22.

2.1K 189 17
                                    

Hinata meringkuk dalam dekapan Sasuke, menghirup aroma maskulin yang menenangkan dirinya.
Tubuhnya terasa lelah, kepalanya pusing, dan Hinata merasakan tingkat stress yang naik dengan drastis.
Sasuke memijit kepalanya dengan hati-hati, menambah kenyamanan yang dirasakan Hinata malam ini.

"Jangan terlalu memaksakan diri, sayang."

Mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Hinata sedang memejamkan mata untuk menikmati kenyamanannya.
Mengabaikan Sasuke yang sesekali mencium ujung hidung mancungnya.
Hinata ingin menanyakan tentang hubungan apa antara dirinya dan Hatake Kakashi, tapi perasaan enggan itu membuatnya berhenti.
Hinata bisa menanyakannya lain waktu.

"Apa pekerjaanmu sulit ?"

"Tidak terlalu."

Mendengus keras-keras, Sasuke bisa langsung melihat tentang bagaimana pacarnya yang sangat kesulitan hari ini.
Untuk pertama kalinya, Hinata menangis karena pekerjaannya, itu membuat Sasuke tersenyum dengan wajah mengejek, membuat Hinata semakin kesal.
Sebenarnya Sasuke merasa prihatin, tapi lucu saja melihat Hinata yang merengut dengan wajah menggemaskan miliknya.

"Sudah kubilang, menjadi orang dewasa itu tidak mudah."

Mengangguk setuju, Hinata sekarang memahami dengan benar apa maksud kalimat itu.
Pekerjaan, tanggung jawab dan uang, sesuatu yang bisa mengikat orang dewasa.
Mendesah dalam-dalam, menyembunyikan diri didada bidang Sasuke, Hinata hanya ingin tidur nyenyak malam ini.
Dan berharap, besok ia tidak harus kerja rodi seperti hari ini.

Hinata terlihat seperti anak anjing yang butuh perlindungan, tingkahnya yang menggemaskan selalu membuat dada Sasuke berdebar, menikmati perasaan yang menyusup disana.

"Tidurlah, sayang."

Menidurkan Hinata seperti menidurkan anak kecil, Sasuke mengeratkan pelukannya tanpa membuat Hinata merasa sesak napas.
Memberi kehangatan yang nyaman dan pas.
Membuat perempuan itu semakin nyenyak dalam buaian mimpinya.
Mengusap kepala Hinata, membuat si empunya semakin lelap.

*

"Apa dia baik-baik saja ?"

Seorang lelaki bertanya dengan wajah datarnya yang khas, menyembunyikan kerinduan pada satu sosok yang selalu dilihatnya dari kejauhan, tanpa berani mendekat.
Goresan penyesalan, rasa malu dan ketakutan yang menghantuinya tanpa ampun, membuatnya tidak berani mendekat pada sosok yang selama ini selalu dirindukannya.

Sudah terlalu lama ia bersembunyi dalam kubangan dosa, tanpa berani menebus kesalahannya dengan benar.
Seorang pria pengecut yang hanya bisa menjadi penonton, tanpa berani menjadi pelakon.
Seorang pria yang bahkan tidak pantas dipanggil ayah oleh anaknya sendiri, tingkahnya memang sangat memalukan, dan Hyuuga Hiashi tidak berani mengakuinya.

"Apa Hinata akan bekerja di Plasma King ?"

Bertanya pada anak lelakinya, Hiashi mengamati beberapa potret yang sampai dimejanya hari ini.
Dengan rentangan jarak yang beratus kilometer panjangnya, pria paruh baya itu memantau terus perkembangan anaknya, bagaimana kondisinya dan kesulitan apa yang dialaminya.
Tapi, pantaskan Hiashi menganggap Hinata sebagai putrinya ?
Dalam kenyataan yang sebenarnya, pria itu menelantarkan anaknya sendiri, seperti mengabaikan kesulitan Hinata selama ini.
Ia bahkan hanya bisa mengunjungi makam istrinya secara diam-diam, agar Hinata tidak sampai melihatnya.

"Hinata akan bekerja disana, ayah. Jangan khawatir, dia berada dalam pengawasan Kakashi."

"Baguslah. Pastikan agar Hinata baik-baik saja selama disana, jauhkan dia dari masalah apapun."

Mengangguk patuh, Hyuuga Neji berjalan keliar dari ruangan ayahnya.
Lelaki dewasa yang usianya dua tahun diatas Sasuke itu sangat mengerti tentang kegelisahan dan kecemasan ayahnya.
Neji juga seorang ayah dan suami, bagaimanapun ia memahami ayahnya sendiri.
Berada jauh dari anak istri yang dicintainya selama berpuluh tahun lamanya, sebuah siksaan tak berwujud yang mematikan secara perlahan.

NUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang