11.

4K 355 5
                                    

Antara nurani dan sakit hati, jika ada satu pilihan yang benar-benar diinginkannya.
Hyuuga Hinata membencinya, mendendamnya setengah mati karena keberadaan lelaki itu mengacaukan segalanya.
Entah mau dikata apa, berapa kalipun Hinata berpikir, lelaki itu hanya terobsesi padanya.
Membuatnya begitu muak dengan segala tingkahnya.

Hinata dirundung ketidaknyamanan yang selalu mengikutinya dalam beberapa waktu ini.
Keberadaan Sasori dalam putaran hari-harinya membuatnya menjadi sangat paranoid dan was-was.
Bahkan sekarang, Hinata dengan sukarela menerima tawaran Sasuke untuk tinggal ditempat lelaki itu.
Kenapa ? Karena Hinata takut jika Sasori akan melakukan hal buruk padanya.

Hinata sudah menceritakan segalanya pada Sasuke.
Benar-benar semua kejadian yang sempat dialaminya sebelum hari ini, dan lelaki itu luar biasa murka.
Hinata tidak yakin dengan apa yang akan dilakukan Sasuke ketika bertemu dengan Sasori nantinya, dan ia tidak mau memikirkannya.
Itu hanya akan membuatnya tidak nyaman.

Saat keluar dari kamarnya, Hinata hampir selalu mendapati pemandangan manis yang membuatnya semakin jatuh cinta pada pacarnya.
Sasuke akan berada didapur, menyiapkan sarapan dengan gaya luwesnya yang keren.

"Morning, babe."

Lalu menyapa Hinata dengan suaranya yang  ramah, memberi pelukan dan menciumnya dengan hangat.
Hanya ciuman ringan, jenis sapaan pagi.

"Morning," balasan yang singkat, disertai dengan kecupan di bibir Sasuke.

Hinata mulai berani bermain dan berinisiatif dalam kontak fisik mereka, meski hanya sentuhan kecil saja.
Hanya sewajarnya saja, belum ketahap yang membuatnya seperti bucin diluaran sana.

"Duduklah, sarapan akan selesai dalam 5 menit."

Menurut. Hinaya sering merasa kagum pada kemampuan memasak Sasuke, bahkan merasa jika skill lelaki itu jauh lebih baik darinya.
Dalam beberapa tahap, Hinata bahkan merasa iri pada kemampuannya.
Yahh, sepertinya Hinata harus merasa sangat beruntung bisa memiliki pacar seperti Sasuke.
Lelaki dengan paket komplit yang menjadi incaran setiap perempuan.
Mungkin, ia bisa memasukkan nama Sasuke sebagai kandidat terkuat untuk suaminya.

"Aku akan pulang terlambat malam ini, karena ada beberapa hal pentjng di rumahsakit. Tidak apa-apa ?"

Meletakkan piring didepan Hinata, Sasuke bertanya dengan tatapan mengarah langsung pada gadisnya.
Seperti meminta ijin pada apa yang akan dikerjakannya.

"Tidak masalah. Aku bisa pulang dengan Sakura nanti."

"Aku akan menjemputmu nanti, sayang."

Menggeleng tidak setuju.
Bagi Hinata yang sangat menghargai waktu, itu hanya akan terdengar sia-sia dan merepotkan saja.
Jika Hinata bisa pulang dengan Sakura, kenapa ia harus merepotkan Sasuke untuk menjemputnya.
Lagipula, Hinata bukan bocah paud yang harus diantar jemput, ia sudah cukup dewasa untuk pergi kemanapun, bahkan jika itu seorang diri.

"Tidak usah. Itu hanya akan membuatmu kerepotan nanti, aku pulang dengan Sakura saja, ya ?"

Hinata mencoba membuat wajah semanis mungkin, agar Sasuke menyetujui usulannya.
Berpikir cukup lama sebelum membuat anggukan dikepalanya.
Sasuke sebenarnya masih ingin menjemput Hinata nanti, memastikan jika gadisnya sampai dirumah dengan selamat.
Meakipun Hinata mengatakan jika bisa menjaga diri dengan baik, Sasuke  tidak langsung tenang dengan fakta itu.
Sekuat dan seberani apapun pacarnya, Hinata tetaplah seorang perempuan.
Ahh, itu terdengar seperti Sasuke sedang meremehkan kemampuan bertahan hidup yang dimiliki Hinata.

"Baiklah. Langsung telpon aku saat sampai dirumah."

Menawarkan senyumnya yang menawan, Hinata mengangguk mantap.
Tentu saja respon itu langsung membuat Sasuke senang saat melihatnya.
Gadis penurut dan manis adalah tipenya, tapi meskipun Hinata sering membantahnya, itu juga tidak masalah.

NUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang