Chapter 5

331 79 2
                                    

Terima kasih sudah mampir dan menetap^^

Happy reading~

•••••

Masa lalu paling buruk adalah kenangan yang nggak bisa kita ubah, kita jalani lagi dan kita rasakan lagi.

•••••

Waktu itu kamu janji buat terus bikin aku merasa bahagia di sini. Di mana pun aku berada. Kamu berkata kalo aku berhak dan pantas tersenyum tanpa beban seperti yang sering kamu lakukan.

Dulu,
Kamu selalu memberi kabar kapan pun tanpa kupinta. Kamu selalu hadir dalam keadaan terburuk sekali pun. Kamu nggak pernah pergi, nggak pernah absen dari hari-hariku.

Sekarang ...
Kamu dimana Jal?

Kabar kamu sama sekali nggak terdengar. Rumah yang dulu selalu ramai sekarang rasanya kayak nggak ada orang yang isi. Sepi. Sunyi. Senyap.

Kayak hari aku sekarang, Jal.

Tanpa kamu aku merasa kosong. Sebab dulu kamu yang selalu mewarnai hari-hariku. Kamu yang dulu selalu mengukir senyumku. Lantas setelah kehilanganmu, siapa yang akan menggantikannya?

Jal, kamu beneran baik-baik aja kan?

Rumah kamu beneran nggak ada orang. Kalau kamu berobat akibat kecelakaan waktu itu, separah apa luka kamu sampai belum sembuh? Aku khawatir sama keadaan kamu.

Aku yang nggak terlalu parah aja bisa tiga minggu di rawat. Lah kamu? Bahkan udah sebulan lebih tapi nggak ada kabar. Jal, beneran kan masih baik-baik aja?

Tapi kalo beneran baik-baik aja, kamu dimana?

Kenapa pergi? Kenapa menghilang? Kenapa nggak ada kabar?

Aku ngerasa kosong, Jal. Orang yang dulu selalu jadi pelindung aku, selalu jadi penyemangat aku, selalu jadi yang terbaik di saat orang tua aku sendiri bahkan nggak peduli, kamu yang selalu ada buat aku Jal. Aku beneran sedih kalo sampe kamu kenapa-napa.

Jal ...
I will missing u. Always.

Melati Adeswara.


Pikiran tentang kejadian saat itu kembali menghampiri lagi. Air mata yang sedari tadi kutahan akhirnya tumpah ruah. Aku nggak sanggup menulis semua tentang kebersamaanku dengannya. Tentang masa-masa bahagia yang selalu dia ciptakan.

Fahrizal Dewata. Sosok yang selalu aku kagumi. Sosok paling dewasa, yang selalu mengerti kondisiku. Ijal-ku.

Andai saja aku tahu kabar tentangnya saat ini, mungkin aku nggak bakalan sedih-sedih terus. Bukan nggak mau mengikhlaskan keadaan sekarang, aku cuma mau tahu kabar tentangnya saja.

Bagaimana keseharian dia sekarang tanpaku?

Belasan tahun hidup berdampingan, Ijal yang selalu ada buatku. Dia yang paling mengerti saat aku lagi sedih, marah, rindu atau bahkan cemburu. Dia yang berdiri paling depan saat aku disakiti orang lain. Dia yang berdiri paling depan saat aku merasa sedih dan hilang arah. Hidup yang berantakan dulu sudah dibenahi karena kehadirannya yang membantu. Namun setelah kehilangannya yang nggak ada kabar sama sekali, aku kembali kosong.

Buku Catatan Melati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang