Chapter 4

338 84 2
                                    

Terima kasih sudah mampir dan menetap^^

Happy reading~

•••••

Ada yang meletakkan roti bakar di mejaku. Roti bakar dengan selai coklat yang dipadukan seres dalam satu ruang terlihat sangat menarik di atas meja. Warnanya yang kecoklatan membuat rasa lapar kembali menyerang. Siapa yang meletakkan roti itu?

Saat masuk kelas barusan, aku sama sekali nggak melihat ada seorang pun. Semua temanku pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka setelah pusing belajar. Jadi mana mungkin aku tahu siapa yang meletakkan roti tersebut di atas mejaku.

Saat memilih duduk, nggak sengaja aku melihat secarik kertas di bawah mika. Kutarik kertas itu dan membaca tulisan yang seketika membuat senyumku merekah. Aku tertawa kecil, siapa pun yang meletakkan roti menggunggah selera tersebut, aku bakalan berterima kasih.

Perlahan kumakan roti itu sambil memainkan ponsel. Aplikasi yang pertama kubuka adalah Instagram. Di beranda Instagram—salah satu media sosial yang paling digemari anak muda—tertampang jelas foto teman sekelasku di sana. Melalui akun kelas yang banyak diisi oleh aib-aib satu kelas. Kucoba klik akun tersebut dan berakhir dengan ketawa ngakak sendirian.

Ternyata di sana sudah ada foto Gara. Cowok yang katanya anak baru di kelasku. Tentang Gara, aku sama sekali nggak tahu. Entah dia pindahan dari mana, rumahnya di mana, kenapa bisa pindah ke sekolah yang sekarang, atau ... dengan siapa dia berteman dan bagaimana bisa cepat beradaptasi.

Bagaimana pun itu ... aku nggak begitu mau tahu. Lagi pula, berteman dengannya nggak bakalan rugi. Karena dengan Gara dan Ken, suasana kelas menjadi lebih hidup. Derai tawa selalu mengiring setiap kegiatan. Kadang kala kalau ada yang lagi bertengkar atau musuhan atau yang lebih parah saling diam-diaman, Ken pasti bakalan mencairkan keadaan dan memperbaiki masalah mereka. Sebenarnya nggak bisa dibilang memperbaiki karena yang menentukan pilihan juga mereka, Ken cuma membantu.

"Sendirian aja?"

Aku terkejut karena tiba-tiba Gara berada di depan wajahku. Sontak membuatku menjauhkan diri darinya dan hampir terjungkal dari bangku. Sementara Gara sudah ketawa ngakak. Aku yakin wajahku kelihatan aneh banget.

"Gara!" kesalku.

"Kenapa? Lagian fokus banget main hapenya."

Dia duduk di depanku, seperti tadi pagi. Di tangan kanannya ada minuman es teh dan sebelah kirinya ada makanan di kantung plastik, entah apa isinya.

"Apa?" ketusku.

Gara nyengir, dia membenarkan posisi duduknya jadi tegak. Lalu meletakkan kantung makanan di atas mejaku. Dia mengeluarkan makanan tersebut bersamaan dengan senyuman khas miliknya. Aku cuma memperhatikan pergerakan Gara yang datang tiba-tiba.

"Mau nggak?"

Ternyata di dalam kantung plastik tersebut ada dua porsi batargor yang dibungkus apik dalam plastik kecil, Gara menyodorkan satunya ke arahku. Karena nggak mau melukai perasaan Gara, aku mengambilnya dan berterima kasih. Gara tersenyum, lalu memakan batagor miliknya.

"Lo itu aneh, ya."

"Aneh gimana?"

Gara mengangkat bahunya. Aku mendengus sebal, Gara bicara setengah-setengah yang membuatku penasaran.

"Lo nggak ke kantin?"

"Udah."

"Itu roti bakar siapa?" tanya Gara. Dia menatapku sambil mengunyah batagornya. Matanya terus mengarah padaku dan roti bakar bergantian.

Buku Catatan Melati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang