Chapter 25

193 51 2
                                    


Happy reading~

Jangan lupa VOTE dan KOMENTAR ya!

•••••

Sepanjang jalan menuju rumah, aku kebanyakan diam dan itu membuat cowok di sebelahku merasa nggak nyaman. Aku pun sama, merasa nggak nyaman padahal kami nggak melakukan apa pun.

"Ra?"

"Ya?"

"Kamu lagi banyak pikiran, ya?"

Aku mengerjap, menoleh padanya. Bagaimana dia bisa tahu? Sementara aku sama sekali belum pernah cerita lagi sama dia. Semenjak dia menghilang, aku cuma curhat dengan buku harianku di rumah. Itu pun jarang-jarang sekali.

"Kata siapa?" balasku tertawa singkat. Berusaha menutupi rasa gugup serta aura negatif lainnya. Aku nggak mau dia banyak pikiran sebab perlakuanku menyakitinya. "Aku baik-baik aja. Nggak ada yang lagi di pikirin."

"Masa?" serunya belum yakin. Fokusnya masih ke arah depan, ke jalan besar yang ramai. Aku mendesah pelan, meskipun menyembunyikannya sangat apik, dia sangat mudah mengetahuinya. "Kamu dari tadi bengong terus."

Perkataan dia lagi-lagi menampar kebenaran yang ada.

Aku memang sedang banyak pikiran. Melamunkan perasaanku yang meluap kepada keduanya. Sebagian memilih dia, sebagian lagi memilih Gara.

Entahlah ... rasanya seperti kurang ajar.

"Ra?"

"Eh," pekikku. "Iya?"

"Udah sampe. Masih betah di mobil?" dia terkekeh pelan.

Aku nggak menyadari bahwa kami sudah tiba di rumahku. Kelamaan melamun dan memikirkan banyak hal membuatku nggak sadar dengan keadaan. Semoga saja aku cepat pulih dari semua rasa menyesakkan ini.

"Iya," balasku pelan, tersenyum menatapnya. "Ini mau turun. Kamu nggak mau mampir?"

"Mau."

Aku tersenyum, kemudian berjalan mendahuluinya. Dia mengikuti di belakang. Tepat saat aku membuka pintu, Bibi langsung menyambut kedatangan kami. Beliau kelihatan sangat senang melihat sosok Ijal yang sudah sehat bugar seperti dulu kala.

"Ya Allah, Nak Rizal. Bibi kangen loh sama kamu." seru Bibi dengan mata berbinar.

Seperti biasa, dia hanya tertawa pelan sebagai jawaban.

"Ayo, masuk!" ajak Bibi kepada kami.

Kami pun masuk ke dalam dan Ijal langsung duduk di sofa sementara aku pergi ke kamar untuk mengganti pakaian. Di dalam kamar yang sunyi ini, kucurahkan semua perasaanku pada buku yang selama ini menemani hari-hari burukku.

Dengan gesit, kukunci pintu kamar dan langsung mengambil buku yang ada di laci. Lembar demi lembar terbuka sampai aku berhenti di lembaran kosong berikutnya.

Dalam waktu yang begitu cepat berlalu, dengan air mata yang kembali luruh, coretan pena mulai mengotori lembaran jernih tersebut dengan kalimat-kalimat yang menyentuh hati. Menyentuh relung terdalam sampai akhirnya aku cuma bisa menangis tanpa melakukan apa-apa.

Halo?

Aku di sini cuma mau cerita.

Gimana perasaan kalian setelah melukai orang lain yang jelas banget kalian sayang?

Sakit? Sama. Aku lagi merasakannya sekarang.

Merasa jadi orang paling jahat karena udah nyakitin dia. Seharusnya aku nggak jatuh hati pada dua orang sekaligus. Seharusnya aku bisa menjaga diri dari semua kebahagiaan fana yang sudah semesta ciptakan.

Buku Catatan Melati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang