26

1.9K 167 7
                                    

Bom waktu yang hampir meledak, jika semua orang tau tentang itu.
Hinata merasa mengenal sekaligus asing dengan seseorang dihadapannya.
Kakashi menyuruhnya datang, dan sekarang Hinata harus berhadapan dengan seorang lelaki yang masih memakai kacamata hitamnya.
Hinata mulai merasa khawatir dengan dirinya sendiri.

Hatake Kakashi hanya duduk dengan tenang, seperti tidak mau menjelaskan apa yang ingin lelaki itu sampaikan.
Hinata sendiri dibuat tidak nyaman dengan situasi ini, merasa jika ia akan masuk dalam sebuah dimensi asing tanpa gravitasi.
Sebuah kecanggungan yang sama sekali tidak mengenakkan, Hinata bahkan merasa mual dalam situasi setegang ini.
Sepasang netranya bergerak dengan perlahan, mengerling pada dua lelaki dihadapannya secara bergantian.

"Jadi, ada apa ?"

Bahkan suaranya terdengar serak, karena Hinata tidak bicara sejak tadi.
Ia bahkan sempat berpikir, apa ini adu diam ? Bahkan suara helaan napaspun terdengar begitu lirih.

"Hyuuga Hinata, apa kau mengenal Hyuuga lain didunia ini ?"

Apa ini ? Pikirnya dengan ekspresi aneh dalam wajahnya.
Mengerutkan sudut alisnya, Hinata menggeleng dengan pelan.
Hanya ada dua Hyuuga yang dikenalnya, ibunya dan juga dirinya sendiri.
Hinata tidak tau, jika ada Hyuuga lain yang berkeliaran disekitarnya.

"Kau pasti akan segera mengenal Hyuuga lain. Selain ibumu dan dirimu sendiri."

Apa dia cenayang ? Dukun ? Atau penipu ?
Pikiran itu tak bisa dihentikannya, Kakashi tertawa miring melihat wajah Hinata yang tampak heran, penasaran tapi juga kesal.
Pikiran itu muncul dalam raut wajahnya, meski tidak dari mulutnya.

"Apa kau menganggapnya dukun ?"

Bertanya dengan selera humor rendahan, Hinata mengangguk dengan tampak salah tingkah.

"Sudahlah, cepat selesaikan ini dan biarkan Hinata bekerja."

Kakashi sudah cukup sabar menunggu, dan sudah cukup kesal karena Neji seperti menjadi orang lain hari ini.
Lelaki itu sangat mengulur waktu dengan mengajukan pertanyaan yang tidak penting, tidak seperti sepak terjangnya selama ini yang begitu frontal.

Melepaskan kacamata hitamnya, Hinata hanya menampilkan raut wajahnya yang datar dan sejujurnya tidak merasa tertarik.
Tapi, ketika tatapan mereka akhirnya bertemu, Hinata berjingkit, bahkan bangkit dari tempatnya.
Dadanya bedebar, detak jantungnya bahkan meningkat secara cepat.
Ini seperti perasaan asing yang keluar begitu saja, seperti perasaan yang dikuncinya selama ini.
Perasaan emosional yang tidak masuk dalam logikanya, Hinata kembali dibuat bingung.

"Aku Hyuuga Neji, kakak tirimu."

Seperti ketika sebuah adegan drama dalam fase menegangkan, Hinata tidak bisa mengatakan apapun,tidak bisa berbuat apapun.
Ia hanya tertawa, meskipun sudut matanya basah dengan air mata yang jatuh dipipinya.
Hinata hanya tertawa dengan wajah menangis, bibir dalamnya tergigit kuat, hingga ia bisa merasakan setetes darah dilidahnya.
Tanpa mengatakan apapun, dengan gelengan keras dikepalanya, Hinata menjauh darisana dengan kekacauan dalam dirinya, kebingungan dalam kepalanya dan rasa sakit dihatinya.

Membanting pintu dengan keras, Hinata melihat Sasuke yang berlari kearahnya, masih dengan jas dokternya.
Sasuke terlihat panik saat melihat Hinata yang terduduk didepan pintu, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan dan menangis keras disana.
Lelaki itu harus menenangkan dirinya, mengambil napas dalam dadanya dan memejamkan mata.
Menghampiri Hinata dan membawa tubuh kecil itu agar bersembunyi dalam dekapannya.

Mendongak dengan wajah memerah yang tampak kacau, Hinata memeluknya dengan erat.
Merasakan telapak tangannya yang dingin, dan bibir dalamnya yang perih.
Hatinya sakit, Hinata merasa seperti dipaksa menelan racun untuk mengakhiri hidupnya.
Mengusap punggung kecil yang tengah bergetar menahan tangisannya, Sasuke merasa begitu muak dan marah atas permainan yang melibatkan kekasihnya.
Mengertakan giginya, hingga tulang rahangnya mengeras, Sasuke tidak bisa menerima ini, tidak bisa melihat Hinatanya yang menangis dengan nelangsa seperti ini.

NUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang