Chapter 22

170 54 1
                                    

Terima kasih sudah mampir dan menetap^^

Happy reading~

•••••

Pergi bersamanya adalah hal yang paling kugemari setelah menghabiskan waktu bersama Ijal. Karena dengan begitu, aku akan selalu bersamanya.

Ah, ngomong-ngomong sudah lama nggak ketemu sama Ijal. Gimana, ya, kabar dia sekarang?

Apa aku pergi ke rumah Dewa dan minta diantar Ken saja, ya? Aku masih saja takut saat melihat wajah Dewa yang menyeramkan, apalagi sejak kejadian itu. Bisa saja sampai sekarang kami berdua masih nggak bersahabat sama sekali dan itu menjadi masalah saat aku ingin menemui Ijal.

Masih mending adiknya—Erwin—daripada Dewa. Melihat sifatnya saja membuatku kesal.

"Heh! Bengong aja lo."

"Siapa juga yang bengong." balasku memutar bola mata.

"Liatin siapa sih? Gara?"

"Apaan sih," elakku. Malu sekali disangka seperti itu.

"Dih, salting!" Selina tertawa ngakak. Aku menggerutu kesal.

"Eh, Ken mana, ya?"

"Ngapain lo nanyain dia?" ketus Selina, membuatku mengernyit bingung.

"Bukannya lo udah jadian?"

Kulihat Selina melebarkan matanya, menatapku nggak percaya. "Dari mana lo tau?!"

"Dari matamu matamuuu," gurauku sambil bersenandung.

"Ish! Serius tau!" Selina duduk di sebelahku. Dia terus mencecarku, bertanya dari siapa aku mengetahui fakta bahwa mereka berdua sudah pacaran. Padahal, melihat situasinya saat Ken menyatakan perasaan pada Selina, aku sedang ada di rumah dan nggak masuk sekolah. 

"Seantero sekolah juga tau kali kalo lo jadian sama Ken. Jadi wajar aja gue tau. Masih jadi trending topik pagi ini." aku terkekeh pelan.

Kulihat wajah Selina mulai memerah. Entah apa artinya, kupikir dia merasa senang, malu dan berbagai macam perasaan lainnya. Melihat sikap Ken yang baik ke semua orang, dikenal seantero sekolah karena tingkahnya yang konyol dan humoris, nggak sulit bikin cewek-cewek jatuh cinta sama dia. Namun akhirnya Ken malah jatuh hati pada Selina.

"Masa?" Selina mengernyit nggak percaya. Aku mengangguk, kemudian berdiri saat melihat Ken masuk ke dalam kelas bersamaan dengan seseorang di sampingnya. Aku sama sekali nggak kenal.

"Ken!"

Dia menoleh, "Apa my baby?"

"Yang manggil gue bukan Selina." dengusku.

Dia tertawa ringan, "Iya tau. My darling nggak mungkin manggil gue begitu, dia mah ganas."

"HEH!!" Pekik Selina berkacak pinggang. "Bilang apa lo barusan?!"

"Pulang nanti beli es krim, mau?"

"Jangan nyogok gue!"

"Dua? Tiga? Atau lima?"

"Nggak mempan!" ketus Selina melotot kesal. "Emang minta ditabok nih anak!"

"Iya, oke! Sepuluh! Nanti gue beliin es krim sepuluh!" Ken nyengir lebar. Dia berlari menjauh saat melihat Selina mendekat. Mereka berdua akhirnya main kejar-kejaran di dalam kelas.

Beruntung kelas lagi nggak ramai banget karena jam kosong, sebagian dari anak kelas memilih ke perpustakaan atau ke kantin. Aku cuma bisa mendesah pelan, memperhatikan perilaku mereka yang benar-benar sulit dikatakan dewasa. Terlalu sering bertingkah kekanak-kanakan.

Buku Catatan Melati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang