Chapter 8

209 73 0
                                    

Terima kasih sudah mampir dan menetap^^

Happy reading~

•••••

"Pagi,"

"Pagi," balasku.

Di koridor sekolah, aku dikejutkan dengan kehadiran Gara yang tiba-tiba. Cowok itu berjalan di sampingku, dengan tangan kanannya yang memegang teh kotak.

"Gimana kaki lo?"

"Kaki?" beoku melirik kaki sebelah kiri yang sempat sakit. Aku berjalan lancar, sudah membaik sejak pertama masuk kembali ke sekolah. "Alhamdulillah."

"Kapan dong jalan sama gue? Kemarin katanya bisa."

"Jangan nyebelin deh!" ketusku, yang justru membuat Gara tertawa.

"Nggak cocok ketus, malah lucu." Gara nyengir lebar, dia menyodorkan teh kotak yang diambilnya dari dalam tas. Aku menerima dengan senang hati.

Gara memang baik, tapi kadang bisa konyol seperti Ken. Namun selama aku mengenalnya, dia belum menunjukkan tingkah seperti Ken—konyol yang berlebihan.

"Jangan lupa senyum."

"Ini udah senyum," balasku tersenyum lebar hingga kedua mataku menyipit, "Btw, makasih buat teh kotaknya."

"Oke." Gara mengangguk.

Kami berjalan bersama menuju kelas sambil mengobrol ringan. Gara anaknya asik banget. Bicara tentang apa pun bakalan nyambung. Nggak jarang juga dia suka bikin ketawa di sela-sela obrolan. Pantas banyak yang menyukai cowok itu.

Dia terlalu humoris dan mudah bikin nyaman.

Perihal anak baru di sekolahku, sepertinya Gara adalah orang paling beruntung. Dia sama sekali nggak mempunyai musuh. Sikapnya yang ramah membuat dia digemari banyak orang. Biasanya pasti ada saja yang nggak suka sama anak baru karena sikapnya yang menyebalkan. Padahal menurutku, setiap orang bisa cepat atau lambat untuk beradaptasi, bisa juga berjaga-jaga dengan orang lain biar nggak mendapat perlakuan buruk. Pun dengan memilih teman.

Sesampainya di kelas, kulihat Ken sedang beradu argumen lagi sama Selina. Dua sejoli itu memang nggak pernah bisa akur. Sekalinya akur malah kelihatan lucu. Aku tertawa saat melihat Selina yang cemberut kesal karena buku tugas miliknya diambil sama Ken dan dibawa ke mejanya untuk disalin. Perbuatan seperti itu nggak baik ya teman-teman, jangan ditiru.

"Berantem terus." celetuk Gara. Aku meliriknya dan menyetujui perkataannya.

"Liat tuh temen lo, buku gue diambil!"

"Ken bukan temen gue," balas Gara tertawa. "Temennya Mela dia mah."

"Anjir lo, Gar! Parah amat nggak ngakuin gua sebagai temen. Sakit hati hayati diginiin." seru Ken tanpa menoleh ke arah kami.

Perkataannya justru membuat kami tertawa ngakak.

"Ken, lo nggak bisa terus nyontek." kataku mengingatkannya.

"Iyaa emang nggak terus-terusan kok, kan kalo lagi ada tugas doang."

"Ih! Nyebelin banget sih lo!"

"Kalo nggak nyebelin nanti lo nggak sayang."

"Emang sejak kapan Selina sayang sama lo, Ken?" celetukku, menyudutkan.

Kulihat Ken langsung cemberut saat mendengarnya. Memang benar, kapan Selina pernah bilang kalau sayang sama Ken. Lagian Ken jadi orang kepedean banget. Aku kan jadi suka meledeknya.

"Kalo lo sayang nggak sama gue?" bisik Gara yang langsung melenggang pergi.

Kedua mataku membulat sempurna. Kenapa Gara ikut-ikutan seperti Ken? Menyebalkan. Aku mengembungkan kedua pipiku seperti anak kecil, sambil sesekali memanyunkan bibir. Memang nggak kelihatan lucu tapi itu membantu menetralkan tubuhku yang tiba-tiba memanas. Malu.

Buku Catatan Melati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang