33 : Final Ending

5.1K 286 26
                                    

Dannn,, akhirnya ini akan menjadi bagian terakhir.. yuhuu..
Ada Epilog dibagian paling bawah, jangan lupa dibaca ya 😁
.
.
.
Happy reading,

Vote please ❤❤
.
.
.
.
Gesekan senar biola yang membentuk rangkaian nada dalam sebuah melody bernama Four Season.
Hyuuga Hinata, terlihat begitu anggun dalam balutan gaun pengantin putih dengan model yang begitu klasik dan menawan.
Alih-alih memilih gaun pengantin mahal dengan hiasan payet dan kristal, Hinata lebih senang mengenakan gaun pengantin ibunya yang sederhana dengan potongan klasik yang membuatnya jatuh cinta.

Tidak ada pesta mewah, tidak ada ballroom hotel yang luas.
Hinata dan Sasuke membuat kesepakatan bersama, dimana mereka ingin pernikahan yang sederhana tanpa banyak tamu undangan.

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan suci, bentuk kasih sayang antar sesama manusia dan Tuhannya.
Pernikahan bukan hanya tentang seberapa banyak uang yang dikeluarkan, atau seberapa mewah gaun yang dikenakan.
Pernikahan adalah tentang dirimu dan Tuhan.
Tentang bagaimana kau menempati sumpahmu kepadaNya.

Pekarangan dibelakang rumahnya disulap layaknya kisah dinegeri dongeng.
Dengan hiasan mawar putih, selambu transparan yang tertiup angin, dan balutan senja yang membungkusnya dalam sebuah gugusan menawan persembahan alam.
Semua dekorasi ini adalah pilihan Hinata, dan kesepakatannya dengan Sasuke.
Meski awalnya Mikoto dan Hiashi menentangnya, kedua keluarga akhirnya luluh setelah melihat kesungguhan pasangan itu.

Tatanan rambutnya yang anggun, dengan tiara bertahta berlian yang menghiasi kepalanya.
Sentuhan dari riasan sederhana namun mahal, terlihat begitu menawan dalam senyum manis dibibir berwarna merah muda segar.
Sebuket bunga baby breath putih yang melambangkan sebuah cinta abadi yang ada ditangannya, menandakan seberapa siap dirinya saat ini.

Ada kegugupan tak tertahankan saat Hinata berdiri disana, berada jauh dari Sasuke yang kini berdiri didepan altar untuk menunggu pengantinnya.
Debaran jantungnya yang menggila seolah menjadi pengingat, bahwa ia ia akan menyerahkan hidupnya pada suaminya.
Tenggorokannya terasa kering, bahkan tangannya tak bisa berhenti gemetar.
Buncahan kebahagiaan itu terasa begitu jelas, membuat wajahnya semakin menawan dalam senyumnya yang mengembang.

Hinata tidak mengundang banyak orang.
Hanya orang-orang terdekat yang sering merecoki hidupnya.
Ada pasangan Sakura dan Naruto yang tengah berdebat.
Ada pasangan Gaara dan Ino yang terlihat layaknya keluarga harmonis dengan seorang anak lelaki tampan diantara mereka.
Tidak, tidak !! Ino dan Gaara belum menikah.
Anak itu adalah shikadai, keponakan Gaara yang nyatanya sangat jatuh cinta pada Ino.
Anak berusia 3 tahun yang sering menjadi lawan bertengkar Gaara saat merebutkan perhatian Ino.
Dan beberapa orang yang selama ini menjadi bagian dalam cerita hidupnya.

Pintu terbuka saat Hinata mengintip pemandangan itu dari balik jendela.
Ayahnya berdiri disana, dengan senyum sendu namun dalam sorot binar bahagia.
Menatap penuh kekaguman pada Hinata yang kini berdiri tepat didepan matanya.
Hiashi akhirnya memeluknya, menangis tanpa suara saat melihat putrinya yang akan resmi dimiliki lelaki lain.
Hatinya terasa begitu berat saat harus menyerahkan putri kesayangannya pada seorang lelaki yang akan mengambil tanggungjawab sebagai suaminya.
Hinata hampir menangis, seandainya ia tidak menahan diri sekuat tenaga.

"Kau cantik sekali, sayangku."

Menatap kagum pada sosok Hinata yang membuatnya begitu dejavu.
Layaknya pinang dibelah dua, Hinata sangat mirip dengan istri tercintanya, Hikari.

"Terimakasih, ayah. Tolong jangan menangis, itu membuatku juga ingin menangis." Katanya dengan suara lembut.

Hiashi bahkan tidak sadar jika dirinya menitikkan air mata sekarang.
Memberikan lengannya untuk Hinata, membuatnya semakin gugup karena waktunya sudah begitu dekat.
Menyambutnya dengan menggandeng lengan ayahnya, berjalan keluar darisana dengan debaran yang semakin menggila didadanya.

NUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang