Happy reading 📖
----
Jennie menghentikan motornya dia membuka helmnya itu, saat akan turun seseorang memukul kepalanya. "Aiissshhhh, sakit bego" ucapnya sambil mengusap pelan kepala belakangnya itu.
"Ya lagian ninggalin gue sendiri udah kaya jomblo disana. Lo ngapain sih?" tanyanya sebal. Jennie mengedikkan bahunya, enggan menjawab pertanyaan Lisa. "Yeee udang orang nanya jawab pake mulut bukan bahu, percuma pinter otak di perut doang sih"
"Bisa diem ga sih ngomong mulu lo, mana sini HP gue" Jennie mengulurkan tangannya meminta ponselnya. Lisa dengan enggan mengambil ponsel Jennie yang berada di saku celananya. "Nih. Dari tadi bunyi tuh bokap lo nelfonin" Jennie mengambil dan mengecek ponselnya dan benar di sana Jiyoung menelfonnya berkali kali. Dia menaruh ponselnya di saku hoodienya memakai kembali helmnya dan menyalakan motor.
"Mau kemana?" Jennie memutar matanya dari balik helm "Balik, lo tau sendiri gimana bokap gue." Lisa hanya mengangguk lalu Jennie pergi untuk pulang ke rumah.
***
Jennie masuk kedalam rumah disana Jiyoung sudah bersidekap dada di sofa itu menatap Jennie yang masuk. Jennie yang melihatnya menghembuskan nafas pelan.
"Dari mana Jennie?" tanyanya. Jennie menghampiri dan menunduk hormat. "Tempat biasa sama Lisa Pih" Jennie masih diam di tempat.
"Jangan kebiasaan nongkrong Jennie, kau tau papih tidak suka itu."
"Gapapa kali Pih, lagian juga prestasi di sekolah aku tetep stabil gak turun. Gasalah dong kalau aku cari hiburan di luar, aku juga gak akan sampe make barang barang haram kaya gitu, pergaulan aku bersih lagian aku juga tau dir-"
"Kau anakku Jennie! Turuti apa yang papih katakan. Papih tidak suka itu!" Jennie menunduk, Jiyoung terlalu pemaksa pada dirinya.
"Bisa gak sih pih, Jennie bebas nentuin apa yang Jennie mau? Jennie udah besar pih, tau mana yang baik mana yang buruk. Kekhawatiran papih gaakan pernah terjadi aku jamin itu." Dia benar benar sudah jengah dengan apa yang selalu khawatirkan oleh Jiyoung. Jiyoung menghembuskan nafasnya pelan, menatap Jennie lembut.
"Kau harus mengerti Jennie, papih ini orang berpengaruh di negara ini, papih tidak ingin sampai orang yang tidak suka dengan papih malah mengincarmu, kau satu satunya harta berharga untuk papih Jennie." Jennie menatap balik Jiyoung dengan dalam.
"Kalau gitu, kenapa papih ga berhenti dari pekerjaan papih? Dari awal aku emang ga setuju papih bekerja di pemerintahan." Jiyoung berdiri menghampiri anaknya.
"Jennie ini keinginan dari Jessica, keinginan dari eomma mu untuk terakhir kalinya. Kau harus mengerti jika kau menganggap dirimu sudah besar. Bersikaplah dewasa seperti Rose. Papih masih ingat bagaimana dulu dia bersikap, dia sangat be-"
"Aku sama Rose bukan orang yang sama pih. Jangan sama samakan aku dengannya." Jika didepannya sekarang adalah Lisa Jennie bersumpah akan memukul kencang perutnya. Dia sangat tidak suka jika di banding bandingkan.
"Kenapa begitu? Bukanya Rose dan kau san-"
"Maaf pih, jangan sebut nama Rose lagi, aku mau ke kamar ngerjain tugas, selamat malam" Jiyoung termenung mendengar jawaban dari putrinya itu. Tidak biasanya Jennie memotong ucapannya.
"Ada apa dengan anak itu" Jiyoung bersandar pada punggung sofa.
Jennie sedikit membanting pintu kamarnya, dia melempar tubuhnya ke atas ranjang. Memejamkan matanya tubuhnya di sini tetapi pikirannya entah kemana. Dia sedikit jengkel dengan perdebatan kecil dengan Jiyoung. Jennie mendudukan dirinya mengikat cepol rambutnya lalu berjalan menuju meja belajarnya membuka laptop kesayangannya, dan mulai mengerjakan tugas makalah yang belum dia kumpulkan kemarin.
![](https://img.wattpad.com/cover/191820215-288-k615749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposite Side
أدب الهواة(Completed) Kesalah pahaman yang terjadi membuat mereka menjadi asing. Jadi, bagaimana mereka menyikapinya? So let's check it out 🐿️ # Top 2 at chaennie (16_12_2019)