OS. 16

2.3K 256 26
                                    

Happy reading 📖







🍃🍃🍃🍃








"Kau beruntung Nona Park ini tidak begitu parah, akan membaik 3 hari lagi." dokter itu tersenyum lalu pergi dari ruangan menyisakan Jisoo dan Rose disana. Jisoo menatap Rose yang masih sedikit meringgis melihat kakinya.

"Ayo pulang" ucap Jisoo, Rose melirik sebentar lalu mengambil tasnya dengan bantuan Jisoo dia berdiri. Walau sudah tidak terlalu sakit tapi ini masih terasa linu jika kakinya menginjak bumi. Sambil melangkah keluar Rose di bopong Jisoo "Aku tidak mau mendengar penolakan darimu, aku akan mengantar mu pulang" ucapnya. Tidak ada keramahan disana hanya ketegasan seolah tidak ingin di bantah, Rose hanya diam mengikuti Jisoo masuk kedalam mobil.

"Jisoo-ya" Rose memanggil Jisoo yang sedari tadi diam. "Kau tau.. Kau sangat aneh, ada apa denganmu?" Jisoo melirik dan menghembuskan nafas pelan. Rose masih menatapnya menunggu jawaban dari gadis ini.

"Mianhae.. Aku hanya khawatir padamu" akhirnya Jisoo berbicara dengan nada yang biasa, tapi Rose masih bertanya tanya mengapa gadis ini tiba tiba berubah hanya karena dia jatuh dan menolak pertolongannya. Rose menatap jalan raya di sana "Ke khawatiran mu sungguh berlebihan" Rose bergumam kecil.







"Sudah sampai Nona" supir Jisoo menghentikan mobil tepat di depan rumah Rose, Jisoo yang melihat itu membulatkan matanya terkejut. "Rose.. Kau tinggal disini?" tanyanya. Rose tersenyum kecil

"Ne.. Ini rumah kakek ku, aku hanya menumpang" ucapnya, Jisoo sedikit berpikir. "bukankah ini rumah direktur Park.. Jamkaman.. Jangan bilang kau.."

"Eumm, iya.. Tolong rahasiakan ini, aku sudah menjaga rahasia ini dengan staff di sekolah selama 1 tahun. Jadi kumohon Jisoo-ya" Jisoo tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, lalu kemudian dia mengangguk. "Baiklah, aku turun.. Terimakasih sudah mengantarku, terima kasih paman.. Sampai jumpa"

Rose turun dari mobil Jisoo dengan sedikit tertatih, kemudian tersenyum mendengar bunyi klakson dari mobil Jisoo yang semakin menjauh. Merasa mobil Jisoo sudah menghilang Rose melangkah masuk kedalam rumah dengan sedikit tertatih, hingga seseorang mencekal tangannya.

"Khamjjagiya!" Rose tersentak saat melihat Jennie menahan tangannya. "Mwo?!" Jennie menaikkan sebelah alisnya menanggapi Rose yang bertanya sedikit menyentak. Kemudian dia berjongkok tepat di depan Rose.

"Naik" ucapnya. Rose bingung dengan sikap Jennie, gadis Kim itu tiba tiba datang masih menggunakan dobok lengkap dengan sabuknya. "Cepetan naik Rosie, lo pengen ngesot masuk kedalem?" Rose masih dengan posisinya akhirnya Jennie berdiri menghadap Rose dengan wajah datarnya.

"Tinggal naik aja susah banget ya" tanpa persetujuan Jennie menggendong Rose ala Bridal style  "Jennie! Turunin, aku bisa jatuh! YHAAK" Jennie menghentikan langkahnya, wajah mereka hanya berjarak 2 centi sehingga Rose bisa merasakan hembusan nafas Jennie menerpa wajahnya.

"Lo tuh berat, diem aja bisa?" Rose tidak menjawab dia menatap manik mata Jennie yang tajam itu, tidak ada jawaban Jennie melanjutkan langkahnya hingga berada di depan pintu masuk rumah. Dia menurunkan Rose disana, tanpa banyak bicara Jennie langsung pergi. Rose yang sadar Jennie pergi berniat akan mengejarnya tetapi kakinya kembali linu.



"Aku harus berterima kasih padanya"













"Abis dari mana lo? Tiba tiba ngilang" Krystal bersidekap dada di depan loker Jennie, matanya tajam menusuk meminta penjelasan dari gadis Kim ini. Jennie menggeser Krystal dari depan lokernya, kemudian dia membuka dobok dan mengambil jaketnya disana. Krystal mendengus sebal melihat Jennie yang mengacuhkannya.

