Chapter 26

179 53 0
                                    

Adakah yang kangen sama mereka?

Monmaap y jarang apdet. Tapi besok jg bakalan udh selesai kok kisah Melati.

Udah tgl 15 juga besok haha.

Happy reading~

•••••

Aku masuk ke dalam rumah dengan keadaan yang nggak kalah kacau saat di sekolah tadi. Dia sudah pamit pulang setelah aku sampai di depan gerbang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia langsung melesat pergi, mengabaikan aku yang memperhatikannya.

Berakhirlah sudah.

Nggak ada lagi yang bisa dipertahankan. Semuanya sudah hancur.

"Loh, Non? Kok sendirian?"

"Iya, Bi. Masa berdua."

"Nak, Ijal ke mana? Pulang?"

Aku mengangkat bahu nggak peduli, kemudian melempar tubuhku pada sofa yang empuk. Sambil memejamkan mata, aku kembali menyahut, "Iya, kayaknya. Emang nggak pamit?"

"Nggak tuh," balas Bibi membereskan meja makan. "Kalian keliatan lagi nggak baik-baik aja."

"Kalian atau ... cuma aku aja?"

Nggak ada lagi sahutan, mungkin Bibi sedang sibuk menyiapkan makan siang. Aku malas beranjak dari sofa dan memilih memejamkan mata sambil terus membayangkan segala hal yang sudah kulalui. Entah bersama siapa pun, pasti mempunyai alasan kuat untuk hadir dalam hidupku.

Dalam hidup, banyak sekali cobaan. Kita nggak bisa menghindari, menyesali atau pun mendiami saja.

Masalah akan terus bersama kita entah kapan menampakkan diri, namun masalah nggak akan pernah berhenti mendampingi.

Malas memikirkan hal yang bukan-bukan, aku memutuskan untuk beranjak dan menyusul kepergian Ijal.

Daripada masalah terus berlarut-larut, lebih baik aku minta maaf padanya supaya nggak ada lagi masalah di antara kami.

Aku pun bingung kenapa sikapku bisa berubah secepat ini hanya karena mereka berdua. Ijal dan Gara.

Keduanya bikin pusing sendiri.

"Mau ke mana?" suara Papah terdengar di belakang.

Aku menoleh, menatap kehadiran Papah dan Mamah. Dengan senyum kecil aku membalas, "Mau ke rumah Ijal."

"Loh, tadi bukannya dia di sini? Sama kamu."

"Tadi pulang duluan," balasku sekenanya. "Aku ke rumah dia dulu, ya? Lagi ada masalah sedikit."

"Masalah anak muda, ya?" ledek Mamah terkekeh pelan.

Aku mengembungkan pipiku, Mamah pandai meledek.

"Iyaudah, hati-hati di jalan." seru Papah menepuk kepalaku.

"Oke!"

Setelahnya aku pergi meninggalkan rumah menggunakan sepeda motor matic milikku yang jarang sekali kugunakan. Kebiasaan semenjak dulu, selalu nebeng. Setelah punya kendaraan sendiri malah malas menggunakannya.

Kalau nebeng kan nggak merasa mengendarai, mengeluarkan uang bensin, atau sibuk mengatur tempat parkir.

Dengan segenap hati, aku langsung bergegas menuju rumah Dewa. Semoga saja di sana ada Ijal.

***

Hampir setengah jam berlalu dan aku sudah sampai di depan gerbang rumah Dewa. Di perkarangan rumahnya sudah ada beberapa kendaraan yang terparkir.

Buku Catatan Melati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang