24

1.8K 175 4
                                    

Tidak ada hal mencolok apapun saat Hinata sampai dikantor pagi ini.
Beberapa orang masih menyapanya dengan ramah, beberapa orang masih melewatinya begitu saja, mengabaikannya.
Alih-alih menuju elevator, Hinata berjalan menuju tangga darurat, mulai menanjak naik menuju ruangannya.

Ada beberapa alasan baginya saat memilih tangga darurat daripada lift.
Yang pertama, Hinata butuh olahraga, mengingat sudah berapa lama ia tidak melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki dan semacamnya.
Kedua, ia hanya ingin melakukannya.
Berjalan perlahan seperti menanjak, melewati anak tangga, membuatnya membayangkan karir seperti apa yang ingin diwujudkannya.
Yang ketiga, Hinata bisa bersantai sambil merilekskan diri, mengingat ia akan duduk berjam-jam didepan layar komputer dengan setumpuk dokumen memusingkan.

Rasa pensarannya sedikit terusik, Hinata tidak bisa membiarkannya dirundung perasaan ingin tau seperti ini.
Kakashi hanya tidak tau saja, jika Hinata sangat mudah terpancing, sangat mudah merasa penasaran pada sesuatu, itu seperti sebuah bahaya terbesar dari dirinya.
Bom waktu yang siap meledak kapanpun dan dimanapun, Hinata bahkan sering merasa kesulitan menghadapi dirinya sendiri.

Berpapasan dengan Hatake Kakashi yang barusaja keluar dari balik pintu elevator, lelaki itu nampak heran saat melihat Hinata dengan napas putus-putus dan ngos-ngosan, peluh melewati dahinya yang mulus, membuatnya menyekanya dengan telapak tangan.
Hinata masih tidak menyadari keberadaan Kakashi, sampai mendongak dan melihat lelaki itu menatapnya dengan dahi berkerut.

"Tangga darurat ? Apa lift rusak ?"

Bertanya dengan ringan, terdengar mengejek ditelinga Hinata.

"Hanya ingin menyehatkan diri, mr. Hatake."

Terdengar sarsakme meski dalam balutan senyumnya yang manis, Hinata mengangguk sopan dan berjalan menjauh darisana.
Meninggalkan Kakashi yang merasa tersindir atas ucapannya.

"Apa dia sengaja menyindirku ?"

Gumamnya sambil berjalan menuju ruangannya.
Selama ini, Kakashi belum pernah melihat seorang perempuan dengan blak-blakan menyindirnya, dan sekarang ia merasa aneh sekaligus tertantang atas ucapan Hinata yang seperti sengaja memancingnya.
Sepertinya Kakashi harua berhati-hati, perempuan itu jauh lebih berbahaya dari kelihatannya.

Hinata mendengus keras, meletakkan tas bahunya yang bermerk mahal dengan hati-hati.
Bersidekap tangan dibawah dada, bibirnya merengut dengan tampang masam.
Bertemu Hatake Kakashi dijam sepagi ini membuat moodnya turun drastis, melambung bebas.
Menghela napas, tidak ada gunanya juga jika ia memaki lelaki itu, yang ada dirinya akan mendapat masalah ditempat ini.

Jari-jarinya terulur, menyusuri setumpuk dokumen yang belum sempat diselesaikannya kemarin.
Hinata heran saja, kenapa Kakashi harus mencari dokumen surat jalan setahun silam, dan meminta Hinata untuk melakukannya.
Lelaki itu terkadang sedikit aneh tingkahnya, bahkan cenderung mencurigakan menurut Hinata.

Hatake Kakashi barusaja masuk keruangannya, ketika ponselnya mendadak berbunyi.

"Oh, kau sudah datang ? Perlu dijemput ? Baiklah, aku kesana sekarang."

Mengakhiri panggilan itu dengan singkat, kembali keluar dari ruangan yang barusaja dimasukinya.
Langkahnya lebar dan mantap, sedikit berlari dan menimbulkan suara berisik dari sepatunya yang beradu dengan lantai keramik.

Uchiha Sasuke terlihat tidak tenang kali ini, mengetukkan jarinya ke meja kerja yang hampir penuh dengan berbagai barang tidak berguna disana.
Kegelisahan itu muncul tanpa sebab, tapi Sasuke yakin jika sesuatu yang tak baik akan terjadi tidak lama lagi.
Kecemasan yang mengganggunya bekerja.

Tidak tahan dengan dirinya sendiri, Sasuke mengambil ponselnya, ia hanya butuh suara Hinata untuk memastikan jika kekasihnya baik-baik saja sekarang.
Tidak sedang berusaha melawan bahaya atau mencari perkara dengan orang lain.

NUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang