OS. 22

2.2K 254 20
                                    

Happy reading 📖





🍃🍃🍃🍃




"Mengapa eomma tidak ikut dengan appa?" Rose bertanya setelah menaruh teh hangat di atas meja, pria yang di panggil appa itu menghembuskan nafas pelan. "Ada hal yang harus appa urus di sini, dan appa tidak ingin melibatkan eomma mu." pria itu mengambil teh hangat yang di sediakan oleh Rose dan menyeruputnya pelan.



"Appa selingkuh?"


Byuurrrr




Pria itu menyemburkan teh hangat yang di minumnya saat Rose mengajukan pertanyaan tidak masuk akal itu. "HEI siapa yang mau selingkuh dari eomma mu.. Sembarangan kalau bicara" setelah menaruh kembali gelas di atas meja, pria itu menatap dalam Rose.

"Jangan bilang pada kakekmu jika Appa datang berkunjung" pria itu berdiri membuat Rose otomatis ikut berdiri dan melayangkan pandangan penuh tanya. "Appa akan pergi lagi?"

"Hanya sebentar Rose, jika urusan Appa sudah selesai kami akan pulang. Jadi bersabarlah Princess" ucapnya sambil mengusap pucuk kepala Rose, lalu dia mulai melangkah keluar rumah itu sebelum dia benar benar pergi Rose menahan langkahnya. "Sampaikan salamku untuk eomma, aku merindukan kalian berdua" Rose kembali memeluk pria itu yang di balas kecupan hangat di kening, lalu pria itu kembali pergi dari rumah.

Tak lama berselang Hae Il datang Rose yang kebetulan berada di bibir pintu pun menyambut kedatangannya. Rose menunduk dan memberikan sedikit senyum padanya, namun tidak ada balasan dari pria tua itu yang langsung masuk begitu saja. Rose mengenyitkan dahinya saat melihat beberapa bodyguard keluar dari dalam mobil.


'Ada apa dengan kakek, tidak biasanya membiarkan para bodyguard ikut masuk kedalam rumah'

Rose masuk kedalam di sana Hae Il sedang duduk di sofa dengan wajah yang mengeras, suasana hatinya benar benar terlihat buruk. Rose akan melangkah menuju kamarnya namun suara dari Hae Il membuatnya menghentikan niatnya.

"Rose. Bersiaplah, ikut denganku" nada penuh ketegasan keluar dari mulutnya. Rose akan membuka suara untuk bertanya namun Hae Il meninggikan suaranya membuat Rose bungkam.

"Tidak usah banyak bertanya!" ucapnya lalu berjalan menuju ruang kerjanya, Rose yang mendapat bentakan itu hanya diam mulutnya bungkam, kemudian dia menuju kamarnya berganti pakaian dengan dress berwarna pink soft, rambut hitamnya di biarkan tergerai. Saat akan mempersiapkan diri seseorang mengetuk pintu kamarnya. Itu Lucia, dia masuk dengan wajah yang penuh ketakutan. Rose melihatnya bingung, setelah gadis itu menutup pintu kamarnya dia berjalan mendekat pada Rose.

"N-nona anda sudah di tunggu." Rose merasa ada yang aneh di sini, perasaannya mengatakan untuk terus berhati hati. "Okay"

Rose akan membuka pintu namun Lucia kembali berbicara wajahnya nampak bingung, seperti ragu untuk berbicara. "No-na" Rose menunggu Lucia melanjutkan ucapannya. "Tolong ikuti kata hati anda. Anda mungkin tidak mengerti, tetapi apa yang di katakan hati merupakan hal yang sebenarnya Nona"

"Tentu saja" Rose langsung keluar dari kamarnya dan turun disana sudah ada Hae Il dengan.. 'bodyguard? Untuk apa mereka semua disini?'


"Kakek-".


"Ayo Rose." Hae Il langsung berjalan menuju mobil, cuaca nampaknya akan hujan karena terlihat rintik rintik halus yang jatuh. Rose masuk kedalam mobil disana sudah ada supir yang akan mengantar mereka. Saat mobil Rose keluar dari halaman rumah dia sempat melihat Jennie beserta motornya yang baru saja berhenti, nampaknya Jennie pun seperti  melihat Rose yang berada di dalam mobil namun tidak pasti matanya mengabur karena terkena sinar matahari. Dia mengenyitkan dahi melihat beberapa mobil ikut keluar dari halaman rumah Rose. Jennie turun dari motornya dan berjalan masuk kedalam rumah Rose, disana ada seorang maid yang akan menutup pintunya.

