Happy reading 📖
🍃🍃🍃
Irene melepas tarikan tangannya pada lengan Jisoo mereka saat ini berada di taman rumah sakit. Irene menatap datar Jisoo yang berdiri dengan bersidekap dada di hadapannya.
"Lo beneran suka sama Rose?" Irene bertanya kembali pada Jisoo. Respon gadis itu hanya diam namun Irene dapat menangkap arti dari diamnya Jisoo. "Tolong jangan lo ganggu hubungan Rose sama Jennie."
"Mereka tidak memiliki hubungan apa pun Irene. Walaupun iya, itu hanya masa lalu. Dan masa lalu sudah sepantasnya di lupakan. Aku bersyukur Rose kehilangan ingatan tentang Jennie dan hal lainnya" Jisoo berniat untuk pergi dari tempat itu tetapi Irene kembali menarik tangannya sehingga membuat tubuhnya menabrak tubuh Irene.
"Me-mengenai itu, lo tau dari mana Rose ilang ingatan?" Irene melepas kasar tangan Jisoo keduanya dalam kondisi canggung sekarang bahkan wajah keduanya memerah. Jisoo menyingkap rambutnya ke belakang telinga. Dia membuang pandang ke arah lain. "I-itu bukan urusan mu" Jisoo pergi meninggalkan Irene di taman itu.
Irene melihat kepergian Jisoo dengan memegang dadanya. "Aissh, gue kenapa?" Dia mengusap dadanya berharap degup jantungnya mengurang.
Ciuman mereka terlepas, Rose dan Jennie masih berusaha mencari nafas untuk mengisi paru parunya dengan oksigen. Wajah keduanya memerah dan basah karena airmata. Jennie mengusap airmata yang jatuh di pipi Rose, kemudian dia menghapus airmata di wajahnya juga. Senyum terukir di wajah keduanya, namun terlihat raut khawatir dari sorot mata Jennie. Rose menyadari itu, dia menyentuh wajah Jennie dengan kedua tangannya.
"Ada apa?" Rose bertanya namun Jennie menggelengkan kepala mencoba menghilangkan kekhawatiran yang ada di hatinya. "Aku-" ucapan Jennie terhenti saat Jisoo masuk kedalam ruangan dengan wajah datarnya dia menghampiri Rose.
"Rose gwenchana?" tanyanya dengan memegang tangan Rose yang berada di lengan Jennie. Rose terkejut saat Jisoo dengan tiba tiba memeluknya. "Kau sudah baikkan?" tanyanya lagi setelah melepas pelukannya pada Rose. Rose mengangguk kemudian melirik Jennie yang menatap datar pada keduanya, Rose melepas genggaman tangan Jisoo dengan lembut.
"Kalau begitu ayo kita pulang Rose." Jisoo ingin membantu Rose untuk turun dari ranjang rumah sakit namun Rose menahannya. "Aku ada urusan sebenar Jisoo-ya, kalau kau ingin pulang duluan saja.. Ah Irene akan mengantarmu" saat Rose sedang berbicara dengan Jisoo dia melirik Jennie sekilas kemudian Irene masuk kedalam ruangan membuatnya refleks mengatakan itu. Irene yang mendengar namanya di sebut terkejut, belum tenang jantungnya saat dengan Jisoo tadi di tambah dia diminta mengantarkan Jisoo pulang.
"Mworago???" Irene berjalan mendekat dengan wajah yang terkejut. "Lo anter Jisoo balik" kini Jennie yang menjawab.
"Tidak Rose, aku kan sedang menginap dirumah mu. Kalau aku pulang tanpa dirimu lalu kakekmu bertanya dimana cucu kesayangannya apa yang harus aku jawab? Ayo pulang kau pergi denganku pulang juga demikian." Rose melihat Jennie yang tidak menunjukan ekspresi apa apa namun gadis Kim itu mengangguk kecil. Rose menghela nafas pelan.
" Baiklah ayo kita pulang" Jisoo tersenyum kecil di sana segera dia membantu Rose turun dari ranjang. Jisoo melingkarkan lengannya di pinggang Rose dengan sengaja, Irene yang melihat itu sedikit memberi peringatan lewat tatapan matanya namun Jisoo tidak peduli. Dan Jennie, gadis itu masih memperhatikan wajah Rose yang nampaknya sedang memikirkan sesuatu.
Rose menoleh kepada Jennie, dia merasa canggung pada gadis Kim itu setelah ciumannya terlepas, wajahnya pun terlihat sedikit memerah. "J-jennie.. Aku pulang.. Irene" Rose dan Jisoo pun pergi dari ruang rawat hingga tersisa Jennie dan Irene. Irene menepuk pundak Jennie menyadarkan gadis Kim itu dari perhatiannya yang tertuju pada pintu yang sudah tertutup.
"Jadi?" Jennie melirik sekilas lalu pergi dari ruangan itu. Irene mendengus kecil "Gue rasa lo berdua belum nentuin pilihan" setelah itu dia menyusul Jennie keluar dari ruangan.
