Happy reading 📖
🍃🍃🍃
"Rose..." Jisoo menahan lengan Rose yang akan keluar dari ruang rapat. "Mwo?" tanyanya.
"Kau yakin dengan keputusanmu?" Jisoo kembali memastikan keputusan yang di ambil oleh Rose. Rose menghela nafas pelan, "Kau sendiri yang bilang jika kita harus mendengarkan apa yang dia inginkan, lagipula hasil dari rapat semuanya setuju. Kesepakatan rapat merupakan hasil akhir bukan?" setelah itu Rose segera pergi menuju kelas di susul oleh Jisoo.
Saat masuk kedalam kelas Rose bertabrakan dengan Jennie yang akan keluar kelas, Jennie hanya melirik sekilas lalu pergi menghiraukan Rose yang jatuh terduduk disana.
'Ada apa denganku? Kenapa rasanya menyakitkan disini' Rose menyentuh dadanya.
"Yhaa apa yang kau lakukan disini, bangun" Jisoo datang dan membantu Rose bangun dari duduknya, dia mengenyit melihat Rose yang memegang dadanya. "Gwenchana?" Rose menoleh pada Jisoo lalu dia mengangguk dan segera menuju bangku miliknya. Jisoo duduk di sebelahnya lalu menyiapkan buku pelajaran yang akan dimulai begitupun dengan Rose.
"Kau tau Rose, hari ini kau begitu aneh" ucapnya tampa menghentikan kegiatan menyiapkan buku, Rose yang sedang mengeluarkan bolpoin berhenti sejenak. "Hanya perasaanmu saja Jisoo-ya" ucapnya lalu tidak lama guru pun masuk.
"Membolos lagi?" Jennie berdecih pelan mendengar suara itu. Derap langkah yang terdengar membuat Jennie mendudukan diri di sofa tidak terpakai di tengah rooftop. Orang itu tersenyum lalu ikut mendudukan diri di sofa itu dengan kaki kanan yang bertumpu pada kaki kiri.
"Jangan di pikirkan, rasakan saja" orang itu berbicara sambil memandang langit biru yang cukup terang. Jennie bersandar pada kepala sofa dan memejamkan matanya. "Berhenti seolah olah kau tau urusan ku paman."
Orang itu tertawa kecil sambil membetulkan letak kacamatanya. "Lebih baik kau bertanya Jennie-ya, jika terus berasumsi dan berpikiran negatif tentang luka di kepalanya"
Jennie membuka matanya, dia melirik tajam orang itu dengan penuh tanya. "Paman bilang apa tadi? Luka? Bagaimana bisa?" Dia menegakkan tubuhnya yang kini sudah menghadap orang itu.
"Kalau kau menjauh dan tetap dengan asumsi negatifmu buang semua rasa itu." orang itu menatap Jennie lalu tersenyum kecil kemudian dia berdiri berjalan menuju pintu keluar. Jennie berteriak memanggilnya tetapi orang itu tidak mengindahkan panggilannya.
"Siapa sebenarnya kau paman?" Jennie menatap kosong kedepan, berpikir tentang orang itu yang selalu mendatanginya di rooftop dan berbicara seolah mengetahui dirinya. Sudah 1 tahun semenjak Rose pindah kesini orang itu selalu muncul di hadapannya saat sedang sendiri, bahkan selama itupun dia tidak tau siapa nama orang itu.
***
Bell pelajaran terakhir sudah berdering gurupun sudah pergi meninggalkan kelas, para siswa dan siswi mulai meninggalkan kelas kembali kerumah masing masing. Berbeda dengan Rose dia masih diam di kelas sebelumnya dia bersama dengan Jisoo tetapi 2 menit yang lalu gadis itu sudah di jemput akhirnya dia sendirian di kelas bersama tas seseorang yang berada di belakang. Rose melirik sebentar pada tas hitam itu lalu kembali memperhatikan pintu masuk kelas. Suasana sekolah nampaknya sudah sepi tidak terlalu bising seperti biasanya. Di lirik jam yang melingkar di tangannya, "Ini sudah 15 menit setelah bell terakhir, kemana dia?" Rose bergumam kecil. "5 menit lagi, jika dia tidak ada aku langsung pulang"
Tak lama terdengar langkah pelan seseorang dia merunduk dengan earphone di telinganya, nampaknya orang itu tidak menyadari keberadaan Rose di sana. Hingga pandangannya melihat kaki Rose yang menggantung di meja, pandangan mereka bertemu tetapi keduanya sama sama memasang wajah datar. Orang itu memutuskan kontak mata sepihak lalu beralih pada bangkunya mengambil tas miliknya itu, dia membereskan buku yang belum masuk kedalam tasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/191820215-288-k615749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite Side
Fanfiction(Completed) Kesalah pahaman yang terjadi membuat mereka menjadi asing. Jadi, bagaimana mereka menyikapinya? So let's check it out 🐿️ # Top 2 at chaennie (16_12_2019)