Akan ada saatnya, ketika kau menyadari begitu berat melepaskan seseorang yang terkasih.
Sasuke masih tidak melepaskan pelukannya, sejak hampir 20 menit yang lalu.
Sakura dan Gaara memberi tatapan jengah pada pasangan kekanakan itu.
Hinata hanya pergi ke Jepang untuk sementara waktu, dan Sasuke bisa menyusul kapanpun lelaki itu mau, tapi ini terlihat seperti perpisahan dramatis dimana mereka tidak akan bertemu lagi untuk selamanya.Hiashi hanya sedang menahan diri untuk tidak mendamprat bocah lelaki yang masih memeluk putrinya dengan begitu erat.
Mereka sudah dewasa, bukan lagi remaja dalam masa puber yang merepotkan, tapi kenapa masih bertingkah seperti seseorang dalam masa puber yang berat.Mikoto tidak kalah dramatisnya, menangis tersedu seperti melepas anak gadisnya yang akan pergi merantau.
Hiashi tidak bisa menahan diri untuk tidak membuat bayangan, bagaimana jika Hikari masih ada ? Seperti apa reaksinya ?
Yang pasti, Hikari tidak akan sedramatis Mikoto, itu yang diyakininya."Sasuke, pesawatku .."
Hinata melepas pelukan yang membuat lengannya pegal itu.
Berhadapan dengan sepasang netra yang menatapnya berkaca-kaca, mirip anak anjing yang tidak mau ditinggal majikannya."Jangan lupa menelponku."
Mengangguk patuh, Hinata sudah merasa lelah untuk beradu argumen.
Setelah situasi dramatis yang disebabkan Mikoto, Hinata merasa begitu lelah untuk melakukan percakapan panjang yang akan menarik emosinya.
Ia sudah menangis beberapa waktu lalu, bahkan matanya masih sedikit sembab.
Hinata tidak menangis karena sedih, lebih karena Mikoto yang menangis tersedu, itu mempengaruhinya.Berpamitan selalu menjadi hal paling sulit untuk dilakukan, Hinata bahkan merasa begitu berat meski hanya pergi untuk waktu yang singkat.
Tidak banyak barang yang akan dibawanya, karena Hinata hanya akan berkunjung, tidak berniat pindah.
Mikoto adalah yang paling emosional diantara semua orang yang mengantarnya hari ini, membuat Hinata membayangkan akan seperti apa reaksi ibunya jika berada disini sekarang.
Itu membuatnya merasa getir."Jika Hiashi berani menyakitimu, kau harus menelpon ibu. Mengerti ?"
Mengangguk patuh, membiarkan Mikoto memeluknya dengan erat untuk terkhir kalinya, sebelum Hinata benar-benar pergi darisana.
Lambaian tangan yang terasa begitu menyesakkan, sekaligus berdebar karena begitu antusias.
Hinata ingin tau tentang ibunya, hanya itu yang membuatnya begitu antusias seperti ini."Apa kau gugup, nak ?"
Hiashi bertanya dengan wajah khasnya, dengan tatapan berbinar dan sedikit tegas.
"Aku sangat gugup."
Hinata tidak pernah melakukan perjalanan sampai sejauh ini, itu membuatnya begitu gugup.
Bahkan ia hampir tidak tidur semalaman, rasanya sangat menggelisahkan hingga ia tidak bisa memejamkan mata."Kita akan pulang, Hinata."
Meski tidak setuju dengan kalimat itu, Hinata memilih diam.
Jepang bukan rumahnya, ia hanya sekedar berkunjung ke tempat asing itu.
Menyamankam dirinya sendiri, Hinata berharap bisa memejamkan mata selama perjalanan panjang mereka.
Ia lelah, tapi tidak mau mengakuinya.Sementara Sasuke masih berdiri disana, terlihat nelangsa.
Gaara dan Sakura tidak bisa meninggalkannya begitu saja, merasa jika lelaki itu bisa saja bunuh diri jika tidak ada mereka."Sudahlah, kau terlalu berlebihan Sasuke."
Sakura berbicara, merasa jika lelaki dihadapannya ini mulai kehilangan kewarasannya, seiring menjauhnya pesawat yang membawa Hinata pulang ke kampung halaman.
Sasuke terlihat seperti remaja labil yang dirundung gundah gelisah saat berada jauh dari pacarnya, meski kenyataan jika lelaki itu terlalu tua untuk melakukan hal semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NUDE
FanfictionHyuuga Hinata, masihlah berstatus sebagai mahasiswa, ketika seorang teman menawarinya sebagai model naked. sebuah tawaran yang langsung ditolaknya mentah-mentah, meskipun bayarannya tidak main-main. Hinata pasti akan mendapat banyak uang dengan cepa...