie dan June. "Apa motif kalian berkelahi di sana hingga membuat salah satu siswi terkena tendangan?" nadanya naik satu oktaf saat mengucapkan siswi terkena tendangan. Jennie menatap Taecyeon datar dia membuang muka ke arah Jendela sedangkan June memberikan smirknya.

" Anak manja ini mengganggu ku saat sedang makan, wajar bukan sonsengnim jika aku membalas?" Jennie melirik tajam pada June disana.

"Itu bukan yang sebenarnya terjadi. Lo yang ganggu gue! Banyak saksi disana. Busuk!"

"Hei tenang!" Taecyeon menghentikan Jennie yang sudah bersiap untuk memukul June lagi. "Saya harus memanggil orang tua kalian." June yang mendengar itu wajahnya merah padam smirknya menghilang di ganti dengan wajah memohon.

"Anni sonsengnim jangan panggil Appa ku, hukum aku saja jangan sampai memanggil Appa aku mohon" Jennie tersenyum mengejek pada June.

"Dan terlihat jelas siapa anak manja yang takut sama bokap" Jennie mencibir pelan hanya bisa di dengar oleh June terlihat tangan June mengepal kuat.

"Tidak ada bantahan, kalian sudah melakukan kekerasan di lingkungan sekolah. Saya akan buatkan surat panggilan." Jennie bersandar santai pada sofa itu sedangkan June masih dengan wajah tegangnya.



Setelah menunggu Taecyeon memberikan surat panggilan resmi kepada orang tua siswa yang bermasalah. Mereka keluar dari dalam ruang BP,

" Kasih tau bokap lo jangan jadi pecundang. berani cari masalah tapi gak berani ambil resiko." setelah berbicara seperti itu Jennie pergi meninggalkan June yang menatap nanar pada surat itu.




Opposite Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang