Chapter 13

188 59 0
                                    

Terima kasih sudah mampir dan menetap^^

Happy reading~

•••••

"Ayoo! Ayoo! Ayoo!"

Aku terus berteriak dalam gendongan Gara. Dia ketawa ngakak mendengarnya. Dia bilang, aku seperti anak kecil yang baru pertama kali digendong oleh seorang laki-laki. Padahal mah nggak. Aku pernah kok digendong sama Papah.

"Ayo lebih cepet!"

"Lebih cepet lebih cepet, berat tau!" dia menggerutu sebal. Sementara aku tertawa ngakak.

"Tadi kan lo yang mau gendong gue."

"Gue kira enteng, nggak taunya berat."

"Kurang ajar." desisku.

"Dikit lagi sampe."

"Gue turun aja, biar jalan. Kesian lo katanya keberatan."

Dia tertawa sambil menggeleng. Aku bingung dengan sikapnya. Tadi nyeletuk berat terus, saat minta turun malah nggak boleh. Dasar cowok labil!

"Nanggung," katanya. "Lagian gue cuma bercanda. Badan lo mana ada beratnya, kurus begitu."

"Jadi kurus apa gendut?!" ketusku.

"Kalo diliat dari depan sih lebar, diliat dari samping gendut, kalo gue gendong mah enteng. Nggak tau dah sama orang lain, mungkin langsung pingsan."

Mataku sukses membulat. Ini mah sama saja dia berkata bahwa aku gemuk. Nyebelin banget!

"Udah gue turun aja."

Tanpa babibu dia langsung menurunkanku. Aku cemberut kesal, padahal masih mau digendong. Kuedarkan pandangan sekeliling, ternyata sudah sampai di depan rumah. Pantas saja dia mau menurunkanku. Aku mendengkus geli dengan pemikiranku yang masih mau digendong olehnya.

"Ayo, masuk dulu."

"Oke."

Kami berjalan bersisian, dia kelihatan lelah. Apa seberat itu badanku? Tapi nggak mungkin ah. Masih kurus tau!

Ketika melangkah ke dalam rumah, aku dibuat kaget dengan kelakuan dua orang di depan sana yang lagi di ruang makan namun berisik sekali. Ternyata Ken sama Selina. Mereka berdua lagi adu debat di meja makan, di sebelahnya ada Mamah dan Bibi yang ketawa ngakak.

"Awas lo!"

"Apa si my darling? Mau gue suapin nggak?"

"Nggak!" ketus Selina.

"Itu mau disuapin sama pacarnya kok nggak mau." goda Mamah.

"Ih! Tante! Nggak mau! Dia bukan pacar aku." Selina melenguh pelan, melirik Ken sebal.

Aku tertawa melihatnya, kemudian bergabung bersama mereka. Di sebelahku ada Gara yang langsung kukenalkan sama Mamah. Mereka menyambut kedatangan kami dengan hangat, tentu tak lupa dengan ledekan yang menggoda. Sampai saat kulihat wajah Gara, kedua pipinya memerah menahan malu.

"Tuh, Tan! Pacarnya Melati." seru Ken nyengir lebar.

Aku melotot sambil menggeleng keras. Kutatap Mamah dengan mata memelas, "Bukan! Jangan percaya."

"Bohong itu, Tan!" kali ini Selina menimpali. Dia tertawa meledekku.

"Masa, sih?" Mamah menggodaku, aku mendengus keras. Kenapa pada suka meledekku sih? Nggak ada untungnya juga.

"Nak Gara, mau sekalian sarapan?" tawar Bibi yang sadar dengan keberadaannya.

"Eh, nggak usah repot-repot."

Buku Catatan Melati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang