hallo guys!
Jumpa lagi. Maaf ya apdetnya suka ngga jelas gini. Aku tuh lagi gaenak badan.
Eh, gimana nih? Masih ada yang nungguin nggak?
Gimana sama Melati dan Gara?
Ada yang kangen sama mereka? Atau sama Ken dan Selina? Ah, atau sama Ijal?
Yang penting baca aja dulu ya!
Jangan lupa VOTE dan KOMENTAR ya!
Happy reading~
•••••
"Gue mau dong!""Nggak." balasnya menolak berbagi. "Pesen aja sendiri. Gue yang bayar."
"Nggak mau!" aku masih keras kepala. Melihat dia menyantap roti bakar rasa tiramisu sungguh menggugah selera.
Aku hanya ingin mencicipi sedikit tapi dia pelit sekali. Kalau enak nanti mau kupesan, kalau nggak kan jadi nggak perlu pesan. Gimana sih dia ini. Sama makanan saja pelit banget.
"Pelit!"
Dia melebarkan kedua matanya. Memandangku dengan sorot menyebalkan. Aku membuang muka, kedua mataku mulai berkaca-kaca. Aku cuma mau mencoba sedikit biar tahu bagaimana rasanya. Namun dia nggak mau memberinya.
Takut kalau memesan malah nggak suka. Kan mubazir.
"Eh, lo nangis?" suaranya terdengar pelan.
Aku masih belum mau menatap wajahnya. Sebenarnya sih nggak nangis, aku cuma kesal diperlakukan seperti itu sama dia. Apa salahnya sih berbagi barang sedikit?
"Yah, ngambek dah." dia kelihatan jengkel.
Karena sebal, dia beranjak dan pindah duduk di sebelahku. Dia merangkulku sambil mengunyah roti miliknya. Harum roti itu membuatku sulit berpaling darinya, sampai akhirnya dia menyodorkan sebagian roti tersebut kepadaku.
Aku menerimanya dengan senang. Setelah mengunyahnya, aku semakin merasa baik. Ternyata rasanya sangat enak!
"Enak! Mau!"
"Dibilang pesen aja sana! Nanti biar gue yang bayar. Gitu aja kok ngeyel."
Aku cemberut, dia kelihatan tenang sekali.
"Yaudah. Awas!" aku menghempas tangannya kasar. Dengan menghentak-hentakkan kaki karena kesal, aku segera memesan roti bakar tiramisu kepada Bobi.
Beruntungnya, kafe ini lagi nggak ramai. Jadi aku bisa langsung memesan dan nggak perlu menunggu lama.
"Bobi?"
Dia menoleh, "Ya? Mau pesan apa? Eh, lo yang tadi dateng sama Gara, kan?"
Aku tersenyum canggung dan mengangguk pelan. "Iya, yang dateng sama Gara." kemudian menggaruk lenganku yang nggak gatal, "Emm ..., itu, gue mau pesen roti bakar tiramisu, nanti Gara yang bayar katanya."
"Oh, oke. Gue catet, ya." balasnya tersenyum kecil, kulihat Bobi mulai menulis sesuatu di kertas. Sadar aku masih berdiri, Bobi kembali menatapku. "Lo duduk aja dulu, nanti gue anter. Masih lima belas menit lagi."
"Nggak usah, Bob. Biar gue tungguin aja. Sebentar doang, kan." sergahku cepat.
Bobi menghentikan aktifitasnya dan menatapku kebingungan. "Oh, lo mau tungguin aja? Kalo gitu duduk di sana aja sambil nunggu," dia menunjuk bangku yang ada di depan meja memesan. Sementara Bobi sudah beralih tempat dan bersiap membuat roti bakar yang kupesan. Aku pun duduk di bangku dan menunggu rotiku siap santap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Catatan Melati [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Melati Adeswara adalah perempuan kuat yang selalu tersenyum dalam menjalani kehidupannya. Melati tak pernah mengeluh kepada orang lain atau pun Tuhan yang sudah menciptakannya. Hid...