Jennie menutup pintu mobil disusul oleh Irene, namun gadis itu belum juga menyalakan mesin mobilnya. "Lo mikirin apa si? Sini gue yang bawa deh bahaya, gak mau ya gue jadi berita hangat siang siang" Irene turun dari mobil berpindah posisi dengan Jennie yang masih diam di balik kemudi. "Je-"
"Apa yang harus gue lakuin?" Irene mengenyitkan dahi namun sedetik kemudian dia mengerti maksud dari Jennie.
"Jangan ngelakuin hal bodoh, lo udah tau alasannya. kalau lo ngelepas dia, lo orang terbodoh yang gue kenal." Jennie menoleh pada Irene, wajahnya sulid diartikan. "Kalau dia yang ngelepas gue, apa yang harus gue lakuin?" hening. Irene pun tidak dapat menjawab pertanyaan ini, namun apa alasan Rose untuk melepas Jennie jika dia sudah mengingat semuanya, kecuali Jisoo. Jika gadis cantik itu terus berusaha menarik perhatian Rose tidak menutup kemungkinan Rose akan melepas Jennie. Irene menatap sorot mata Jennie yang tajam itu, terlihat kekhawatiran yang coba dia sembunyikan.
"Tenanglah, Rose gak akan ngelepas lo kalau dia bener bener sayang sama lo"
***
Jisoo dan Rose sedang dalam perjalanan pulang menggunakan taxi. Sedari tadi Rose terus diam bahkan saat Jisoo mengajaknya berbicara Rose tidak menjawab dengan tepat. Gadis itu lebih memilih melihat jalanan yang mereka lalui dengan pikiran yang entah kemana.
"Rose?" Jisoo melihat Rose yang masih termenung, lalu gadis itu memeluk tubuh Rose membuatnya tersadar. "Wae?" tanya Rose, Jisoo belum melepas pelukannya di tubuh Rose, entahlah dia merasa nyaman saat ini. Rose menyadari jika dari tadi dia menghiraukan Jisoo
"mianhae"
"Kau sudah mengingat itu Rose?" Jisoo bertanya saat mereka sudah mendudukan diri di atas sofa, Rose tidak langsung menjawab. "Rose.. Hal yang sudah berlalu biarkan berlalu, kau harus menjalani hidup tanpa bayang bayang masa lalu, hidupmu yang sekarang ya jalani dengan sebagaimana mestinya jangan pernah berfikir untuk kembali ke masa lalu." Rose menoleh pada Jisoo yang berbicara seolah menyuruhnya untuk melupakan semuanya yang terjadi.
"apa maksud mu?"
"Kau tau, Elizabeth dan Charles berakhir karena mereka mengungkit tentang masa lalu yang terjadi di antara keduanya. Sampai akhirnya Elizabeth yang memutuskan untuk pergi Karena merasa Charles tidak pantas untuknya. Dan akhirnya Elizabeth menikah dengan Rome cintanya yang sekarang. " Rose nampak diam mencerna kalimat kalimat yang di lontarkan oleh Jisoo, gadis ini memang selalu pandai berbicara. 'Elizabeth and Charles'
" Aku harus pulang, kau tidak apa aku tinggal sendiri? " Rose menoleh lalu mengangguk mengiyakan ucapan Jisoo. Kemudian gadis itu berdiri dan sedikit mengecup pipi Rose membuat Rose terkejut karena ulahnya. "Aku pulang, sampai jumpa besok.. Oh ya besok aku akan menjemput mu"
Rose akan membuka suaranya namun Jisoo lebih dulu pergi dari ruang santai rumah Rose. Rose menyentuh pipi yang di kecup pelan oleh Jisoo, "Tidak biasanya dia mencium ku seperti ini" Rose memikirkan maksud dari semua perkataan Jisoo dan perilakunya tetapi kepalanya kembali berdenyut.
"Ah sial, aku terlalu banyak berpikir hari ini" saat Rose akan berjalan menuju kamarnya terdengar bell dari luar Rose melihat kepala maid berjalan membuka pintu, Rose mengenyitkan matanya me coba fokus pada objek yang ada di luar, kemudian matanya membulat sempurna saat melihat senyum yang bertengger manis di wajah itu dengan segera Rose berlari untuk berhambur pada pelukan yang sudah siap menerimanya.
"Appa~~" airmata yang mengalir di wajahnya menunjukan betapa rindunya dia pada orang ini. "Putri Appa sudah besar" ucapnya sambil mengusap pucuk kepala Rose. Rose melihat kebelakang tetapi tidak menemukan yang dia cari.
"Eomma?"
Tbc.
Yuhuuuu, gaiseuuu I've something new. Cek profil ku ya disana ada cerita baru, selingan kalau ini lg gaada si jd bikin cerita satu lagi.. Judulnya HER, well baru 2 chapter yg aku update.. So baca yaa baca baca baca vote juga comment wkwkwkwk
Okay tengkyu cue ♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite Side
Fanfic(Completed) Kesalah pahaman yang terjadi membuat mereka menjadi asing. Jadi, bagaimana mereka menyikapinya? So let's check it out 🐿️ # Top 2 at chaennie (16_12_2019)