"HEI bocah, ini gue lagi nanya loh ya" Krystal menggebrak loker di samping loker Jennie membuat gadis Kim itu tersentak terkejut. "HEI Sunbaenim anak kecil ini gampang kagetan, tolong kalau mau bikin mati tarung di matras!" Krystal tertawa mendengar Jennie membentaknya. Jennie masih mengatur rasa keterkejutannya, lalu pergi dari sana sebelum pergi dia menendang kaki Krystal membuat sang empunya meringgis kecil.


" Yhaa Jennie Kim!!! Aish jinjja appo"






***





"Nona apa yang terjadi?" Rose sedang  menuju dapur dengan langkah tertatih membuat Lucia menghampiri Rose membantunya untuk duduk di bangku. Rose tersenyum kecil "Gwenchana, tolong jangan bilang pada kakek"

Lucia menatap cucu majikannya ini yang selalu menyembunyikan hal apapun dari majikannya. Ya mungkin karena majikannya yang terlalu mengekang cucunya ini menurut pandangannya. "Nona butuh apa? Saya buatkan"

"Aku hanya ingin minum Luci" Lucia segera mengambil air putih untuk Rose, dengan segera Rose langsung meneguk air putih itu dan akan segera kembali menuju kamarnya. Lucia langsung membantu Rose, beruntung Hae Il masih berada di perusahaan sehingga Rose tidak memusingkan jawaban akan pertanyaan yang di ajukan Hae Il.

Lucia membantu Rose untuk duduk di ranjang, setelah itu dia pamit untuk kembali ke bawah. Tetapi Rose menahan tangannya. "Lucia.. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan" Rose menatap serius pada pelayannya itu.


"Apa yang terjadi dengan ku satu tahun yang lalu?" tatapan Rose tidak lepas dari gerak gerik Lucia, Lucia hanya menunduk seperti enggan menjawab pertanyaan Rose. "Lucia.. Jawab aku"

"Se-seperti yang Nona ketahui, jika Nona jatuh dari tangga karena terburu buru" Rose memicingkan matanya. "Katakan yang sebenarnya Lucia.. Aku mohon" Lucia diam dia tampak gelisah karena tatapan Rose yang begitu intens padanya. Rose menghembuskan nafas pasrah.

"Baiklah, jika kau tidak ingin memberitahukan aku yang sebenarnya.. Aku akan mencari tau sendiri" Rose membaringkan tubuhnya di ranjang membelakangi Lucia.

'Maaf Nona Rose saya sudah di buat berjanji oleh tuan Park.' Lucia membungkuk hormat lalu pergi dari kamar Rose. Rose yang mendengar suara pintu di tutup membalik tubuhnya menjadi terlentang.




"Bahkan Lucia tidak ingin memberitahukan apa yang terjadi padaku.." Rose mengusap rambutnya kasar "Ya tuhan... Aku merasa melupakan sesuatu dan bertemu sesuatu yang familiar. Apa yang terjadi padaku sebenarnya" Rose mengambil ponselnya, mengecek daftar kontak yang mungkin bisa memberitahu petunjuk tentang hal yang sedang di pertanyakan oleh otaknya saat ini.

"jamkaman..." Rose membuka Google mengetikkan nama seseorang disana, wajah penuh harap mengembang begitu dia melihat biografi orang yang di carinya. "Aku akan menemuinya besok." Rose menyimpan ponselnya di nakas dan segera tidur.













Di ruang gelap ini hanya dengan cahaya lampu jalan yang masuk dari balkon menemani gadis itu dengan selembar foto yang menunjukan wajah bahagianya. Jelas sekali jika hubungan keduanya lebih dari sekedar teman, gadis bermata kucing dengan gadis yang dia sukai saling memeluk erat satu sama lain. Dia meremas foto itu dengan wajah datarnya melempar foto itu kedalam tempat sampah yang ada disana. Pikirannya bercabang kemana mana, hatinya sakit bukan main hanya melihat fotonya saja. Tetapi satu yang tidak dia ketahui,






"Apa hubunganmu dengan Jennie Rose" orang itu menatap kembali tempat sampah yang tadi dia lembar oleh foto yang dia temukan di dekat loker milik siswa, tepatnya di depan loker Jennie. Gadis itu tidak menunjukan ekspresi apapun sedari tadi.






"Apapun hubungannya, tidak akan ku biarkan kau mengingat Jennie lagi"


















Tbc.










Yuhuuuu I'm back

Happy Friday, May God bless you.. I love youuuu





See you soon ❤️💕🐿️🦊

Opposite Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang