12.

3.6K 313 23
                                    

Aroma obat yang menguar kuat, ketegangan yang mencekam disetiap ruangan, kecemasan yang terus memuncak seiring berjalannya waktu.
Hinata pernah mengalaminya, dalam beberapa fase dimana ibunya berada dalam keadaan bahaya dan kritis.
Itu kenangannya yang terburuk dengan Rumahsakit, menjadi salah satu alasan kenapa ia cukup membenci tempat itu.

Hinata tidak yakin harus membuat kesimpulan apa dalam kepalanya, saat Sasuke membawanya kesana, ketika ia libur dari kuliahnya.
Banyak hal yang terasa janggal dibenaknya, meski Hinata tidak merasa yakin atas sesuatunya.

Berjalan disamping Sasuke dengan tangan yang bertaut erat, ada banyak sorot mata dengan wajah terkejut yang mengarah pada mereka.
Itu seperti, ketika kau melihat seseorang yang kau sukai, berjalan dengan perempuan lain.
Seperti gebetan yang ternyata sudah punya pacar. Persis seperti itu.

"Ada apa dengan mereka ?"

Bertanya dengan suara rendah, Hinata tidak pernah mendapati situasi semacam ini, ketika berada di Rumahsakit manapun.
Ia seolah bisa melihat tanda hati yang terbelah ditengahnya, melayang lalu jatuh membentur lantai keramik yang dingin.

Satu kesimpulan, para perawat yang patah hati karena dokter tampan mereka akhirnya membawa seorang perempuan ketempat kerja.
Hinata membenarkan hal itu dalam kepalanya.
Entah bagaimana, ia merasa dirinya dalam bahaya yang lebih besar.

"Abaikan saja,"

Mudah bagi Sasuke mengatakan itu, tidak menyadari saat Hinata bergidik ngeri ketika melihat tatapan membunuh para perempuan yang berkeliaran di area rumahsakit.
Rasanya ia menyesal sekarang, mengiyakan ajakan Sasuke untuk datang ketempat ini.

"Tuhan, tolong selamatkan aku dari para predator jahat itu". Doanya  dengan sungguh-sungguh.

Ruangan Sasuke terlihat sedikit lebih besar, daripada kamar tamu yang ditempatinya selama ini.
Tolong jangan salah paham dan mengira jika mereka tinggal seatap, maka akan tidur dikamar yang sama.
Tidak ! Itu tidak terjadi.

Aroma segar yang tidak asing, menguar tepat ketika Sasuke membuka pintu.
Hinata tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut saat menghirup aroma yang dihapalnya diluar kepala itu.
Memejamkan mata, seperti menikmati kerinduan dalam dadanya.

"Ahh, aku merasa dirumah."

Aroma itu berasal dari aromatherapy lavender yang dipasang Sasuke disana.
Hinata mendekat, hanya untuk mendapati jika lelaki itu masih menggunakan merk aromatherapy yang pernah diberikannya dulu.

"Kau masih memakai merk yang sama ? Wahh, aku terharu."

Mengerling dengan wajah lucu yang terlihat begitu manis, Hinata hanya merasa senang dengan apa yang dilakukan lelakinya.
Baginya, perbuatan Sasuke sangat manis sekali, seperti ingin memberi kesan jika lelaki itu ingin selalu dekat dengannya.
Ahh, memikirkannya saja sudah membuat wajah Hinata merona.

"Aroma ini selalu mengingatkanku padamu, aku sangat menyukainya."

Mengusap kepala Hinata dengan senyum lembut dibibirnya, membuatnya tersipu saat mendengarnya langsung dari mulut Sasuke.
Rasanya semakin menyenangkan, meskipun lelaki itu sudah sering melontarkan berbagai kalimat manis untuknya.
Hinata bahkan merasa khawatir, akan terkena diabetes jika terus menerus diberikan ucapan dan perhatian yang terlalu manis seperti itu.

"Sejak kapan kau pintar menggombal ? Dasar, calon pujangga gagal."

Hal baru bagi Hinata, saat melihat bagaimana lelaki itu yang terus menerus berusaha menggombalinya.
Uchiha Sasuke yang dikenalnya pertama kali, jelas bukan lelaki seperti sekarang ini.
Rasanya masih sangat absurd dan konyol, tentang bagaimana seringnya Sasuke membuat gombalan receh yang terdengar menggelikan.
Meskipun hal itu nyatanya sering membuat wajah Hinata kepanasan.
Atau saat sikap manjanya yang kadang sudah tidak manusiawi, dan itu sering membuat Hinata jengah.

NUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang