09.

4.8K 379 8
                                    

Daun hijau, lampu pijar berwarna kuning, pendar samar dari cahaya yang menghiasi ruangannya.
Aroma bunga sedap malam yang membawa kedamaian, ketenangan dalam kesenduan yang mengejang.

Hyuuga Hinata berada disana, disatu ruangan yang telah ditempatinya bertahun lamanya.
Menghirup aroma bunga segar yang diletakkan di vas kaca berisi air, aroma adiktif yang membuatnya tak bisa berhenti.

Itu selalu mengingatkannya pada mendiang ibunya, satu-satunya orang yang sempat diperjuangkannya selama beberapa tahun lamanya.
Meski merasa sedih karena kepergian ibunya, Hinata setidaknya juga merasa lega karena itu.
Dimana ia tidak harus melihat ibunya yang kesakitan, yang hidup dalam perjuangan.
Itu membuat hatinya hancur.

Hinata tidak memiliki hanyak waktu untuk meratapi hidup, tidak punya banyak waktu untuk bersedih, karena itu hanya akan membuatnya takut.
Takut jika dirinya akan kembali terhisap dalam kegelapan yang membuatnya tak bisa bangkit.
Jadi, alih-alih merasa sedih berlebihan, ia lebih sering menyibukkan diri dalam hal apapun.
Apapun yang bisa membuat pikirannya teralih dari kesedihan yang mengepungnya.

Sakura dan Gaara seperti saksi hidup atas dirinya, dimana kedua sahabatnya itu adalah orang pertama yang akan datang disaat Hinata membutuhkan bantuan.
Tapi sekarang, karena ia sudah memiliki Sasuke dalam hidupnya, lelaki itu adalah orang pertama yang datang kapanpun Hinata memanggilnya.

Bersembunyi dibalik punggung lebar Sasuke, Hinata merasakan ketakutan itu kembali menyerangnya tanpa ampun, meski ia mencoba untuk menutupinya.
Sabaku Gaara dan Sakura muncul tak lama setelahnya, dimana aroma ketegangan itu terus meningkat.

"Dasar bajingan mesum, kau mau mati ditanganku ?"

Sakura berteriak dengan wajah memerah yang penuh kemarahan, kembali melihat lelaki sialan itu membuatnya tak bisa menahan diri untuk tidak memberinya sumpah serapah.
Meskipun lelaki itu sudah terkapar dengan wajah mengenaskan, tentu saja karena ulah agresif Sasuke yang langsung menghajarnya hingga babak belur.

"Bawa pergi orang itu, masukkan ke penjara dan jangan biarkan kabur."

Dua polisi yang dipanggil Gaara muncul, langsung menyeret penguntit gila yang terus berteriak memanggil Hinata.

"Andjella, aku mencintaimu. Aku akan hidup denganmu, kita akan bahagia."

Gaara menghentikan mereka, demi memberikan pukulan keras pada wajah mengenaskan itu, membuat lelaki itu pingsan seketika karena tinjuannya.
Yahh, setidaknya lelaki itu puas dengan sekali hantaman.

Sasuke merengkuh tubuh Hinata yang masih terbalut piyama tidurnya, menenangkannya.
Sakura dan Gaara yang kebetulan berada didekat tempat tinggal Hinata, langsung datang kesana setelah Hinata menelponnya dengan panik.
Sementara Sasuke, langsung meluncur dari rumahsakit untuk menghampiri pacarnya.

"Hinata, kurasa tempat ini sudah tidak aman untukmu. Mau menginap dirumahku ?"

Hinata masih terlihat pucat dan mengatur napasnya dengan susah payah, itu membuat Sakura khawatir dengannya.
Gaara tidak banyak berkomentar, masih merasakan teror adrenalin yang memuncak dalam dirinya.
Lelaki itu tidak akan bisa berpikir benar, jika dalam situasi seperti ini.

"Tenanglah, sayang." Mengecup kening Hinata, mengabaikan Gaara dan segala keterkejutan dalam kepalanya.
Tentu saja, karena lelaki itu tidak tau tentang Hinata dan Sasuke.

"Apa ?"

Gaara bertanya dengan nada suara yang keras, sebelum Sakura menyeret lelaki itu menjauh darisana.
Sakura tidak akan terlalu khawatir lagi sekarang, karena Hinata pasti aman jika bersama Sasuke.
Yang lebih penting sekarang, menjelaskan semuanya pada setan merah satu itu.
Dan mungkin akan sedikit merepotkan.

NUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang