14.

3.2K 271 3
                                    

Sasori tersenyum dari tempatnya, merasa menyerah dan sedikitnya merasa lega.
Melihat Hinata yang sedang tertawa bersana Sasuke didepan sana, sudah cukup untuk membuatnya merasa yakin jika gadis itu benar-benar bahagia dengan hidupnya yang sekarang.

Itu melegakan, setidaknya untuknya.
Kebodohannya dimasalalu, mengubah kehidupan Hinata dengan begitu tragis.
Belum lagi dengan beberapa hal traumatis yang terjadi padanya.
Itu sangat menggelisahkan dan tentu saja tidak membuatnya tenang.

"Aku harap, kau selalu bahagia, Hinata." Gumamnya dengan pandangan lurus pada mereka.

"Hyaa, kau masih berani muncul disini ?"

Suara bernada keras yang menyiratkan banyak bahaya, Sakura datang dengan membawa malapetaka.
Bahkan suaranya itu berhasil membuat Hinata dan Sasuke menoleh padanya.

Sasori hanya tersenyum dengan begitu samar, menatap gadis pinky itu dengan tatapan sendu.
Mereka pernah menjadi teman sebelumnya, meskipun sekarang keadaan membalik dengan begitu drastis.

"Aku akan pergi mulai hari ini."

Sakura menampilkan sebuah ekspresi  yang bisa dikatakan sangat angkuh, dengan sudut bibir terangkat, kedua tangan berkacak pinggang dan tatapan tajam yang terlihat berbahaya.

"Enyahlah, brengsek."

Sebuah kalimat yang diucapkan dalam nada tajam yang sama sekali tidak terdengar manusiawi.

Sasuke terlihat sangat tidak senang dengan keberadaan Sasori disana, hampir berlari kearah lelaki itu untuk memberinya pelajaran, sebelum Hinata menahannya dengan sebuah pelukan erat yang berhasil menghentikan Sasuke.
Ototnya yang menegang, menjadi bukti bahwa lelaki itu siap melancarkan aksinya, dan Hinata tidak bisa membayangkan akan hal terburuk apa yang akan dihadapi Sasori nantinya.

Melempar senyum untuk terakhir kalinya, sebelum berjalan menjauh darisana dan menghilang ketika mobil yang dinaikinya menghilang dikejauhan.
Sakura mengomel panjang lebar dengan wajah menyebalkan, mengumpat dan memberi sumpah serapah dengan kalimat khas hewaniah.

Helaan napas yang terdengar begitu berat berhembus dalam dada yang terasa sesak, Sasuke memandangi Hinata yang masih tidak melepaskan pelukannya.
Tersenyum dengan paksa, mengecup puncak kepala Hinata dalam-dalam.
Itu menyadarkannya, membuat Hinata melepaskan pelukannya dan tersenyum kikuk.

"Kenapa kau melindunginya ?"

Sakura tidak mendekat pada keduanya, karena gadis itu langsung pergi dengan terburu-buru, dimana wajahnya menyiratkan ekspresi ketika kau harus menunaikan panggilan alam.
Itu bisa memberi waktu pada Hinata dan Sasuke, untuk melakukan beberap dialog mengenai kejadian yang barusaja terjadi pada mereka.

"Aku hanya tidak ingin kau mendapat masalah."

"Itu tidak akan menjadi masalah, sayang."

Sasuke terlihat gemas dengan tingkah Hinata yang kini merengut tak senang.
Mengangkat dagu lancip itu dengan jarinya, membuat pandangan mereka bertemu sepenuhnya.
Menawarkan sebuah senyum yang begitu menenangkan, Sasuke hanya mencoba untuk mengendalikan emosinya.
Mengontrol dirinya didepan Hinata, lagipula ia bisa memberi pelajaran pada bedebah sialan itu nanti, tanpa Hinata tau.

"Jaga diri baik-baik, aku harus pergi sekarang."

Mengangguk patuh, Hinata membiarkan Sasuke yang sedang meminta jatah paginya.
Meskipun ia masih merasa tidak senang, dan sejujurnya Hinata khawatir jika Sasuke akan melakukan sesuatu pada Sasori.
Hanya tentang kemanusiaan yang menghalangi pikiran Hinata saat ini.
Atau, apakah ia memang terlalu baik ?
Atau terlalu bodoh ?
Entahlah, yang pasti ia merasa tidak nyaman saat ini, meskipun berusaha keras menyembunyikan kecemasannya.

NUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang