Perempuan berwajah sendu bernama Hyuuga Hinata, hakikatnya hanyalah seorang anak dari seseorang yang kini duduk dihadapannya.
Ketegangan yang terlihat layaknya sebuah persidangan alot yang penuh tekanan.
Hinata duduk bersama Mikoto, Sasuke disisi lain, Hyuuga Hiashi dan Hyuuga Neji, dan juga Uchiha Fugaku yang turut andil disana.
Seharusnya ada Hatake Kakashi, tapi lelaki itu menolak masuk dalam sebuah lingkaran, memilih pergi darisana.
Meski awalnya Kakashi menanti moment ini, ia memilih mundur saat dihadapkan secara langsung.
Sangat lucu dan juga pengecut.Fugaku dan Hiashi hanya berbincang ringan, selayaknya teman lama yang akrab.
Fugaku sendiri sudah mengenal Hinata lewat penuturan istrinya, tapi baru bertatap muka sekali ini.
Kesan yang Fugaku dapati pertama kali adalah, Hinata perempuan yang baik.
Sementara bagi Hinata sendiri, ia merasa begitu segan pada lelaki paruh baya yang seumuran dengan seseorang yang mendapat panggilan ayah darinya.Hyuuga Hiashi menatap Hinata tanpa berkedip, merasa kagum dengan kemiripan paras gadis itu dengan Hikari.
Sunggingan senyum yang membuat Hinata ngeri, meski perasaan rindu itu meluncur begitu saja tanpa mampu ditahan.
Hanya saja, ganjalan lain selalu ada disana, dalam pertanyaan yang belum sempat ia tanyakan.
Mengalahkan kerinduan itu sendiri, secara perlahan.
Hinata hanya merasa asing pada sosoknya, tidak bisa lebih dari itu."Hinata, apa kau tidak ingin bicara dengan ayahmu ?"
Pertanyaan dari Fugaku yang menyadarkannya dari lamunan, Hinata mengerling, menatap Hiashi yang hanya bisa menampilkan ekspresi rindu dalam sorot matanya.
"Maaf, kenapa anda harus muncul sekarang ?"
Pertanyaan yang begitu kaku dan menohok, Hinata hanya penasaran dengan itu.
Mungkin, akan jauh berbeda ceritanya, jika Hiashi muncul beberapa tahun sebelum ini.
Dan akan lebih baik lagi, jika lelaki itu bisa datang saat dirinya begitu haus kasih sayang seorang ayah.
Saking parahnya ia merindukan sosok ayah, Hinata bahkan menganggap jika ayah dari Sakura adalah ayahnya."Ayah minta maaf, Hinata. Ini semua salahku."
Mikoto menyentuh telapak tangan Hinata yang mengepal, menenangkannya secara tak langsung.
"Aku tidak membutuhkan maaf, aku butuh jawaban."
Sasuke menatapnya, bagaimana Hinata yang menyembunyikan kepedihan itu dari matanya, membuat tegar dirinya sendiri.
"Hinata ...."
Neji hampir mengatakan sesuatu, ketika Hiashi menahannya.
Ini adalah perkara ayah dan anak itu, sementara yang lainnya hanyalah sanksi atas apa yang terjadi hari ini.
Fugaku menatap pada Neji, mengangguk pelan dengan tatapan yang menyuruh agar Neji diam."Biarkan aku bicara dengan putriku."
Fugaku dan Mikoto berpandangan, seperti membuat persetujuan lewat sorot mata mereka, mendiskusikannya dalam diam.
Mengangguk pada akhirnya, meski Mikoto harus menampilkan wajah kesalnya."Bicaralah, sayang. Kau bisa memaki ayah sialanmu itu."
Mengusap punggung Hinata, setelah melayangkan tatapan membunuh pada Hiashi yang ditanggapi senyum ringan.
Sasuke mengecup kening Hinata sekilas, pemandangan yang tak luput dari tatapan tajam ketiga lelaki lain disana, dan juga senyum manis milik Mikoto.
Sepertinya, Sasuke akan menghadapi sesuatu yang lain setelah ini.
Jika seandainya, Hinata berhasil membuat kesepakatan dengan ayahnya.Hanya tertinggal dua orang disana, setelah yang lain memilih untuk meninggalkan anak dan ayah itu untuk saling berhadapan, dalam ketegangan yang sama sekali tidak mengendur, setidaknya itu yang dipikirkan oleh Hinata.
"Tanyakan apa yang ingin kau ketahui, Hinata."
Berbicara dengan suara rendah yang lebih santai, Hiashi seperti menantang pada apa yang ingin diketahui Hinata.
Hinata sendiri membuat pertimbangan dalam kepalanya, dimana ia mulai dengan pertanyaan yang cukup sensitif.

KAMU SEDANG MEMBACA
NUDE
Fiksi PenggemarHyuuga Hinata, masihlah berstatus sebagai mahasiswa, ketika seorang teman menawarinya sebagai model naked. sebuah tawaran yang langsung ditolaknya mentah-mentah, meskipun bayarannya tidak main-main. Hinata pasti akan mendapat banyak uang dengan cepa...