"Permisi.." maid itu tidak jadi menutup pintu karena Jennie datang. "Maaf Nona, pemilik rumah sedang tidak ada, anda bisa kembali nanti"

"Apa Rose ikut?" maid itu mengangguk kecil. "Kemana mereka pergi?" terlihat wajahnya ragu untuk menjawab, namun..

"Mereka pergi ke busan Nona, Nona Park akan melangsungkan pertunangan di sana." mata Jennie membulat terkejut, bagaimana bisa. Rose bahkan baru mengingatnya dan dia akan bertunangan? Takdir terlalu bercanda untuk urusan cinta.  Jennie mencoba menelfon Irene untuk datang tapi tidak ada jawaban. Wajah panik ya Itu menunjukan ke khawatiran, maid  yang melihat Jennie seperti orang ke bakaran jenggot, mengenyitkan dahi.

"Maaf Nona sebelumnya jika saya lancang, apa benar anda bernama Jennie?" Jennie menoleh lalu mengangguk cepat dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Maid muda ini menunjukan wajah seriusnya lalu menatap sekeliling. Jennie ikut mengedarkan pandang ke sekeliling mereka.

" Jika memang anda benar Nona Jennie, tolong selamatkan Nona Park. Dia hanya di jadikan alat untuk mendongkrak bisnis Tuan Park dan Tuan OK.. Mungkin anda sudah mengetahui jika Nona Park kehilangan sebagian ingatannya, itu dikarenakan kecelakaan yang di sengaja oleh Tuan OK, dia adalah senior Nona Park saat di sanggar. Dia berencana untuk menikahi Nona Park untuk membalaskan dendamnya pada Tuan Ji Hoon ayah dari Nona Park. Saya mohon Nona... Saya mendengar sendiri saat Tuan Hae Il sedang bertelefon dengan Tuan OK beberapa hari yang lalu. "



"MWORAGO?!"





***




Rose dan Hae Il berada di dalam pesawat pribadi milik keluarga Park saat ini, Rose sedari tadi merasakan hal aneh akan sikap kakeknya ini. Terlebih pergerakannya selalu di awasi oleh beberapa bodyguard. 



"Selamat datang tuan Park saat ini anda akan melakukan perjalanan menuju Busan. Mohon pasang seat belt karena kami akan lepas landas dalam 5 menit lagi" 




"Mwo? Busan? Ada apa kita kesana?" Hae Il menghiraukan pertanyaan Rose dia sibuk memasang seat belt. Namun Rose tidak berhenti menanyakan alasan kepergian mereka sampai akhirnya Hae Il tidak tahan.

"Tutup mulutmu Rose, aku sudah cukup bersabar dengan mu!!" dan lagi Rose hanya bisa bungkam. Perasaannya benar ada yang tidak beres disini. Rose melepas seat belt  Beruntung pintu pesawat belum di tutup dengan segera dia berlari menuju pintu, namun bodyguard yang ikut di dalam pesawat dengan sigap menangkapnya. Rose meronta mencoba melepaskan diri. "Lepaskan!!"

Bodyguard itu mendudukan Rose kembali dan memasangkan seat belt Dengan cukup kencang "Yha Bajingan, Lepaskan!!" Hae Il sudah berada di hadapan Rose, pria tua itu tidak menunjukan ekspresi apapun hingga tangannya lancang menampar keras pipi Rose. Mata Rose berkaca kaca, pertama kali dalam hidupnya seseorang bertindak kasar secara fisik nyata padanya. Terlebih Hae Il adalah Kakeknya  sendiri.

"Belajar dari mana kau berbicara kasar hmm? Nona Park? Apa seperti itu etika seorang ketua organisasi? Sudah ku bilang jangan bergaul dengan anak Kim itu bukan? Kau sudah mengingatnya hmm? Gadis itu hanya membawa pengaruh buruk padamu."

Rose diam mencerna kalimat yang di keluarkan oleh Hae Il, namun kepalanya terasa berputar kencang. Hae Il yang melihat Rose meringgis kecil bersikap tidak peduli dia kembali mendudukan diri di bangkunya. Tak lama pesawat pun lepas landas, namun Rose? Dia masih stuck dalam pikirannya, tidak percaya akan apa yang terjadi dalam hidupnya. Tatapan benci dia tunjukkan kepada Hae Il yang berada di seberang tempat duduknya.






'Anniyo, Jennie.. Save me  please'
















Tbc.









______________________________

Mianhae guys, i should solve my own problems here...  So sorry 🙏,  I'll be back soon! Love yaaa 💋

Opposite Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang